Tingkatkan Kinerja Dengan Optimalisasi Sinergi Riset Dan Pendidikan
Bandung-Humas BRIN.
Riset dan inovasi memiliki peranan penting bagi kemajuan pembangunan suatu
bangsa. Pembangunan itu sendiri terdiri dari rangkaian pengambilan keputusan
yang kompleks untuk mengatasi berbagai persoalan dan menciptakan kemajuan.
Tujuan pembangunan tidak akan tercapai jika keputusan yang disusun dan
dilaksanakan, tidak didasari oleh pertimbangan yang ilmiah. Inovasi yang
terlahir dari riset, meningkatkan daya saing yang akhirnya memberi implikasi
positif terhadap ekonomi masyarakat. Negara-negara yang saat ini dikategorikan
sebagai negara maju, adalah negara-negara yang memiliki keunggulan dalam riset
dan inovasi teknologinya. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah
lembaga negara yang memiliki fungsi untuk melaksanakan penelitian,
pengembangan, pengkajian, dan penerapan serta invensi dan inovasi dalam rangka
penyusunan rekomendasi perencanaan pembangunan nasional berdasarkan hasil
kajian ilmiah.
Untuk
dapat menjalankan seluruh program riset secara utuh dan terintegrasi serta
mencapai hasil yang maksimal, bukan persoalan yang mudah. Dibutuhkan dukungan
dana yang memadai, jaringan
kemitraan, strategi, dan regulasi yang mendukung. Untuk itu, BRIN menjalin kemitraan
dengan berbagai pihak, baik dengan swasta, pemerintah daerah, maupun perguruan
tinggi. Diinisiasi oleh Dr. Dyah Marganingrum, Koordinator Kelompok Riset
Keberlanjutan Sumber Daya Lingkungan, Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi
Bersih (PRLTB) pada tanggal 12 September 2022 telah berhasil menggandeng
Institut Teknologi Nasional (ITENAS) – Bandung sebagai mitra dalam melaksanakan
program-program risetnya. Naskah Perjanjian Kerja Sama antara PRLTB dan ITENAS
ditandatangani di Bandung oleh Dr. Sasa Sofyan Munawar selaku Kepala PRLTB, dan
Dr. Soni Darmawan selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITENAS.
Dalam sambutannya, Sasa menyampaikan bahwa PKS ini tidak hanya ditujukan
untuk satu kelompok riset, namun lebih ke lingkup seluruh pusat riset.
“Pelaksanaan PKS ini mencakup kegiatan riset bersama, pendampingan dan
pembimbingan mahasiswa yang menjadi aset pengembangan talenta, publikasi
bersama, penyelenggaraan seminar dan pelatihan/sharing knowledge, kuliah
tamu, pengabdian kepada masyarakat, visiting,” tutur Sasa. Selain itu, Sasa juga menjelaskan berbagai
kegiatan riset yang dilaksanakan di PRLTB yang menjadi peluang untuk digarap
bersama ataupun menjadi ladang bagi mahasiswa untuk melaksanakan program MBKM
dan PKL. Ini akan menjadi celah untuk optimalisasi sinergi antara lembaga riset
dan perguruan tinggi, yang dapat menghasilkan peningkatan kinerja kedua belah
pihak. Selain itu, penelitian berkualitas tinggi sebagai hasil kerjasama akan
mendukung penciptaan pengetahuan dan transfer teknologi yang terkait dengan
pencapaian tujuan nasional.
Di lain kesempatan, Soni menyampaikan harapannya bahwa kerjasama antara
PRLTB dan ITENAS dapat terus berlanjut dalam berbagai kegiatan, tidak hanya
dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran yang selama ini telah berjalan. Hal
ini mengingat adanya tuntutan sivitas perguruan tinggi dalam aspek pendidikan,
penelitian, PKL dan penunjang. Dalam aspek pendidikan, civitas dosen dituntut
kemampuannya dalam mengajar, mendidik dan menguji mahasiswa. Dalam aspek
penelitian, pengajar dituntut untuk dapat menghasilkan publikasi ilmiah
bereputasi, dan dalam aspek penunjang, pengajar juga dituntut untuk melakukan
evaluasi kurikulum dan mengembangkan kerjasama dengan berbagai mitra. Harapan
yang sama juga disampaikan Dyah sebagai peneliti, mengingat tuntutan kinerja
peneliti yang semakin tinggi.
Selain penandatanganan dokumen kerjasama, Dyah beserta tim melakukan
kunjungan ke laboratorium ITENAS. Dalam kunjungan tersebut, dibahas juga
peluang kerjasama riset yang mengarah pada penyusunan dan analisis Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup. Tentunya membuat rencana kegiatan tersebut, Dyah
beserta tim berusaha untuk melihat kemampuan sumberdaya yang ada, mengingat
penilaian indeks kualitas lingkungan hidup tersebut bukan merupakan hal yang
mudah. Dalam ketentuan baru, selain dari Indeks Kualitas Air (IKA), Indeks
Kualitas Udara (IKU), Indeks Kualitas Lahan (IKL), terdapat 2 (dua) indeks
lainnya yang perlu dikaji, yaitu Ekosistem Gambut (IKEG) dan Indeks Kualitas
Air Laut (IKAL). (IS/AA. Ed. kg)