Riset Pengawetan Makanan untuk Meningkatkan Umur Simpan
Bandung – Humas BRIN. Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Tubuh manusia membutuhkan bermacam nutrisi untuk menjaga tubuh tetap sehat dan pertumbuhan yang agar dapat berjalan dengan optimal. Untuk menjaga nutrisi makanan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Mekatronika Cerdas bekerja sama dengan Pusat Riset Teknologi Tepat Guna dalam mengembangkan riset di bidang ketahanan pangan dalam hal ini sterilisasi dan pengawetan.
SIKOMOBUAS (Sistem
Kontrol Monitoring Buah dan Sayur) merupakan alat yang dikembangkan tersebut.
Rendra Dwi Firmansyah dan Adi Waskito dalam kegiatan Kunjungan Industri
Himpunan Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa
Instrumentasi dan Kontrol, Departemen Teknik Elektro dan Informatika, Sekolah
Vokasi, Universitas Gadjah Mada (07/02).
BRIN mengembangkan riset bagaimana membuat teknologi model perangkat
pengolahan makanan yang dapat meningkatkan umur simpan buah dan sayur dengan
mengendalikan konsentrasi ozon dalam mendukung proses sterilisasi serta
pengawetan buah dan sayur. “Tingginya kandungan pestisida yang tertinggal pada buah dan sayur serta
adanya penurunan mutu vitamin, mineral serta nilai ekonomis pada buah dan sayur
dikarenakan respirasi selama masa penyimpanan sehingga memperpendek umur simpan
buah dan sayur,” jelas Rendra kepada peserta kunjungan.
Lebih lanjut ia menjelaskan hasil riset
dari pengujian fisik yang telah dilakukan. “Hasil pengujian fisik
sampel buah didapat bahwa dengan dimasukan chamber selama 8 menit dengan
kontrol ozon 3 ppm keadaan buah secara fisik masih dalam keadaan segar setelah
12 jam,” terangnya.
Selain
SIKOMOBUAS, BRIN melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) juga
mengembangkan riset untuk pengawetan makanan. Haryo Seno, Sivitas Pusat Riset
Deteksi Radiasi dan Analisis Nuklir menjelaskan pemanfaatkan Teknologi Nuklir
di bidang pengawetan makanan. “Radiasi digunakan untuk melumpuhkan bakteri
patogen dan mikroba penyebab menurunnya kualitas makanan. Sesuai dosisnya,
radiasi digunakan untuk menghambat pertunasan, menunda pematangan,
dekontaminasi mikroba dan perpanjangan masa simpan,” jelasnya.
Iradiator Gamma
Merah Putih merupakan solusi untuk peningkatan mutu makanan ketahanan pangan
karena radiasi secara efektif dapat mengawetkan bahan pangan dan menekan
kerugian pasca panen mencapi 60%, serta membuka peluang ekspor dengan menunda
pematangan pada komoditas buah.
“Dengan perlakuan
karantina pada sayur dan buah-buahan segar untuk menghambat pertunasan pada
bawang, umbi-umbian, menunda pematangan pada buah-buahan, membasmi serangga
pada produk biji-bijian, buah kering dan buah segar, mengurangi jumlah mikroba
pada bahan pangan serta pengawetan bahan pangan untuk daging dan ikan serta
produk olahannya. Teknologi iradiasi ini telah dilakukan untuk rendang daging,
opor daging ayam,pepes daging ayam dan pepes ikan mas,” ungkap Haryo.
Ardhi wicaksono,
dosen Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Instrumentasi dan
Kontrol, Departemen Teknik Elektro dan Informatika, Sekolah Vokasi, Universitas
Gadjah Mada, dalam sambutannya berharap agar kunjungan Industri ini dapat
memberikan wawasan kepada Mahasiswa di dunia kerja. “Terima kasih kepada BRIN
yang telah menerima kunjungan kami. Kami berharap agar kunjungan hari ini dapat
memberikan gambaran
kepada mahasiswa serta memperluas wawasan mahasiswa terkait dunia instrumentasi
dan kontrol di dunia kerja,” tutupnya. (kpv, ed. kg)