• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 184 ) Jul 15, 2024

Peran Malam Batik Sawit Dalam Meningkatkan Produktivitas Batik Nasional


Jakarta – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil melangkah ke tahapan Presentasi dan Wawancara untuk Inovasi Malam Batik Sawit dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2024. Pada Jumat (12/7), inovasi ini dipresentasikan secara daring oleh Tim Penilai Independen (TPI) KemenPANRB.


Arief Arianto, Kepala Pusat Riset Agroindustri, menjelaskan latar belakang inovasi ini sebagai upaya melestarikan warisan budaya batik yang membutuhkan malam panas dalam produksinya. “Formula malam yang masih mengandung bahan tak terbarukan dari minyak bumi dan sebagian impor, itu memerlukan bahan substitusi. Pemakaian bahan-bahan tak terbarukan dan langka di Indonesia akan mengancam keberadaannya warisan budaya batik ini, karena malam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembuatan batik. Para periset di BRIN mencoba mengembangkan bio parafin substitut berbasis sawit yang telah dikembangkan saat ini,” papar Arief.


Arief menambahkan bahwa inovasi ini menghasilkan produk sintesa turunan minyak sawit yang ramah lingkungan dan lebih murah. “Bio Parafin Substitute sebagai turunan minyak sawit menggantikan parafin dan microwax dalam formulasi malam batik. Malam batik sawit memiliki keunggulan dalam pembatikan, karena memiliki daya tembus yang baik, lentur, ngawat, lancar pada aliran canting, mudah di lorot, dan dapat diaplikasi pada beberapa metode pembatikan baik tulis maupun cap, serta dapat diaplikasikan dengan pembatikan malam dingin,” tambah Arief.


Indra Budi Susetyo, inovator Malam Batik Sawit, mengungkapkan dampak positif dari inovasi ini terhadap perekonomian. “Industri batik berkontribusi bagi perekonomian dengan jumlah usaha 56.000, hampir semua UMKM, dan pekerja 200.000 – 900.000 orang. Konsumsi malam batik mencapai 14.000 ton/bulan, menciptakan perekonomian baru untuk komponen paraffin dan microwax. Turunan minyak bumi untuk batik berpotensi disubstitusi oleh turunan sawit setidaknya 25.000 ton per tahun,” tutur Indra.


Indra juga menambahkan strategi berkelanjutan untuk inovasi ini, termasuk alih teknologi produksi bio-pas dan malam batik sawit ke koperasi batik Pekalongan, pembentukan Kampung Batik berbasis sawit di sentra produksi batik, serta kolaborasi dengan stakeholders industri minyak sawit. “Akhirnya, kami berharap untuk membentuk branding batik sawit,” tutup Indra. (dsa/edt.sj)