Pentingnya Edukasi Antariksa Sejak Dini
Bandung-Humas BRIN. Edukasi antariksa dapat diperkenalkan
sejak dini. Hal inilah yang menjadi dasar sekolah Tunas Muda untuk memberikan
pengetahuan bagi para siswanya kelas 5 SD untuk berkunjung ke Pusat Riset Antariksa.
“Dampak dari kejadian-kejadian yang ada
di antariksa kepada Bumi nanti bisa disimak pada saat penyampaian materi,” ujar
Irma selaku guru Tunas Muda School Jakarta pada saat kunjungan virtual ke Pusat
Riset Antariksa, Selasa (7/2).
Sebelum paparan materi,
Karlina Gusmarani Koordinator Humas BRIN Bandung memberikan sambutan dan
berharap para siswa dapat menambah pengetahuan dan informasi terkait antariksa.
Selain itu siswa bisa bertanya tentang fenomena di antariksa, pergantian siang
malam, bintang-bintang dan lainnya. Kemudian siswa dikenalkan dengan Badan
Riset dan Inovasi Nasional serta Pusat Riset Antariksa melalui video profil
yang ditayangkan.
“Menjelajah Antariksa”
itulah judul materi yang disampaikan oleh Peneliti Pusat Riset Antariksa Rasdewita
Kesumaningrum. Antariksa adalah bagian alam semesta yang berada di luar
atmosfer bumi. Pengenalan rotasi bumi dan revolusi bumi dijelaskan oleh
peneliti tersebut.
“Rotasi Bumi adalah
pergerakan bumi yang berputar pada sumbunya. Bumi berotasi dari arah barat ke
timur selama 24 jam serta kemiringan rotasinya 23,5°. Efek gerakan rotasi Bumi adalah adanya siang dan
malam, gerak terbit dan terbenam bintang, perbedaan waktu, dan adanya 4 musim
di daerah lintang tinggi bumi,” jelasnya.
Rasdewita menambahkan
revolusi bumi adalah pergerakan bumi mengitari matahari. Lamanya revolusi bumi
terhadap matahari adalah satu tahun atau 365 ¼ hari. Lama Bulan berevolusi sama
dengan lama Bulan berotasi. Bulan beredar mengelilingi Bumi sekali setiap 27,3
hari. Revolusi Bumi dan Bulan mengelilingi Matahari mengakibatkan terjadinya
gerhana Bulan dan gerhana Matahari.
“Gerhana Bulan adalah terjadi ketika Bulan terutup oleh bayangan Bumi. Peristiwa ini hanya dapat terjadi ketika posisi Matahari,
Bumi, dan Bulan tepat atau hampir membentuk garis lurus dan Bulan berada dalam
fase Bulan purnama. Sedangkan Gerhana Matahari terjadi
ketika posisi bulan terletak di
antara bumi dan matahari sehingga terlihat menutup sebagian atau seluruh cahaya
matahari di langit bumi,” ungkap
Rasdewita.
Fenomena di antariksa bisa diamati melalui
teleskop. Rasdewita menerangkan bahwa teleskop di Bumi dapat berupa teleskop optik
dan teleskop radio. Kelebihan teleskop
radio adalah dapat melakukan pengamatan tanpa terpengaruh cuaca.
Dalam mengeksplorasi antariksa, sekarang banyak
misi-misi di luar angkasa dilakukan untuk pengamatan di luar Bumi. Kegiatan penjelajahan
ke Mars juga sudah dilakukan oleh NASA dikarenakan manusia tertarik apakah
masih ada sisa-sisa air di Mars karena dahulunya Mars diduga serupa Bumi.
Selain itu, ada juga Astronot yang hidup di Stasiun Luar Angkasa untuk melakukan
berbagai penelitian atau percobaan-percobaan di sana. Siswa Tunas Muda School
menanggapi narasumber dengan mengajukan beberapa pertanyaan seputar antariksa.
(cw, as/ed:kg)