Peneliti BRIN Jelaskan Sejarah Penemuan Pesawat Terbang
Bogor - Humas BRIN. Pesawat terbang merupakan produk teknologi tinggi yang perkembangannya dijadikan tolak ukur perkembangan teknologi tinggi di dunia. Teknologi pesawat terbang juga mengubah sejarah manusia karena mampu membawa penumpang berpergian ke tempat jauh dengan lebih cepat dan murah. Selain itu, pesawat terbang menjadi wahana transportasi paling aman dibandingkan alat transportasi darat karena jarang terjadi kecelakaan. Lantas seperti apa awal mula penemuan pesawat terbang?
Periset Pusat Riset Teknologi Penerbangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Angga Septiyana mengungkapkan penemu pesawat terbang adalah Orville Wright dan Wilbur Wright. Mereka dikenal dengan sebutan Wright brothers atau Wright bersaudara. Siapa sangka keduanya merintis usaha dari toko yang menjual serta memperbaiki sepeda.
"Mereka bermimpi bisa menerbangkan manusia layaknya burung. Wright bersaudara ini kemudian mengumpulkan dana dari toko sepedanya untuk melakukan penelitian pesawat terbang," ujarnya saat menerima kunjungan SMPIT Insantama Leuwiliang di Kawasan Sains Jacob Salatun, Pusat Riset Teknologi Penerbangan, Rabu (28/8).
Mulanya, lanjut Angga, mereka mulai membuat tiga pesawat layang bersayap kembar. Usaha mereka berkali-kali gagal, tapi mereka tidak menyerah. Pesawat ketiga telah diujinya sebanyak 1000 kali penerbangan dan ternyata berhasil dengan sukses. Kemudian mereka membuat mesin motor ringan. Mesin tersebut dipasang di pesawat keempat yang dinamakannya Wright Flyer.
"Pesawat Wright Flyer ini dikemudikan oleh Orville, berhasil mengangkasa selama 12 detik. Kemudian pesawat tersebut turun kembali setelah mencapai 37 meter dari tanah. Penerbangan tersebut merupakan penerbangan pesawat yang pertama dalam sejarah. Itulah 12 detik yang mengubah dunia," ungkapnya.
Angga menjelaskan, teknologi pesawat terbang terus berkembang mengikuti zaman.
BRIN bersama PT Dirgantara Indonesia sudah membuat pesawat N-219. Pesawat ini dilengkapi dua mesin dan memiliki kapasitas penumpang 19 orang. Pesawat N-219 resmi diberi nama Nurtanio. "Keunggulan pesawat ini tidak butuh landasan panjang. Kurang dari 600 meter sudah bisa takeoff - landing," terangnya.
Selain mendapat materi tentang teknologi penerbangan, peserta kunjungan diajak berkeliling ke beberapa fasilitas, diantaranya melihat pesawat tanpa awak dan drone pertanian. Peserta juga berkeliling ke hanggar dan bertemu Pesawat Cinta yang dipakai untuk membantu modifikasi cuaca. (dv)