Menyiapkan Masyarakat Urban Hadapi Pergeseran Hidup Selepas Pandemi COVID-19
Jakarta – Humas BRIN. Selama pandemi, pembatasan sosial telah menimbulkan masalah kependudukan dan pergeseran cara hidup, terutama di kota besar dengan densitas masyarakat yang tinggi. Menyikapi masalah tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membahas pentingnya riset kependudukan dan lingkungan pasca pandemi COVID-19, pada webinar BRIEF, Jumat 15 Juli 2022.
Periset dari Pusat Riset Kependudukan BRIN, Kusnandar, memaparkan bahwa masalah perkotaan sangat kompleks, salah satunya urbanisasi. Semakin tinggi pendapatan kota semakin besar pula tingkat urbanisasinya. “Saat ini penduduk kota sudah lebih banyak dari penduduk desa di Indonesia. Tentunya semakin kompleks masalah prasarana, kemiskinan, kemacetan.” Ungkapnya.
BRIEF edisi ke-34 ini mengajak para periset untuk berkontribusi pada program LDE - BRIN Akademi 2022 yang bertajuk The Smart, Sustainable, and Healthy City in Post COVID-19 Indoonesia. Selaku Wakil Ketua LDE – BRIN Akademi 2022, Kusnandar menekankan bahwa kegiatan ini adalah momentum untuk berkolaborasi dengan periset internasional.
Ketika COVID-19 melanda, efek terhadap kota besar sangat terasa karena padat penduduk. “Isu penting yang diangkat pada LDE – BRIN Akademi tahun ini adalah sustainabilitas, kota pintar, dan kesehatan, dengan sub tema riset berupa smart cities and the digital transition, health in the city, sustainable cities, energy and water management, dan urban diversity and heritage.” ucap Kusnandar.
Tidak hanya kajian kependudukan yang penting untuk dilakukan dalam mengatasi permasalahan selepas pandemi, riset terkait ilmu hayati dan lingkungan juga memegang peranan. Oleh karena itu, para periset dari Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan akan ikut berkontribusi dalam gelaran LDE – BRIN. Hal ini disampaikan oleh Dr. Sasa Sofyan Munawar, Kepala Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN.
“Banyak riset yang dilakukan BRIN terkait dengan kesehatan di perkotaan, diantaranya adalah riset pencemaran udara dan penanggulangannya, inovasi penanganan sampah rumah tangga dan kawasan, teknologi pengolahan air minum berbasis masyarakat, dan teknologi ramah lingkungan untuk urban farming.” jelas Sasa.
Berkorelasi dengan keadaan post pandemic, Sasa menuturkan bahwa para periset dilingkungannya telah berinovasi dalam menghadapi timbunan sampah medis yang selama dua tahun ini menjadi starter pack masayarakat ketika beraktifitas. Timbunan sampah medis seperti masker perlu ditangani sesuai ketentuan yang berlaku, dan disinilah pentingnya sentuhan riset dan inovasi.
"Ada teknologi kami yang berhasil mengolah limbah masker menjadi bijih plastik untuk pembuatan produk berbahan plastik. Ini teknologi yang sudah dikuasi, sudah dihilirkan kepada start-up mitra industri dan bermanfaat bagi masyarakat." terang Sasa ketika menjelaskan bahwa tidak semua limbah medis dimusnahkan, beberapa perlu untuk diolah agar memilki nilai manfaat yang baru.
Hal yang menarik selama pandemi turut menjadi temuan para periset BRIN. Dimana protokol kesehatan yang efektif dalam mencegah penularan virus justru menimbulkan masalah bagi lingkungan seperti timbunan sampah, pencemaran air karena timbunan limbah, peningkatan penggunaan air, dan peningkatan beban mikropolutan dalam air limbah.
Para narasumber menekankan pentingnya para periset lintas bidang ilmu untuk duduk bersama menghadirkan inovasi dalam mengatasi permasalah selama pandemi, serta menyusun strategi menghadapi kemungkinan yang dapat terjadi di masa mendatang. Ruang inilah yang akan difasilitasi pada LDE – BRIN Akademi 2022.
LDE – BRIN Akademi merupakan kolaborasi dari tiga (3) universitas ternama di Belanda, yaitu Leiden, Delft, dan Erasmus yang memiliki kekuatan bidang pendidikan yang berbeda, namun berkolaborasi mengatasi ragam permasalah. Ketiga universitas tersebut berkolaborasi dengan BRIN unteuk menyelenggarakan akademi yang bersifat annual, dimana tahun ini mengangkat tema kependudukan pasca pandemi COVID-19. (apm)