Teknologi Terahertz untuk Inovasi Telekomunikasi dan Sensor Masa Depan
Jakarta - Humas BRIN. Kebutuhan data dan informasi telah berkembang secara eksponensial. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan jumlah perangkat terhubung dan berbagai layanan digital yang semakin mendominasi kehidupan sehari-hari. Teknologi yang ada saat ini, seperti in ear cable, 5G, teknologi optik, dan infrared, masih belum mampu memenuhi semua kebutuhan yang ada, sehingga diperlukan teknologi baru yang lebih efisien dengan latensi rendah dan jangkauan lebih luas.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika, Budi Prawara saat membuka Webinar Talk to Scientist (TTS) pada Selasa (06/08). “Salah satu kandidat potensial yang mendapat perhatian adalah teknologi terahertz (gelombang frekuensi tinggi), yang memiliki frekuensi antara 100GHz hingga 10THz,” ujar Budi.
Budi menerangkan teknologi ini berpotensi besar tidak hanya dalam bidang telekomunikasi tetapi juga dalam bidang sensor dan imaging, menggabungkan keunggulan dari teknologi microwave dan optik meskipun masih menghadapi berbagai tantangan dalam teori, konfigurasi, analisis, dan implementasi.
“Diharapkan acara ini dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang perkembangan teknologi terahertz dan bagaimana kita dapat memanfaatkannya, tidak hanya di bidang komunikasi tetapi juga di bidang lainnya untuk memenuhi kebutuhan masa depan. Serta, dapat membuka jalan bagi inovasi dan kolaborasi lebih lanjut di bidang ini,” tutup Budi.
Dalam kesempatan yang sama, Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Telekomunikasi BRIN, Hana Arisesa menjelaskan bahwa potensi penggunaan terahertz untuk komunikasi nirkabel berkecepatan tinggi. Teknologi ini dapat memfasilitasi transfer data jauh lebih cepat daripada WiFi atau 5G saat ini, sehingga dapat mendukung aplikasi yang membutuhkan bandwidth besar seperti transmisi video ultra-high definition.
Menurut Hana, terahertz memiliki 2 pendekatan, yaitu Frequency Domain yang berbasis continuous wave merujuk pada sinyal yang memiliki spektrum frekuensi tertentu yang tidak berubah terhadap waktu, seperti digunakan pada berbagai aplikasi komunikasi, radar, serta pengukuran. Sedangkan Time Domain berbasis pulsa merujuk pada sinyal yang digunakan sebagai acuan atau elemen dasar untuk menganalisis sinyal dan sistem.
“Di masa depan, teknologi terahertz diperkirakan akan semakin diminati dan dimanfaatkan dalam berbagai sektor, seperti medis, pertahanan, keamanan, serta industri manufaktur dan transportasi,” ucap Hana.
"Namun, terdapat beberapa tantangan yang masih perlu diatasi, seperti pengembangan sumber dan detektor terahertz yang lebih efisien dan terjangkau,” lanjut Hana.
Dikatakan Hana bahwa saat ini negara Indonesia masih cukup tertinggal mengenai produktivitas di bidang terahertz, dibanding dengan negara lain seperti Thailand dan Malaysia. Indonesia memiliki 87 publikasi, ini menjadi suatu hal yang dapat memotivasi terahertz untuk semakin meningkatkan potensi teknologi terahertz di masa depan.
Sementara itu, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Elektronika BRIN, Yusuf Nur Wijayanto mengatakan bahwa terdapat 3 gelombang yang dapat membantu untuk menyalurkan komunikasi yaitu gelombang suara, gelombang radio, dan gelombang cahaya. Apabila ketiga gelombang tersebut disatukan menggunakan electical optical converter maka dapat membuat kecepatan data transfer dari satu titik ke titik yang lainnya dengan kualitas data yang terjaga.
Yusuf menjelaskan pentingnya peningkatan kapasitas telekomunikasi seiring dengan pertumbuhan pesat dalam produksi data. Untuk memenuhi kebutuhan ini, berbagai perangkat pendukung diperlukan, termasuk teknologi yang mengintegrasikan gelombang RF (Frekuensi Radio) dengan gelombang optik.
Selanjutnya, Yusuf membahas berbagai perangkat inovatif yang telah dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi dalam telekomunikasi. Fokus utama pembahasannya adalah pada teknologi microwave photonics, dimana ini memungkinkan pemrosesan sinyal dengan kecepatan tinggi dan efisiensi yang lebih baik, memanfaatkan keunggulan dari kedua domain teknologi ini.
“Saat ini, kami sedang mengembangkan device infrastruktur riset untuk bleed room. Di bleed room tersebut akan ada beberapa proses penting, yaitu proses kriptografi yang menggunakan sistem LDWS, proses pengujian, proses deposisi, proses termal, serta karakterisasi dan pengukuran. Kami berharap infrastruktur ini dapat beroperasi tahun ini sehingga kami bisa mulai membuat beberapa perangkat kecil,” ucap Yusuf.
Dalam paparan ini, Yusuf menyoroti kemajuan terbaru dalam riset terahertz, termasuk perkembangan teknologi yang dapat memperluas jangkauan dan meningkatkan kecepatan transmisi data.
“Namun, kami juga berharap dapat mengembangkan infrastruktur hingga mendukung frekuensi 300 GHz untuk terahertz, baik secara elektronik maupun optik. Semoga kita dapat membangun sinergi bersama, maju bersama, dan mengembangkan solusi untuk mengantisipasi berbagai permasalahan di masa depan,” ujar Yusuf. (dw)