• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 4259 ) Feb 8, 2023

Pentingnya Edukasi Antariksa Sejak Dini


Bandung-Humas BRIN. Edukasi antariksa dapat diperkenalkan sejak dini. Hal inilah yang menjadi dasar sekolah Tunas Muda untuk memberikan pengetahuan bagi para siswanya kelas 5 SD untuk berkunjung ke Pusat Riset Antariksa.  “Dampak dari kejadian-kejadian yang ada di antariksa kepada Bumi nanti bisa disimak pada saat penyampaian materi,” ujar Irma selaku guru Tunas Muda School Jakarta pada saat kunjungan virtual ke Pusat Riset Antariksa, Selasa (7/2).

 

Sebelum paparan materi, Karlina Gusmarani Koordinator Humas BRIN Bandung memberikan sambutan dan berharap para siswa dapat menambah pengetahuan dan informasi terkait antariksa. Selain itu siswa bisa bertanya tentang fenomena di antariksa, pergantian siang malam, bintang-bintang dan lainnya. Kemudian siswa dikenalkan dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Pusat Riset Antariksa melalui video profil yang ditayangkan.

 

“Menjelajah Antariksa” itulah judul materi yang disampaikan oleh Peneliti Pusat Riset Antariksa Rasdewita Kesumaningrum. Antariksa adalah bagian alam semesta yang berada di luar atmosfer bumi. Pengenalan rotasi bumi dan revolusi bumi dijelaskan oleh peneliti tersebut.

 

“Rotasi Bumi adalah pergerakan bumi yang berputar pada sumbunya. Bumi berotasi dari arah barat ke timur selama 24 jam serta kemiringan rotasinya 23,5°. Efek gerakan rotasi Bumi adalah adanya siang dan malam, gerak terbit dan terbenam bintang, perbedaan waktu, dan adanya 4 musim di daerah lintang tinggi bumi,” jelasnya.

 

Rasdewita menambahkan revolusi bumi adalah pergerakan bumi mengitari matahari. Lamanya revolusi bumi terhadap matahari adalah satu tahun atau 365 ¼ hari. Lama Bulan berevolusi sama dengan lama Bulan berotasi. Bulan beredar mengelilingi Bumi sekali setiap 27,3 hari. Revolusi Bumi dan Bulan mengelilingi Matahari mengakibatkan terjadinya gerhana Bulan dan gerhana Matahari.

 

“Gerhana Bulan adalah terjadi ketika Bulan terutup oleh bayangan Bumi. Peristiwa ini hanya dapat terjadi ketika posisi Matahari, Bumi, dan Bulan tepat atau hampir membentuk garis lurus dan Bulan berada dalam fase Bulan purnama. Sedangkan Gerhana Matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara bumi dan matahari sehingga terlihat menutup sebagian atau seluruh cahaya matahari di langit bumi,” ungkap Rasdewita.

 

Fenomena di antariksa bisa diamati melalui teleskop. Rasdewita menerangkan bahwa teleskop di Bumi dapat berupa teleskop optik dan teleskop radio.  Kelebihan teleskop radio adalah dapat melakukan pengamatan tanpa terpengaruh cuaca.

 

Dalam mengeksplorasi antariksa, sekarang banyak misi-misi di luar angkasa dilakukan untuk pengamatan di luar Bumi. Kegiatan penjelajahan ke Mars juga sudah dilakukan oleh NASA dikarenakan manusia tertarik apakah masih ada sisa-sisa air di Mars karena dahulunya Mars diduga serupa Bumi. Selain itu, ada juga Astronot yang hidup di Stasiun Luar Angkasa untuk melakukan berbagai penelitian atau percobaan-percobaan di sana. Siswa Tunas Muda School menanggapi narasumber dengan mengajukan beberapa pertanyaan seputar antariksa. (cw, as/ed:kg)