Universitas Wijaya Kusuma dan BRIN Kolaborasi dalam Riset Konservasi Mangrove Berbasis Komunitas di Cilacap
Tangerang Selatan - Humas BRIN. Riset menjadi pilar krusial dalam dunia Pendidikan Tinggi untuk mendorong inovasi dan pengembangan pengetahuan. Menyadari pentingnya hal ini, Universitas Wijaya Kusuma (UNWIKU) Purwokerto dan Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PRSPBPDH) BRIN menjalin kolaborasi. Upaya tersebut terwujud dalam riset dan pendampingan konservasi mangrove berbasis komunitas di Konservasi Laguna Segara Anakan Cilacap (KOLAK SEKANCIL), pada Kamis (10/08)
Kawasan arboretum mangrove terbesar di Jawa Tengah, KOLAK SEKANCIL, yang terletak di desa Ujung Alang, Kampung Laut Cilacap, menjadi lokasi kolaborasi ini. Bertujuan untuk memberikan manfaat bagi Kelompok Tani Krida Wana Lestari serta konservasi wilayah Kolak Sekancil, riset ini juga menciptakan inovasi produk olahan mangrove dengan pendekatan ekonomi sirkular berkelanjutan.
Penelitian ini diselenggarakan pada Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-28, yakni tanggal 10 Agustus 2023. Dengan tema "Talenta Riset dan Inovasi untuk Indonesia Emas", kolaborasi antara BRIN dan Universitas diharapkan dapat meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang Pendidikan di Indonesia.
Tim riset yang dipimpin oleh Tri Martini Patria dari PRSPBPDH BRIN, bekerja sama dengan periset dari Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE), memetakan penerapan ekonomi sirkular dan jejak karbon pada mangrove serta produk olahannya. Kolaborasi juga melibatkan kelompok tani seperti Patra Bina Mandiri, Mekar Canting, dan Pandu Alam, yang merupakan bagian dari Gapoktan Krida Wana Lestari.
Kawasan pengelolaan Gapoktan ini terletak di Kolak Sekancil dan dipimpin oleh Bapak Thomas Heri Wahyono. Dalam kurun waktu 10 tahun, Gapoktan ini berhasil menanam 1,4 juta pohon mangrove di area seluas 6 Ha. Lokasi Kolak Sekancil sendiri memiliki koleksi mangrove sejumlah 54 jenis, dengan 46 di antaranya merupakan mangrove endemik.
Dalam keterangan tertulisnya, Wahyono menjelaskan bahwa upaya rehabilitasi lahan ini dimulai sejak tahun 2000 akibat keprihatinan atas tambak udang yang ditinggalkan oleh investor. Saat ini, komunitas Krida Wana Lestari dengan 95 anggota aktif telah berhasil melindungi hutan melalui kegiatan konservasi dan ecotourism, produksi olahan pangan berbasis mangrove, produksi batik mangrove, serta hand sanitizer berbahan dasar mangrove.
Kolaborasi BRIN dengan akademisi dan komunitas/UMKM diharapkan dapat memberikan solusi berkelanjutan untuk pengelolaan mangrove. Terlebih bagi komunitas Krida Wana Lestari yang masih menghadapi tantangan dalam pengawasan di Kawasan Mangrove Kampung Laut Cilacap. (prspbpdh,aj/edt.sj)