Mengenal 5 Kelompot Riset Antariksa BRIN
Bandung-Humas BRIN. “Saat ini kelompok riset (KR) di Pusat Riset
Antariksa ada lima. Kelompok riset tersebut diantaranya KR Matahari, KR
Ionosfer dan Propagasi Gelombang Radio, KR Gangguan Satelit dan Benda Jatuh Antariksa, KR Astronomi dan
Observatorium dan KR Dinamika Lingkungan Antariksa,” ungkap Kepala Pusat Riset
Antariksa Emanuel Sungging.
“Tujuan monev ini adalah memonitoring dan evaluasi program riset Pusat
Riset Antariksa yang sudah direncanakan di akhir tahun 2022 lalu,” ungkap
Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa, Robertus Heru Triharjanto
saat membuka kegiatan Monev ORPA Triwulan I, Senin (17/04).
Robertus menambahkan Organisasi Riset dan Pusat Riset merupakan puncak
piramida untuk ilmu pengetahuan. Rekam jejak anggota dan PI (Person Investigator) sangat diperlukan
dan kolaborasi dengan pihak eksternal dapat dievaluasi.
Lanjutnya, untuk meningkatkan kompetensi SDM, para periset di pusat
riset yang masih Sarjana diwajibkan untuk melanjutkan ke jenjang Magister (S2).
Selain itu untuk periset yang S3 ditargetkan sebesar 30% di Pusat Riset dan
Organisasi Riset. Pola perekrutan di BRIN saat ini bisa dengan program Barista,
DBR dan Manajemen Talenta.
“Selain hasil penelitian menjadi publikasi bisa juga menjadi Hak
Kekayaan Intelektual (HKI),” harapnya.
KR Matahari membahas topik riset pengembangan penelitian CME di mana
sudah dilakukan diskusi kerja sama pengembangan instrument pengamatan Matahari
pada panjang gelombang H-alfa dengan periset ITERA.
KR Ionosfer dan propagasi gelombang radio membahas beberapa topik antara
lain pengembangan model geo-iono storm, pengembangan model TEC dan sintilasi,
model kanal ionosfer, karakteristik spread F dan karakteristik performa kanal
ionosfer.
KR Dinamika Lingkungan Antariksa membahas beberapa topik riset terkait
dinamika kopling angin matahari-magnetosfer-ionosfer dan bagaimana dinamika
lingkungan antariksa dapat mempengaruhi wahana antariksa dalam hal ini satelit.
Isu sampah dan benda jatuh antariksa terus mengemuka. Sistem pengamatan
dan pengolahan data yang dikembangkan belum memanfaatkan aspek robotik dari
teleskopnya sehingga topik riset yang diambil pada KR Gangguan Satelit dan
Benda Jatuh Antariksa adalah otomatisasi proses pengamatan fotometri sampah
antariksa dan pengolahan datanya.
KR Astronomi dan Observatorium Nasional membahas riset kecerlangan
langit di sekitar kawasan Observatorium Nasional, kajian teleskop radio untuk
Observatorium Nasional, pengukuran fotometri, analisis efemeris Bulan dan
Matahari dan potensi banjir pasang di pantai selatan Jawa dan Bali.
Emanuel Sungging memberikan kesimpulan bahwa penelitian terkait dosis
radiasi bisa bekerja sama dengan mitra, mengupayakan workstation khusus untuk mesin pengolah data, terkait rumah
teleskop akan dibicarakan lebih lanjut dengan pihak manajemen dan stakeholder.
“Mudah-mudahan para periset bisa melaksanakan penelitian dengan lebih
baik lagi,” ucapnya. (cw, ed: kg)