Malam Batik Sawit, Inovasi BRIN yang Digunakan UMKM Jawa Timur
Surabaya - Humas
BRIN. Mewakili pimpinan BRIN, Jasyanto, Koordinator
Pelayanan Publik dan PPID, (27/10), menemui ketua Asosiasi Pebatik Jawa Timur
(APBJ) dan mengunjungi galeri Canting Wira Batik untuk melakukan pemantauan dan
memastikan keberlanjutan dari pemanfaatan malam batik sawit hasil inovasi BRIN,
dan untuk mengetahui permasalahan di lapangan.
Dalam kesempatan
tersebut, Jasyanto menyerahkan piagam kepada pemilik galeri, sebagai
penghargaan atas kontribusinya menghantarkan inovasi tersebut hingga mendapat
predikat Top 99, kemudian naik menjadi Top Terpuji (Top 45), setelah
berkompetisi dengan sekitar 3.000 inovasi lainnya. "Penghargaan ini kami
berikan sebagai ucapan terima kasih atas partisipasi dan kontribusinya dalam
menerapkan hasil inovasi ini", ujarnya usai menyerahkan piagam.
"Harapan kami, dari APBJ dan telah dicontohkan oleh galeri Canting Wira
Batik ini, pemanfaatan malam dari minyak sawit hasil inovasi kami semakin
meluas, diikuti oleh para perajin batik di seluruh nusantara, sehingga dapat
mensubstitusi bahan impor", imbuhnya.
Galeri Canting Wira Batik adalah salah satu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kerajinan Batik Jawa Timur yang menggunakan inovasi hasil riset Produk Teknologi Agroindustri Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yaitu Malam Batik dari Kelapa Sawit. Malam (sejenis lilin) dari minyak sawit hasil inovasi BRIN meraih penghargaan Top 45 pada Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Sebelumnya, proses
membatik menggunakan malam berbasis bahan baku minyak bumi atau wax parafin, kini membatik bisa
menggunakan malam berbasis minyak sawit, yang merupakan produk sintesis dan
turunan minyak sawit, seperti hasil penelitian sawit yang telah dilakukan oleh
periset Agroindustri, Indra Budi Susetyo.
Wirasno, Artisan batik, sebagai Ketua APBJ,
sekaligus pemilik Galeri Canting Wira Batik yang merupakan mitra pengguna hasil
Inovasi Malam Batik Sawit, berharap semoga kedepan lebih banyak lagi artisan yang menggunakan malam batik
sawit ini. Wirasno juga menyatakan bahwa periset agroindustri selalu membuat
terobosan baru agar malam kelapa sawit ini mempunyai formulasi yang sempurna.
Keberhasilan formulasi tersebut akan memberi peluang bagi kemandirian dan
jaminan penyediaan bahan bagi industri ini secara jangka panjang berbasis bahan
terbarukan lokal.
Wulan, perajin
batik Jawa Timur mengatakan bahwa “malam batik dari kelapa sawit ini semakin
bagus tidak mudah pecah dan lengket, sudah tidak perlu dicampur malam yang
mengandung wax parafin. Sebelumnya
pemakaian malam kelapa sawit ini berbau dan perlu dicampur dengan malam dari
jenis lain”. Parafin, yang berasal
dari sumber minyak bumi, perlu dicari penggantinya dari sumberdaya lain yang
ramah lingkungan, berkelanjutan, dan berasal dari dalam negeri. Minyak kelapa
sawit bisa menjadi solusi. Selama ini Indonesia sendiri masih bergantung kepada
impor dalam rangka memenuhi kebutuhan parafin
di berbagai macam industri.
Siti Zuhro,
pemerhati inovasi BRIN berharap “Semoga nantinya inovasi ini bisa direplikasi,
sehingga manfaatnya bisa dirasakan dan diakui secara luas di masyarakat tidak
hanya berbasis pada profit oriented”.
Adanya efek sustainability dari
inovasi ini, nilainya pasti tinggi, apalagi jika apa yang dilakukan Canting
Wira ini bisa menjadi role model untuk banyak pebatik UMKM lainnya
melalui smart heritage. (dsf/bdk)