• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 250 ) Jun 14, 2024

Libatkan Kelompok Fungsi dan Stakeholder, BRIN Siap Untuk Penguasaan Teknologi Aeronautika


Bandung-Humas BRIN. Evaluasi Tim Keantariksaan pada Tahap I (periode 2016-2020) pada Rencana Induk (Renduk) Penyelenggaraan Keantariksaan menemukan target teknologi keantariksaan yang belum tercapai. Salah satunya adalah teknologi aeronautika dimana Indonesia mengembangkan pesawat penumpang (sipil) yang dapat diproduksi secara masal dan bernilai komersial yang pemanfaatannya sebagai transportasi udara secara nasional.

Selain itu, pengembangan teknologi penerbangan pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle) yang dapat dimanfaatkan untuk banyak kebutuhan nasional, seperti pemantauan lahan perkebunan, sawah, hutan, dan pemantauan wilayah tertentu yang sulit dijangkau jika terjadi bencana alam di lokasi tersebut masuk pada target yang belum tercapai.

Hal tersebut menjadi agenda diskusi terarah Direktorat Perumusan Kebijakan Riset, Teknologi, dan Inovasi (PKRTI), Deputi Bidang Kebijakan Riset dan Inovasi (DKRI)-BRIN untuk melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan 2024-2045 Tentang Teknologi Aeronautika, pada Selasa (11/6) di Bandung.

Koordinator Pelaksanaan Fungsi Kajian dan Perumusan Kebijakan Penyelenggaraan Keantariksaan (KPKPA)-BRIN, Mardianis mengungkapkan FGD dilaksanakan sebagai tahapan pengumpulan data dan analisis data yang melibatkan kelompok fungsi dan stakeholder baik litbang TNI Angkatan Udara, akademisi maupun industri sebagai pendukung dalam penyusunan rekomendasi kebijakan untuk revisi Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan 2024-2040 pada penguasaan teknologi aeronautika.

"Penyusunan revisi tersebut merupakan implementasi dari UU Nomor 21 tahun 2013 tentang Keantariksaan dan sebagai tindak lanjut adanya evaluasi rencana Induk yang telah dilakukan," tuturnya.

Dirinya menegaskan, hal itu untuk menjabarkan target-target kegiatan penyelenggaraan keantariksaan yang harus dilaksanakan dan dicapai oleh BRIN sebagai Penyelenggara Keantariksaan dengan berkoordinasi bersama stakeholder baik nasional maupun internasional. Sehingga pengembangan teknologi aeronautika nasional tidak hanya dapat dilihat secara teknologi dan riset saja, namun dapat dilihat nilai startegis dalam manfaatnya di berbagai bidang dan nilai komersialnya yang menjadikan Indonesia menjadi negara mandiri dalam teknologi aeronautika.

Letkol Teknik Dislitbang TNI Angkatan Udara Yogaswara mengungkapkan, antariksa sebagai lingkungan strategis harus dibangun dan dipertahankan untuk menciptakan keunggulan antariksa dengan mengintegrasikan kekuatan antariksa (spacepower) ke dalam operasi militer  untuk menjaga kepentingan nasional. "ini perlu didukung adanya kemampuan asset spacepower baik dalam komunikasi, navigasi, pengamatan dan pemantauan, peringatan deteksi dan penjejak ancaman, serta keamanan siber dan kecerdasan artifisial dalam fasilitas wahana antariksa termasuk persenjataan," ucapnya.

Senada, Wakil Dekan 1 Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Yoga Yulasmana menambahkan kelompok riset yang membidangi teknologi di BRIN sebagai sumberdaya perlu membangun keunggulan dalam penguasaan teknologi keantariksaan serta merumuskan tahapan-tahapan membangun teknologi tersebut.

Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik Mesin dan     Dirgantara-ITB, Tatacipta Dirgantara  mengungkapkan ITB akan berkolaborasi dengan BRIN untuk mendukung teknologi keantariksaan. “Peran ITB sebagai lembaga pendidikan, dan BRIN sebagai lembaga penelitian,bersama-sama akan memfokuskan diri pada pengembangan teknologi dan keantariksaan,” tutupnya. (sc/ed. mg)