• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 12188 ) Oct 19, 2023

Mengenal Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Hujan Buatan


Bandung – Humas BRIN. Sebagai Pusat Riset yang berada di bawah Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM), Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA) BRIN memiliki tugas untuk melakukan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi di bidang iklim dan atmosfer, salah satunya Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau yang lebih dikenal dengan hujan buatan oleh masyarakat umum. Dalam pelaksanaannya, BRIN bekerja sama dengan BNPB, BMKG, dan TNI-AU melakukan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca ini.


Tertarik dengan Teknik Modifikasi Cuaca, 50 siswa Kelas 6 Sekolah Dasar (SD) El Fitra – Bandung mengunjungi BRIN Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Samaun Samadikun pada Rabu (18/10). Dalam paparannya dengan judul Iklim, Cuaca dan Atmosfer, Amalia Nurlatifah, Peneliti Ahli Pertama dari PRIMA BRIN menjelaskan terkait TMC.


Hujan buatan adalah hujan yang dibuat oleh campur tangan manusia dengan membuat hujan dari bibit-bibit awan yang memiliki kandungan air yang cukup. Hujan buatan dibuat dengan menaburkan banyak garam khusus yang halus dan dicampur bibit/seeding ke awan agar mempercepat terbentuknya awan jenuh,” jelas Amalia.


Lebih lanjut Amalia menjelaskan bahan yang dibutuhkan untuk hujan buatan. “Dalam Teknologi Modifikasi Cuaca dibutuhkan bahan diantaranya titik-titik kondensasi, moniak, debu atau aerosol dan asam belerang. Operasi rekayasa cuaca pada dasarnya dilakukan untuk mempercepat kejadian hujan yang seharusnya secara alami turun. Awan potensial dipicu dengan menebar garam, sehingga bisa turun hujan di tempat tertentu yang diinginkan sesuai kebutuhan,” papar Amalia.


Proses terjadinya hujan sendiri karena uap air sebagai komponen utama, kemudian menyatu dengan debu-debu sebagai inti kondensasi yg bersifat higroskopis (mudah menyerap air), kemudian terjadi titik-titik air, kumpulan titik-titik air naik kelapisan atmosfer, lalu terjadi proses kondensasi (pendinginan) sampai pada titik jenuh, titik-titik air ini akan jatuh menjadi hujan sebagai akibat dari adanya gaya berat (gravitasi).


Selain terkait Teknik Modifikasi Cuaca, Amalia juga menjelaskan terkait manfaat dari atmosfer yang merupakan lapisan gas yang melingkupi bumi. “Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk gas yang melingkupi bumi. Atmosfer bermanfaat untuk elindungi bumi dari paparan radiasi sinar ultraviolet dan lapisan ozon. Sinar ultraviolet sangat berbahaya bagi kehidupan di bumi. Melindungi bumi dari benda-benda luar angkasa yang jatuh akibat gaya gravitasi bumi. Atmosfer juga menjadi media cuaca yang bisa memengaruhi hujan, badai, topan, angin, salju, awan, dan lainnya. Memiliki kandungan berbagai macam gas yang diperlukan oleh manusia, tumbuhan, dan juga hewan untuk bernapas dan kebutuhan lainnya,” terang Amalia.


Sejalan dengan ilmu yang diajarkan di sekolah, siswa SD El Fitra juga mendapatkan penjelasan terkait perbedaan cuaca dan iklim. “Cuaca secara ruang itu sempit dan terbatas, waktunya sesaat, alat untuk menganalisisnya menggunakan prinsip fisika dan matematika dan ilmu yang mempelajarinya disebut meteorologi. Sedangkan iklim secara ruang  bersifat mikro dan lebih luas untuk jangka waktu yang lebih lama dan alat analisis menggunakan prinsip ilmu statistika dan ilmu yang mempelajarinya disebut klimatologi,” ujar Amalia.


Dzaki Nur Rahman, Wali Kelas 6 SD El Fitra, dalam sambutannya menyampaikan tujuannya berkunjung ke BRIN. Moto dari SD El Fitra sebagai Islamic scientific school memiliki visi untuk membangun wawasan siswa untuk yang bersinggungan dengan science.


“BRIN sebagai Lembaga riset dan inovasi tentunya terus melakukan inovasi terharu terkait teknologi dan science yang terbaru yang harus ditonjolkan, sehingga harapannya dari kegiatan ini bisa menumbuhkan ada rasa tertarik untuk mengetahui terkait Teknologi di siswa SD El Fitra,” tuturnya. (kpv. ed.kg)