• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 335 ) Sep 14, 2022

Tingkatkan Kinerja Dengan Optimalisasi Sinergi Riset Dan Pendidikan


Bandung-Humas BRIN. Riset dan inovasi memiliki peranan penting bagi kemajuan pembangunan suatu bangsa. Pembangunan itu sendiri terdiri dari rangkaian pengambilan keputusan yang kompleks untuk mengatasi berbagai persoalan dan menciptakan kemajuan. Tujuan pembangunan tidak akan tercapai jika keputusan yang disusun dan dilaksanakan, tidak didasari oleh pertimbangan yang ilmiah. Inovasi yang terlahir dari riset, meningkatkan daya saing yang akhirnya memberi implikasi positif terhadap ekonomi masyarakat. Negara-negara yang saat ini dikategorikan sebagai negara maju, adalah negara-negara yang memiliki keunggulan dalam riset dan inovasi teknologinya. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga negara yang memiliki fungsi untuk melaksanakan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan serta invensi dan inovasi dalam rangka penyusunan rekomendasi perencanaan pembangunan nasional berdasarkan hasil kajian ilmiah.

Untuk dapat menjalankan seluruh program riset secara utuh dan terintegrasi serta mencapai hasil yang maksimal, bukan persoalan yang mudah. Dibutuhkan dukungan dana yang memadai, jaringan kemitraan, strategi, dan regulasi yang mendukung. Untuk itu, BRIN menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, baik dengan swasta, pemerintah daerah, maupun perguruan tinggi. Diinisiasi oleh Dr. Dyah Marganingrum, Koordinator Kelompok Riset Keberlanjutan Sumber Daya Lingkungan, Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih (PRLTB) pada tanggal 12 September 2022 telah berhasil menggandeng Institut Teknologi Nasional (ITENAS) – Bandung sebagai mitra dalam melaksanakan program-program risetnya. Naskah Perjanjian Kerja Sama antara PRLTB dan ITENAS ditandatangani di Bandung oleh Dr. Sasa Sofyan Munawar selaku Kepala PRLTB, dan Dr. Soni Darmawan selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITENAS.

Dalam sambutannya, Sasa menyampaikan bahwa PKS ini tidak hanya ditujukan untuk satu kelompok riset, namun lebih ke lingkup seluruh pusat riset. “Pelaksanaan PKS ini mencakup kegiatan riset bersama, pendampingan dan pembimbingan mahasiswa yang menjadi aset pengembangan talenta, publikasi bersama, penyelenggaraan seminar dan pelatihan/sharing knowledge, kuliah tamu, pengabdian kepada masyarakat, visiting,” tutur Sasa. Selain itu, Sasa juga menjelaskan berbagai kegiatan riset yang dilaksanakan di PRLTB yang menjadi peluang untuk digarap bersama ataupun menjadi ladang bagi mahasiswa untuk melaksanakan program MBKM dan PKL. Ini akan menjadi celah untuk optimalisasi sinergi antara lembaga riset dan perguruan tinggi, yang dapat menghasilkan peningkatan kinerja kedua belah pihak. Selain itu, penelitian berkualitas tinggi sebagai hasil kerjasama akan mendukung penciptaan pengetahuan dan transfer teknologi yang terkait dengan pencapaian tujuan nasional.

Di lain kesempatan, Soni menyampaikan harapannya bahwa kerjasama antara PRLTB dan ITENAS dapat terus berlanjut dalam berbagai kegiatan, tidak hanya dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran yang selama ini telah berjalan. Hal ini mengingat adanya tuntutan sivitas perguruan tinggi dalam aspek pendidikan, penelitian, PKL dan penunjang. Dalam aspek pendidikan, civitas dosen dituntut kemampuannya dalam mengajar, mendidik dan menguji mahasiswa. Dalam aspek penelitian, pengajar dituntut untuk dapat menghasilkan publikasi ilmiah bereputasi, dan dalam aspek penunjang, pengajar juga dituntut untuk melakukan evaluasi kurikulum dan mengembangkan kerjasama dengan berbagai mitra. Harapan yang sama juga disampaikan Dyah sebagai peneliti, mengingat tuntutan kinerja peneliti yang semakin tinggi.

Selain penandatanganan dokumen kerjasama, Dyah beserta tim melakukan kunjungan ke laboratorium ITENAS. Dalam kunjungan tersebut, dibahas juga peluang kerjasama riset yang mengarah pada penyusunan dan analisis Indeks Kualitas Lingkungan Hidup. Tentunya membuat rencana kegiatan tersebut, Dyah beserta tim berusaha untuk melihat kemampuan sumberdaya yang ada, mengingat penilaian indeks kualitas lingkungan hidup tersebut bukan merupakan hal yang mudah. Dalam ketentuan baru, selain dari Indeks Kualitas Air (IKA), Indeks Kualitas Udara (IKU), Indeks Kualitas Lahan (IKL), terdapat 2 (dua) indeks lainnya yang perlu dikaji, yaitu Ekosistem Gambut (IKEG) dan Indeks Kualitas Air Laut (IKAL). (IS/AA. Ed. kg)