Strategi Nasional Pengembangan Kecerdasan Buatan
Jakarta-Humas BRIN. Pernahkan anda mengontrol semua perangkat elektronik di rumah dari jarak jauh hanya dengan perintah suara gawai? Atau berinteraksi dengan gawai seolah memilki asisten pribadi? Jika ya, selamat datang diera masa depan kecerdasan buatan, era Intelligent Things.
Intelligent Things merupakan pengembangan terbaru dari kombinasi Artificial Intelligent dengan Internet of Things (IoT). Kecerdasan buatan bukan hal yang baru dewasa ini, pun dengan Internet of Thingsyang identik dengan penggunaan gawai sehari-hari. Tidak hanya perangkat tunggal, beberapa perangkat pintar bahkan bisa terhubung secara otomatis untuk memberi kemudahan bagi si pengguna. Topik mengenai teknologi ini diulas oleh Dini Fronitasari, Perekayasa Muda BRIN dalam wawancara PodMe Indonesia (1/12).
Dini menuturkan bahwa Industri IoT secara umum membutuhkan persediaan perangkat dan infrastruktur yang memadai, baik dari segi ketersediaan server, cloud, maupun koneksi yang handal agar dapat maksimal. Di Indonesia, teknologi ini mengalami beberapa tantangan untuk dikembangkan, diantaranya regulasi yang mengatur etika penggunaan, tenaga kerja, infrastruktur, dan data pendukung pemodelan, serta kesiapan industri dan sektor publik dalam menyerap inovasi kecerdasan buatan. Strategi nasional (Stranas) merupakan salah satu upaya untuk memperkuat arah kebijakan nasional dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan (artifisial). Karena diyakini pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan akan meningkatkan produktivitas bisnis, efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia, dan mendorong inovasi di berbagai sektor.
Ditambahkan oleh Dini bahwa Stranas Kecerdasan Buatan telah disusun untuk menjawab tantangan pengembangannya di Indonesia dan mendorong terciptanya visi Indonesia 2045. Kecerdasan Buatan memanglah bukan hal baru, namun selalu menjadi perhatian karena membuka peluang inovasi layanan dan produk bisnis bagi pelaku usaha. Ditingkat global, teknologi ini berperan sebagai pengungkit ekonomi dunia. Kecerdasan Buatan juga dinilai sebagai solusi pemulihan dan pertumbuhan negara secara massif melalui transformasi digital. Pada masa pandemi Covid-19 banyak inovasi berbasis kecerdasan buatan diciptakan, diantaranya adalah alat deteksi Covid-19. Melalui konsorsium TFRIC19 telah diciptakan alat deteksi pasien Covid-19 mutakhir yang akhirnya dapat membantu pemerintah dalam membuat kebijakan penekanan angka penyebaran.
Sebagai penutup wawancara, Dini berpesan agar generasi muda saat ini harus antusias tentang kecerdasaan buatan dan manfaatnya, tak perlu merasa insecuredengan peradaban teknologi yang semakin melesat tinggi. Kita memerlukan generasi muda yang bisa mempersiapkan diri agar bisa mengikuti perkembangan teknologi. (cj)