• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 399 ) Jul 14, 2023

Peneliti BRIN Sampaikan Kuliah Umum Taksonomi dan Ekologi Hewan kepada Mahasiswa Universitas Nasional


Cibinong – Humas BRIN. Sekitar 70 orang Mahasiswa Program Studi Biologi dan Pertanian, Universitas Nasional (Unas) beserta dosen pendampingnya, mengikuti kuliah umum yang disampaikan dua peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Cahyo Rahmadi dan Wanda Kuswanda. Kuliah umum yang dikemas serius tapi santai ala Talk Show tersebut berlangsung dari pagi hingga menjelang sore di Auditorium Teratai, Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, pada Senin (10/07).

Cahyo Rahmadi, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN berkesempatan memberikan kuliah umum pertama kepada para mahasiswa. Dirinya menerangkan tentang Taksonomi Hewan, bidang ilmu yang selama ini ia tekuni sebagai seorang peneliti di BRIN.


Taksonomi Hewan


Menurut Cahyo, dalam arti luas taksonomi adalah “the science of classification”,  sedangkan dalam arti khusus adalah klasifikasi organisme hidup. Asal katanya adalah taxis (“pengaturan “) dan nomos

(“hukum”). “Oleh karenanya taksonomi adalah metodologi dan prinsip botani sistematis dan zoologi dan set up susunan dari macam-macam tumbuhan dan hewan dalam hierarki kelompok superior dan subordinat,” ujarnya.


Jika diklasifikasikan maka taksonomi adalah pengelompokan organisme berdasarkan karakter morfologi yang cocok. “Aristotle diketahui yang pertama kali mengklasifikasi organisme lebi 2000 tahun lalu menjadi 2 grup: Tumbuhan dan Hewan,” sambung Cahyo.


“Dari sisi penamaan, dalam taksonomi ada kaidah-kaidah penamaan untuk nama spesies yaitu Binomial Nomenclature artinya dua nama, diperkenalkan pertama oleh Carolus Linnaeus (1707-1778), yaitu Nama Ilmiah dan Nama Umum,” rinci Cahyo.


Penamaan dan tata nama serta peraturan terkait taksonomi hewan mengacu pada International Code of Zoological Nomenclature (ICZN) yang dikeluarkan oleh International Commission on Zoological Nomenclature (https://www.iczn.org/the-code/the-code-online/).


ICZN mengatur dari penamaan, jumlah kata yang digunakan, kriteria publikasi, kriteria ketersediaan, tanggal publikasi sampai mengatur “Spesimen Tipe”  yang digunakan dari tingkat spesies sampai famili.

Hal ini untuk mengatur “keabsahan” sebuah “Nama Ilmiah”dan juga specimen referensinya (type specimen).


Ekologi dan Kepunahan Hewan


Pemateri kedua, Wanda Kuswanda adalah Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Zoologi Terapan BRIN. Ia memaparkan tentang “Ekologi Hewan: Pentingnya bagi Konservasi.” Menurutnya Ekologi Hewan adalah cabang biologi yang mempelajari hewan dengan lingkungan biotik dan abiotik.

Wanda menerangkan perkembangan konsep ekologi. Menurutnya, ekologi bermula dari Ekologi Dasar/Shallow Ecology”. Pada fase ini bercirikan pertama, makhluk hidup dari paling sederhana hingga kompleks. Kedua, tingkatan: sel, organ, individu, populasi, komunitas dan ekosistem, fokus ekosistem dengan komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. 


Ketiga, ekosistem merupakan sentral dalam  sistem ekologi. Keempat, siklus makluk hidup (manusia), tergantung rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan. Kelima, paham antroposentrik berarti manusia bisa mengatur, memanfaatkan dan menguasai semua mahluk hidup.


Selanjutnya dikenal sebagai Ekologi Lanjutan/Deep Ecology. Pertama, tidak ada satu pun spesies memiliki hak atau tingkatan yang lebih dari spesies lain, semua memiliki hak hidup yang sama. Kedua, memusatkan biosphere/lingkungan alam untuk pemanfaatan jangka panjang. 

Ketiga, alam semesta sebagai sentral dalam sistem ekologi. Keempat, manusia sebagai bagian dari alam harus memiliki etika lingkungan dalam menjaga keseimbangan alam. Kelima, paham ecosophy berarti kearifan dalam mengatur hidup selaras dengan alam.


Terakhir menurut Wanda adalah Ecosophy, yakni pemanfaatan alam semesta secara bijaksana, lestari dan berkesinambungan untuk mendukung kebutuhan dan pertumbuhan ekonomi manusia. Hal ini selaras dengan konsep pembangunan berkelanjutan yakni pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa membahayakan kebutuhan generasi mendatang.


Tak lupa Wanda mengungkap, satwa dilindungi PERMEN LHK P.106  Tahun 2018 Total 792 satwa 562 jenis burung, 137 jenis mamalia, 37 jenis reptil, 26 jenis insekta, 20 jenis ikan, Satu jenis amphibi9 jenis dari Krustasea, Muluska dan Xiphosura. Sedangkan satwa terancam  menurut IUCN, 2021, adalah total 189 satwa, 129 jenis burung,11 jenis reptil, 3 jenis amfibi, 26 jenis mamalia dan beberapa jenis satwa laut. Sementara berdasarkan SK DIRJEN KSDAE N0.180/2015 ada 25 satwa prioritas yang dilindungi.


Pada kesempatan yang sama, Fachrudin Mangunjaya selaku dosen pendamping para mahasiswa Unas mengungkapkan rasa syukurnya diterima BRIN. “Kami berbahagia BRIN menerima Mahasiswa Program Studi Biologi dan Pertanian, Universitas Nasional. Nantinya kita berharap ilmu yang diterima bermanfaat khususnya ilmu bioprospektif dapat dimanfaatkan mahasiswa sehingga berguna untuk kesejahteraan bangsa,” tuturnya.


Dirinya menjelaskan, tiap semester di Unas ada kunjungan ke lapangan dan kunjungan ilmiah, dan masuk dalam SKS yakni Kuliah Kerja Lapangan (KKL). “Tak heran jika melihat mahasiswa Biologi berada di hutan-hutan mempelajari monyet, burung-burung, termasuk mengamati tumbuhan di Kebun Raya Bogor,” ungkap Fachrudin.


“Kita harapkan para ahli di BRIN memberikan pencerahan kepada adik-adik mahasiswa terkait zoologi, taksonomi hewan, dan lain-lain. Mohon diberi arahan apa itu BRIN, dan yang penting jangan putus sampai kunjungan saja tapi berlanjut dengan riset, publikasi karya tulis ilmiah, selain penyusunan skripsi atau tesis,” harap Fachrudin.

Acara kuliah umum dengan peneliti BRIN diakhiri dengan kunjungan ilmiah ke Laboratorium Zoologi BRIN yang dipandu oleh Nova Mujiono selaku Koordinator Pelaksana Fungsi Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah BRIN beserta tim Lab lainnya. (sl)