• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 346 ) Feb 21, 2023

Kolaborasi dan Dikusi Orbit, Satelit dan Hal Lainnya Terkait Riset Antariksa


Bandung-Humas BRIN. Penelitian tentang “Diagnosis Dampak Dinamika Lingkungan Antariksa Terhadap Anomali Sistem Orientasi dan Orbit Satelit” merupakan penelitian yang menjelaskan bagaimana lingkungan antariksa dan sumber gangguannya yang berupa perubahan komposisi ionosfer, badai magnet, dan  fluktuasi medan magnet.

 

Satelit yang ditempatkan di antariksa memiliki orbit tertentu. Stabilitas orbit sebuah satelit ditentukan oleh gaya drag atmosfer yang dialami oleh satelit tersebut. Lingkungan antariksa bersifat dinamis dan mengakibatkan fluktuasi koefisien drag atmosphere yang selanjutnya mempengaruhi orbit satelit. Hal tersebut disampaikan oleh Laode Musafar Kilowasid dalam program LINEAR, Jumat (17/2).

 

Program LINEAR (Kolokium Mingguan Riset Antariksa), merupakan program baru di tahun 2023 di mana diharapkan bisa menjadi wadah diskusi dan kolaborasi, baik internal Pusat Riset Antariksa maupun dengan semua yang bergiat dalam riset antariksa.

 

Laode juga mengungkapkan data yang akan digunakan pada penelitian ini dari data satelit LAPAN-A3, satelit LAPAN-A2, satelit lainnya pada orbit LEO, indeks geomagnet, angin surya dan data magnetometer permukaan bumi. Sedangkan model yang akan dipakai yaitu model IGRF, Tsyganenko, IRI, dan Nrmlsise.

 

Selanjutnya Suraina memaparkan proposal penelitiannya terkait “Analisis Depresi foF2 Saat Badai Geomagnet dan Gerhana Matahari.” Analisis ini menjelaskan seberapa besar terjadinya penurunan intensitas radiasi matahari saat badai geomagnet dan gerhana matahari berlangsung.  Lapisan ionosfer dan badai geomanget berpengaruh pada penelitian tersebut.

 

Lapisan ionosfer merupakan bagian dari atmosfer Bumi yang disusun berdasarkan kerapatan plasma. Radiasi matahari menjadi sumber energi utama untuk fotoionisasi dalam pembentukan plasma. Perubahan intensitas radiasi matahari dapat menyebabkan perubahan kerapatan plasma di lapisan ionosfer. 

 

Rekombinasi antara molekul netral dengan molekul bermuatan juga dapat menyebabkan perubahan kerapatan plasma. Pada siang hari terjadi peningkatan kerapatan plasma secara eksponensial, kerapatan plasma paling tinggi terjadi pada lapisan F ionosfer. Lapisan F2 ionosfer merupakan unsur terpenting dalam keberhasilan komunikasi radio. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini.

 

“Selain itu, saat gerhana matahari berlangsung, terjadi penurunan intensitas radiasi matahari. Intensitas radiasi matahari yang sampai ke lapisan ionosfer sebanding dengan laju ionosasi dan berpengaruh terhadap kerapatan plasma,” ujar Suraina.

 

“Riset atau penelitian ini mengambil data dari berbagai sumber yaitu data pengamatan ionosonda di stasiun Pontianak, Biak, Pameungpeuk, Sumedang, Kupang dan Kototabang dari tahun 2010 s.d 2022, data gerhana matahari dan badai geomagnet dari website/laman khusus,” ucap Suraina.

 

Pada pertemuan LINEAR ini Kepala Pusat Riset Antariksa berharap para peneliti atau sivitas Pusat Riset Antariksa yang hadir dapat berdiskusi sehingga memperoleh tips dan trik untuk bisa mengikuti jejak melanjutkan kuliah lebih lanjut dengan skema DbR (Degree by Research) di sambutan awal. (cw, ed: kg)