
Penurunan Elastisitas Pembuluh Darah pada Usia Lanjut, Tingkatkan Risiko Penyakit
Jakarta-Humas
BRIN. Seiring bertambahnya usia, terjadi
berbagai perubahan pada tubuh, seperti penurunan massa otot (sarcopenia), perubahan hormon, serta berkurangnya
elastisitas pembuluh darah. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko berbagai
penyakit seperti hipertensi, diabetes, osteoporosis, dan gangguan kognitif
seperti demensia dan Alzheimer.
“Agar
tetap sehat, kita perlu melakukan langkah-langkah pencegahan untuk
meminimalisir risiko komplikasi penyakit. Selain itu, penting juga untuk
mengenali tanda-tanda bahaya kesehatan sejak dini agar dapat segera ditangani,”
ujar dr. Swietania Prima Luthfie Dokter Ahli Muda Sekretariat
Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi sebagai Koordinator Klinik Pratama Badan Riset
dan Inovasi Nasional (BRIN) Serpong pada Webinar Pegawai Purnabakti BRIN Tahun
2025 – 2026, Selasa (4/03).
Dokter
umum yang berfokus untuk menangani gejala dan penyakit pada pasien secara umum
ini memaparkan materi berjudul Sehat Jasmani pada Masa Purnabakti. Menurutnya,
salah satu risiko kesehatan yang perlu diwaspadai adalah kecenderungan lansia
mengalami gangguan keseimbangan, yang dapat meningkatkan risiko jatuh.
“Cedera
akibat jatuh pada lansia bisa berakibat fatal, seperti patah tulang atau cedera
kepala. Oleh karena itu, kita perlu melakukan latihan keseimbangan secara rutin
serta memastikan lingkungan sekitar tetap aman. Misalnya dengan menghindari lantai licin
dan menyediakan pegangan di tempat yang diperlukan,” jelasnya
Selain
aspek fisik, Swietania juga menyoroti pentingnya kesehatan mental. “Stres yang
tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit,
termasuk hipertensi dan gangguan pencernaan. Oleh karena itu, lansia perlu
tetap aktif bersosialisasi, berpikir positif, serta memiliki kegiatan yang
menyenangkan agar tetap merasa bahagia,” tambahnya.
Dalam
pemaparannya, Swietania juga menjelaskan pola makan yang sehat dan seimbang, sangat berperan dalam menjaga
kesehatan di usia lanjut. Ia menekankan bahwa kebutuhan nutrisi lansia berbeda
dengan usia produktif, sehingga perlu adanya penyesuaian dalam pola makan
sehari-hari.
“Lansia sebaiknya mengonsumsi makanan
rendah kalori tetapi kaya nutrisi. Asupan protein yang cukup sangat penting
untuk menjaga massa otot, sementara konsumsi serat dari buah dan sayur dapat
membantu mencegah masalah pencernaan seperti konstipasi,” paparnya.
Ia
juga merekomendasikan metode food order, yaitu mengonsumsi serat terlebih
dahulu, kemudian protein, dan diakhiri dengan karbohidrat. Metode ini terbukti
efektif dalam membantu mengontrol lonjakan gula darah dan meningkatkan
sensitivitas insulin, sehingga baik untuk mencegah diabetes.
Dia mengingatkan agar lansia membatasi
asupan gula, garam, dan lemak jenuh serta menghindari makanan olahan yang
diproses secara berlebihan. “Lebih baik mengonsumsi makanan yang dimasak
sendiri dengan cara yang lebih sehat, seperti dikukus atau direbus. Dibandingkan dengan makanan yang
digoreng atau mengandung banyak bahan tambahan,” terangnya.
Swietania
juga membahas manfaat berpuasa bagi kesehatan lansia, berpuasa dapat memberikan
berbagai manfaat, terutama dalam membantu mengontrol kadar gula darah,
meningkatkan sensitivitas insulin, serta mengurangi peradangan yang dapat
memicu penyakit degeneratif.
“Berpuasa
dapat membantu tubuh menggunakan cadangan energi dari lemak yang tersimpan,
sehingga berat badan lebih terkontrol dan metabolisme tubuh menjadi lebih baik.
Selain itu, berpuasa juga dapat membantu proses regenerasi sel dan meningkatkan
fungsi otak,” jelasnya.
Meski
demikian, ia mengingatkan agar lansia tetap memperhatikan kondisi tubuh
masing-masing selama berpuasa. “Pastikan tetap terhidrasi, konsumsi makanan
bergizi saat sahur dan berbuka. Berkonsultasi dengan dokter apabila
memiliki kondisi kesehatan tertentu,” ujarnya.
Selain
menjaga kesehatan fisik dan pola makan, Swietania juga mendorong para pegawai
purnabakti untuk tetap aktif dan produktif. Menurutnya, pensiun bukan berarti
berhenti dari segala aktivitas, tetapi justru menjadi kesempatan untuk
menjalani kehidupan dengan lebih fleksibel dan menyenangkan.
“Banyak
aktivitas yang bisa dilakukan agar tetap produktif, seperti berkebun, menulis,
mengikuti komunitas, atau bahkan memulai usaha kecil. Dengan tetap aktif, kita
bisa menjaga kesehatan mental dan merasa lebih bahagia,” jelasnya. (sal/ed. ns)