Pemanfaatan Fasilitas BRIN Tamansari untuk Melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi
Bandung – Humas BRIN. Sebanyak 10 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Intelejen Negara (STIN) jurusan Magister Terapan Intelijen Medik (MTIM) mengikuti Pelatihan Analisis Zat Kimia Berbahaya dan Zat Radioaktif pada Senin (22/04) – Jumat (26/04).
Pelatihan ini terselenggara berkat kerja sama antara Direktorat Pengembangan Kompetensi (DPK) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sesuai fungsinya yaitu melaksanakan pengembangan program dan kerja sama pengembangan kompetensi sumber daya manusia dengan STIN.
Pelatihan ini mencakup pengajaran terkait teknik nuklir dan aplikasinya di bidang medis, kesehatan dan lingkungan, serta praktikum di laboratorium fasilitas BRIN agar peserta lebih mengenal secara dekat teknik nuklir. Fasilitator pelatihan ini berasal dari Direktorat Penguatan dan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi, Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran, Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri serta Pusat Riset Teknologi Analisis Berkas Nuklir
“Pelatihan ini dilaksanakan dalam rangka melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi sebagai bentuk kerja sama antara BRIN dan STIN. Kegiatan ini sudah rutin berjalan selama ini, khususnya di bagian pengajaran dan juga ada aspek penelitiannya. Dengan tenaga pengajar yang merupakan periset di Kawasan Kerja Bersama (KKB) Tamansari ini, mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum setelah mendapatkan teori di kelas,” terang Satriani Aga Pasma, Kepala Program Studi MTIM STIN.
Melalui pelatihan ini, mahasiswa akan mendapatkan tambahan wawasan dan pengalaman terkait analisis zat kimia berbahaya dan zat radioaktif serta penggunaan alat XRF dan AAN, penanganan medis pada kedaruratan nuklir, pembuatan radiofarmaka, pencarian sumber hilang, identifikasi radionuklida serta keamanan fasilitas dan bahan nuklir.
Lebih lanjut, Satriani menyampaikan bahwa di BRIN KKB Tamansari ini merupakan tempat berlatih mahasiswa yang paling tepat karena adanya fasilitas reaktor serta laboratorium yang erat kaitannya dengan mata kuliah Analisis Zat Kimia Berbahaya dan Zat Radioaktif.
“Ini merupakan kegiatan tahun ketiga dan tentunya kami berharap agar kerja sama ini akan terus berkelanjutan agar bisa saling memberikan manfaat antar Lembaga” tutup Satriani.
Sebagai pengarah Praktikum, Prof. Muhayatun yang merupakan Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Teknologi Analisis Berkas Nuklir menyampaikan harapannya dari pelaksanaan pelatihan ini.
“Ini merupakan suatu kesempatan yang baik bagi peserta untuk bisa praktikum di sini karena KKB Tamansari merupakan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir di Indonesia. Tentunya kami harap seluruh peserta pelatihan dapat memahami bagaimana melakukan analisis zat kimia berbahaya dan zat radioaktif serta mengetahui bagaimana nilai strategis dari iptek nuklir bagi bangsa dan negara untuk bermanfaat bagi instansi peserta,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan pengajar yang terlibat dalam pelatihan ini merupakan pengajar yang profesional dan memiliki pengalaman nasional dan internasional, sehingga seluruh peserta dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan optimal, baik materi, nilai historis, jaringan saat ini maupun kedepannya.
Sebagai salah satu pengajar, Prabandini Wardani, dokter Ahli Muda dari Direktorat Penguatan dan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi menyampaikan materi terkait Kedaruratan Nuklir.
“Seluruh peserta mendapatkan materi penanganan medis dalam kedaruratan radiasi ini penting untuk diketahui karena dalam kedaruratan radiasi ada risiko kesehatan yang spesifik dan butuh penanganan tersendiri seperti efek karena paparan radiasi maupun kontaminasi zat radioaktif,” tutupnya. (kpv, sc)