• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 9 ) Mar 5, 2025

Penurunan Elastisitas Pembuluh Darah pada Usia Lanjut, Tingkatkan Risiko Penyakit


Jakarta-Humas BRIN. Seiring bertambahnya usia, terjadi berbagai perubahan pada tubuh, seperti penurunan massa otot (sarcopenia), perubahan hormon, serta berkurangnya elastisitas pembuluh darah. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes, osteoporosis, dan gangguan kognitif seperti demensia dan Alzheimer.

 

“Agar tetap sehat, kita perlu melakukan langkah-langkah pencegahan untuk meminimalisir risiko komplikasi penyakit. Selain itu, penting juga untuk mengenali tanda-tanda bahaya kesehatan sejak dini agar dapat segera ditangani,” ujar dr. Swietania Prima Luthfie Dokter Ahli Muda  Sekretariat Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi sebagai Koordinator Klinik Pratama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Serpong pada Webinar Pegawai Purnabakti BRIN Tahun 2025 – 2026, Selasa (4/03).

 

Dokter umum yang berfokus untuk menangani gejala dan penyakit pada pasien secara umum ini memaparkan materi berjudul Sehat Jasmani pada Masa Purnabakti. Menurutnya, salah satu risiko kesehatan yang perlu diwaspadai adalah kecenderungan lansia mengalami gangguan keseimbangan, yang dapat meningkatkan risiko jatuh.

 

“Cedera akibat jatuh pada lansia bisa berakibat fatal, seperti patah tulang atau cedera kepala. Oleh karena itu, kita perlu melakukan latihan keseimbangan secara rutin serta memastikan lingkungan sekitar tetap aman. Misalnya dengan menghindari lantai licin dan menyediakan pegangan di tempat yang diperlukan,” jelasnya

 

Selain aspek fisik, Swietania juga menyoroti pentingnya kesehatan mental. “Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, termasuk hipertensi dan gangguan pencernaan. Oleh karena itu, lansia perlu tetap aktif bersosialisasi, berpikir positif, serta memiliki kegiatan yang menyenangkan agar tetap merasa bahagia,” tambahnya.

 

Dalam pemaparannya, Swietania juga menjelaskan pola makan yang sehat dan seimbang, sangat berperan dalam menjaga kesehatan di usia lanjut. Ia menekankan bahwa kebutuhan nutrisi lansia berbeda dengan usia produktif, sehingga perlu adanya penyesuaian dalam pola makan sehari-hari.

 

Lansia sebaiknya mengonsumsi makanan rendah kalori tetapi kaya nutrisi. Asupan protein yang cukup sangat penting untuk menjaga massa otot, sementara konsumsi serat dari buah dan sayur dapat membantu mencegah masalah pencernaan seperti konstipasi,” paparnya.

 

Ia juga merekomendasikan metode food order, yaitu mengonsumsi serat terlebih dahulu, kemudian protein, dan diakhiri dengan karbohidrat. Metode ini terbukti efektif dalam membantu mengontrol lonjakan gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga baik untuk mencegah diabetes.

 

Dia mengingatkan agar lansia membatasi asupan gula, garam, dan lemak jenuh serta menghindari makanan olahan yang diproses secara berlebihan. “Lebih baik mengonsumsi makanan yang dimasak sendiri dengan cara yang lebih sehat, seperti dikukus atau direbus. Dibandingkan dengan makanan yang digoreng atau mengandung banyak bahan tambahan,” terangnya.

 

Swietania juga membahas manfaat berpuasa bagi kesehatan lansia, berpuasa dapat memberikan berbagai manfaat, terutama dalam membantu mengontrol kadar gula darah, meningkatkan sensitivitas insulin, serta mengurangi peradangan yang dapat memicu penyakit degeneratif.

 

“Berpuasa dapat membantu tubuh menggunakan cadangan energi dari lemak yang tersimpan, sehingga berat badan lebih terkontrol dan metabolisme tubuh menjadi lebih baik. Selain itu, berpuasa juga dapat membantu proses regenerasi sel dan meningkatkan fungsi otak,” jelasnya.

 

Meski demikian, ia mengingatkan agar lansia tetap memperhatikan kondisi tubuh masing-masing selama berpuasa. “Pastikan tetap terhidrasi, konsumsi makanan bergizi saat sahur dan berbuka. Berkonsultasi dengan dokter apabila memiliki kondisi kesehatan tertentu,” ujarnya.

 

Selain menjaga kesehatan fisik dan pola makan, Swietania juga mendorong para pegawai purnabakti untuk tetap aktif dan produktif. Menurutnya, pensiun bukan berarti berhenti dari segala aktivitas, tetapi justru menjadi kesempatan untuk menjalani kehidupan dengan lebih fleksibel dan menyenangkan.

 

“Banyak aktivitas yang bisa dilakukan agar tetap produktif, seperti berkebun, menulis, mengikuti komunitas, atau bahkan memulai usaha kecil. Dengan tetap aktif, kita bisa menjaga kesehatan mental dan merasa lebih bahagia,” jelasnya. (sal/ed. ns)