Peneliti BRIN Berbagi Pengalaman Menulis Ilmiah dengan Metode NLR
Jakarta - Humas
BRIN. Tinjauan literatur adalah
sebuah tahapan penting dalam sebuah penelitian untuk memastikan apakah ada
penelitian terdahulu yang bisa menjadi acuan penelitian saat ini. Tinjauan
literatur ini juga dapat dijadikan analisis dalam menyusun penelitian. Yang tidak
kalah penting bahwa fungsinya juga dapat digunakan untuk memeriksa perkembangan
ilmu pengetahuan terkait penelitian yang sedang kita lakukan.
Hal itu
disampaikan Puguh Prasetyoputra, Ketua Tim Riset Data Sains Kependudukan dari Pusat
Riset Kependudukan (PRK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), saat
memberikan pengantar diskusi Learning Lounge seri 3 bertemakan “An Introduction
Narrative Literature Review (NLR)”, Selasa (23/7).
Secara lebih
terperinci, ulasan mengenai NLR dibahas oleh Rahmat Saleh dan Marya Yenita dari
Tim Riset Data Sains Kependudukan itu sendiri. Rahmat membuka presentasimya
dengan menganalogikan bahwa tinjauan literatur adalah sebuah hal yang sangat
penting dalam penulisan karya ilmiah, seperti halnya sebuah pilar bangunan yang
harus kuat.
Lebih lanjut
Rahmat memaparkan pemahamannya dari para ahli antara lain Galvan yang
mengatakan bahwa tinjauan literatur sebagai keterampilan akademis penting yang
mengharuskan kita mendemonstrasikan banyak tugas. Hal itu untuk melakukan
penelitian, membaca dengan cermat, menganalisis dan menyintesis teori dan
temuan, dan membuat argumen yang terorganisir tentang inti penelitian pada
suatu topik. Selain itu, juga mengembangkan pengetahuan rinci tentang suatu
topik penting dan mengenali sifat dinamis keilmuan dalam bidang studi tertentu.
Rahmat juga
memaparkan beberapa tipe metodologinya antara lain tipe naratif, deskriptif, scoping/mapping,
semi-sitematis, meta-analisis, sistematik, umbrella, teoretikal, realist,
critical dan integratif. Lebih fokus lagi Rahmat memperbandingkan tiga
model tinjauan literatur yakni antara Narative, Scoping dan Systemic
dari sisi kelebihan/keuntungan maupun dari sisi kerumitan dan
kompleksitasnya.
Dijelaskan
Rahmat, dalam metode narative literature review, peneliti dapat
mengidentifikasi tema dan kesimpulan utama dari berbagai studi yang telah
dilakukan sebelumnya. “Hal ini dapat membantu untuk menggabungkan hasil-hasil
penelitian yang terpisah dan membuat kesimpulan yang lebih luas,” ujarnya.
Dengan demikian,
metode tersebut memiliki keunggulan dalam memberikan gambaran yang luas dan
komprehensif dari topik penelitian. Sehingga dapat memberikan informasi yang
berguna bagi pengembangan penelitian dan praktik.
Sementara Marya
Yenita memperkuat pemaparan Rahmat dari sisi penggunaannya, Seperti bagaimana
mencari kesesuaian literatur yang dibutuhkan sesuai dengan penelitian dengan
melihat dari tujuan penelitian, ruang lingkup/isu, dan pendekatan kurun waktu
yang ingin didapatkan saat mencari melalui dokumen akademik yang ada. Misalnya
artikel jurnal, buku-buku, laporan, tesis maupun disertasi melalui google
scholar, JSTOR, Elsevier, dan wiley online library.
Marya juga memberi
contoh bagaimana penggunaan kata kunci dan sinonim bisa mendapatkan tinjauan
literatur yang lebih spesifik dan mendekati penelitian. Misalnya dalam bahasa
indonesia kita mencari penelitian yang berhubungan dengan keluarga petani,
petani muda, regenerasi keluarga petani, dam pertanian pemuda, maka dalam
bahasa inggris kita menulis kata kuncinya adalah family farmers, young
farmers, dan farmers regeneration.
Dalam memberi
contoh penggunaan tinjauan literatur, Marya memaparkan bagaimana penelitiannya
mendapatkan dokumen akademik sebanyak 42 dokumen. Hal itu terkait
penelitiannnya dengan menggunakan cara menelaah judul penelitian, abstrak, dan
konsep atau substansinya.
Di akhir papran,
Marya memperlihatkan bagaimana pengolahan data menggunakan NLR bisa
menganalisis konten sebagai konsep utama. Alasannya, karena peneliti adalah
tools analisis utama, sementara tools seperti MS. Excel, Nvivo, Mendeley, dll
hanya membantu mempermudah kategorisasi, penelusuran dokumen, visualisasi, dan
lainnya.
Di akhir sesi,
kedua narasumber memiliki kesimpulan yang sama. Yakni, NLR merupakan salah satu
tinjauan literatur yang bertujuan untuk menarasikan sebuah isu dengan metode
yang cukup fleksibel, namun rentan terhadap bias (subjektivitas peneliti/ penulisnya)
dan lack of certainty statements (banyak juga pernyataan yang kurang
pasti).
Kemudian kedua
narasumber ini sepakat bahwa metode tersebut memungkinkan peneliti menghasilkan
argumen yang menggambarkan suatu fenomena dengan memanfaatkan dokumen yang ada,
tanpa perlu mengumpulkan data primer. Tetapi hal itu tetap menghasilkan
informasi yang bermanfaat. Maka, keduanya sepakat bahwa peneliti harus mampu
mengidentifikasi tujuan penelitian yang bisa dijawab dengan NLR dan menjustifikasi
pilihan metode tersebut. (asp/ ed:And)