Memperdalam Tafsir Ilmu, Mahasiswa Universitas Darussalam Gontor Kunjungi BRIN
Jakarta – Humas BRIN. Pusat Riset Agama dan
Kepercayaan (PRAK) merupakan salah satu dari 85 Pusat Riset di BRIN yang khusus
mengkaji terkait dengan agama. Kajian yang dilakukan oleh PRAK juga dekat
sekali dengan pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan non Islam lainnya.
Bahkan terdapat kelompok riset di PRAK yang khusus mengkaji terkait pendidikan
agama, salah satunya tentang pesantren.
Hal tersebut diungkapkan Aji Sofanudin, Kepala PRAK dalam sambutannya saat membuka
acara kunjungan mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Quran
dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Universitas Darussalam Gontor di Kampus BRIN Kawasan
Sains Sarwono Prawirohardjo Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (09/01).
Pada kunjungan kali ini, mahasiswa
dapat berdialog langsung dengan para narasumber BRIN mengenai kajian-kajian
terkait ilmu tafsir. Aji berharap bahwa kesempatan tersebut bukan kunjungan
terakhir ke BRIN. ”Semoga ke depannya dapat terjalin skema kolaborasi antara Universitas
Darussalam Gontor dengan BRIN melalui beberapa program BRIN seperti pembimbingan
tugas akhir, post doctoral, atau lainnya,” harapnya.
Rifky Yulisyah Bagus Baskoro selaku dosen pembimbing
berharap semoga kunjungan tersebut dapat memberi manfaat khususnya bagi para
mahasiswa Universitas Darussalam Gontor. Setelah
berkunjung ke BRIN, pihaknya berharap para mahasiswa dapat memperoleh wawasan
baru di bidang riset dan inovasi dalam rangka menambah khazanah keilmuan dan wawasan
ilmu pengetahuan baru. Sehingga kita dapat menyinergikan, mengolaborasikan
antara ilmu tafsir dan juga ayat-ayat kauniah.
Harapan lainnya yaitu dapat memberikan kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. “Semoga kegiatan ini menghasilkan
sesuatu yang positif dan juga memberikan dampak positif untuk kemajuan bangsa
Indonesia khususnya bagi para mahasiswa,” ucap Rifky.
Dalam kunjungan dipaparkan tema “Menganalisis
Teknologi dan Sains Sebagai Bentuk Pendekatan Tafsir Ilmi” oleh Abdul Jamil Wahab, peneliti ahli madya PRAK. Dalam paparannya yang
berjudul “Tafsir Ayat-Ayat Kauniah (Tafsir Ilmi)”, Jamil mengawalinya dengan membahas
sekilas mengenai beberapa tafsir produk lajnah pentashihan Mushaf Al-Quran.
Yaitu, tafsir tahlili, tafsir wajiz, tafsir tematik, dan tafsir ilmi.
Tafsir ilmi adalah tafsir yang terkait dengan
ayat-ayat kauniah. Tafsir ilmi menitikberatkan pada kajian saintifik terhadap
ayat-ayat kauniyah dalam Al-Quran. Di dalam Al-Quran tidak hanya mengandung
masalah kepercayaan (akidah), hukum, dan pesan moral, tetapi juga berisi
petunjuk memahami rahasia alam raya.
Terkait urgensi tafsir ilmi, Jamil mengungkap bahwa tidak
semua ulama sepakat dengan tafsir ilmi. Lalu ia menyebutkan, beberapa ulama
yang mendukung tafsir ilmi mengungkapkan alasannya yaitu bahwa ayat-ayat
kauniah merupakan petunjuk atas keagungan dan kekuasaan Tuhan, untuk sebagian
orang. Prinsipnya, dengan memahami ayat-ayat kauniah akan memperkuat keimanan
kepada Tuhan.
Diuraikannya, adanya tafsir ilmu menunjukkan apresiasi
Islam atas perkembangan ilmu pengetahuan, sekaligus bukti bahwa agama dan ilmu
pengetahuan tidak saling bertentangan. Lalu, dapat mempertegas iman manusia
modern di era ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Hal itu melalui temuan-temuan
ilmu pengetahuan banyak membuktikan kebenaran pernyataan dalam Al-Quran.
Tafsir ilmi juga dapat menjadi model baru dalam
mengenalkan Tuhan kepada manusia modern. Terakhir, tafsir ilmi menjadikan
Al-Quran sebagai paradigma dan dasar yang memberikan makna spiritual terhadap
ilmu pengetahuan dan teknologi. Urgensi tafsir ilmi lainnya yaitu terkait pembuktian
kisah-kisah dalam Al-Quran secara ilmiah.
Sedangkan beberapa argumentasi para ulama yang
menolak tafsir ilmi yaitu bahwa terdapat kerapuhan filologisnya, kerapuhan
teologisnya, dan kerapuhan secara logika. Mereka khawatir tafsir ilmi akan
melemahkan dan mendegradasi Al-Qur’an yang kekal, absolut, universal, dan
sakral.
Jamil berpendapat bahwa tafsir ilmi menjadi pengantar
dalam memahami ayat-ayat kauniah. Sehingga ayat-ayat kauniah dapat dipahami
untuk kita dapat merasakan betapa agungnya dan berkuasanya Tuhan yang kita
sembah.
Untuk kehati-hatian, Jamil mengungkapkan beberapa
pedoman prinsip dasar penyusunan tafsir ilmi yang harus diperhatikan. Yaitu,
memperhatikan arti dan kaidah kebahasaan, memperhatikan konteks ayat yang
ditafsirkan, memperhatikan tafsir dari Rasulullah, sahabat, tabiin, dan ulama
tafsir.
Kemudian, tafsir ini tidak untuk menghakimi benar
atau salah suatu hasil penemuan ilmiah. Gunanya untuk memperhatikan kemungkinan
suatu kata atau ungkapan memiliki sejumlah makna, memahami betul segala sesuatu
yang berkaitan dengan objek bahasan ayat, serta tidak menggunakan temuan ilmiah
yang masih bersifat teori dan hipotesis.
Acara kunjungan ini dihadiri oleh 39 mahasiswa dihadiri pula oleh Deki Ridho Adi Anggara selaku
dosen pembimbing Universitas Darussalam Gontor
serta narasumber BRIN, Yumasdaleni, peneliti ahli madya PRAK. (RPS/ed:And)