• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 841 ) Jun 8, 2023

Kisah Sukses Surya Satellite-1, dari Riset hingga Mengorbit di Angkasa


Bogor – Humas BRIN. Surya Satellite-1 atau SS-1 merupakan satelit nano pertama buatan ilmuwan muda Indonesia, bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Satelit ini sukses mengorbit setelah dilepaskan dari Stasiun Antariksa Internasional atau International Space Station (ISS) pada 6 Januari 2023 pukul 15.03 WIB.


SS-1 memiliki dimensi 10 cm x 10 cm x 11,35 cm dan berbobot sekitar 1 kg. Misinya, yaitu Automatic Packet Reporting System (APRS) yang berfungsi sebagai media komunikasi via satelit dalam bentuk teks singkat. Teknologi ini dapat dikembangkan untuk mitigasi bencana, pemantauan jarak jauh dan komunikasi darurat.


Sebelum mengorbit di angkasa, SS-1 telah melalui proses riset yang panjang. Proyek ini diinisiasi oleh mahasiswa Surya University. Mereka adalah M. Zulfa Dhiyaulfaq, Suhandinata, Hery Steven Mindarno, Setra Yoman Prahyang, Afiq Herdika Sulistya, dan Roberto Gunawan.


Anggota Tim SS-1 Hery Steven Mindarno mengungkapkan, proyek SS-1 dimulai pada 2016 silam, diawali dengan Lokakarya Stasiun Bumi bersama Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI). Ketertarikan terhadap teknologi satelit pun tumbuh.


Pada 2017, tim SS-1 memulai pelatihan dan riset pembuatan satelit nano dengan supervisi dari para periset di Pusat Riset Teknologi Satelit yang saat itu masih di bawah naungan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebelum melebur ke dalam BRIN.

 

Setahun berselang, SS-1 mendapat dukungan kembali dari Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN. Mereka mendapat bimbingan mulai dari tahap desain, manufaktur, perangkaian hingga pengujian satelit. Dukungan terhadap riset satelit ini semakin diperkuat dengan kolaborasi multipihak bersama PT Pasifik Satelit Nusantara, PT Pudak Scientific, ORARI hingga Kementerian Komunikasi dan Informatika.


Rancangan prototipe model satelit pun rampung pada 2018 dengan misi APRS untuk kebutuhan komunikasi radio amatir. Pada tahun yang sama, tim SS-1 terpilih menjadi pemenang pada sayembara program Kibo CUBE sehingga memperoleh slot peluncuran dari ISS. Program ini diinisiasi oleh United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA) dan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA).


Saat acara Asia Pacific Regional Space Agency Forum (APRSAF) ke-24 pada November 2018 di Singapura, tim SS-1 kembali menjalin kerja sama dengan JAXA. Perjanjian ini membahas tentang pembimbingan proses pembuatan nano satelit yang terdiri dari beberapa fase reviu.


Selanjutnya, pada Februari 2019, tim SS-1 melakukan kerja sama dengan PT. Pudak Scientific untuk proses pengadaan manufaktur struktur dari SS-1.


Kemudian, Tim SS-1 melakukan pertemuan dengan JAXA pada Mei 2019 di Pusat Riset Teknologi Satelit. Pertemuan ini membahas dokumen teknis peluncuran yang diperlukan pada Fase 01, yaitu perancangan dan simulasi nano satelit. Pada Desember 2019, tim SS-1 dinyatakan lolos pada tahap Fase 02, dan melanjutkan ke tahap Fase 03, yaitu pembuatan dan pengujian nano satelit.


Proses pengerjaan dokumen Fase 03 dan pengadaan beberapa komponen untuk Flight Model Surya Satellite-1 dilakukan pada 2020.


Pada pertengahan 2021, perangkaian SS-1 dimulai.  Tim SS-1 juga melakukan beberapa tahap pengujian yang terdiri dari Final Functional Testing dan Environmental Testing di Pusat Riset Teknologi Satelit. Pengujian ini selesai pada akhir tahun 2021.


Pada tahun yang sama, Tim SS-1 bekerja sama dengan PT. Pasifik Satelit Nusantara untuk membangun Stasiun Bumi dari tahap desain hingga digunakan.


Setelah melalui serangkaian proses riset, SS-1 akhirnya selesai. Tim SS-1 melakukan Satellite Fit Check Test bersama JAXA dan UNOOSA untuk memastikan ukuran satelit sesuai dengan ukuran Japanese Experiment Module Small Satellite Orbital Deployer (JSSOD) yang ada di ISS. Selain itu, Satellite Fit Check Test juga berguna untuk memastikan tidak ada interferensi mekanik.


Tim SS-1 juga melakukan Sharp-Edge Test untuk memastikan tidak ada sisi luar satelit yang tajam dan berpotensi melukai astronaut. Satelit ini juga telah melalui berbagai pengujian lainnya seperti Functional Test, Vacuum Test, Thermal Test, Vibration Test, Battery Test, serta Payload and Communication Test.


Pada Juni 2022, satelit berhasil lolos tahapan reviu Fase 03 dan Safety Review Panel atau tinjauan keamanan oleh para teknisi JAXA. Surya Satellite-1 kemudian diserahkan  kepada JAXA di Jepang sebagai pihak peluncur.


Meluncur Menuju ISS

SS-1 berhasil diluncurkan menuju ISS dengan menumpangi roket SpaceX Falcon 9 milik Elon Musk, pada 26 November 2022 waktu setempat di Kennedy Space Center, Florida. Peluncuran satelit ini sempat tertunda beberapa hari lantaran faktor cuaca yang tidak mendukung.


Selain membawa SS-1, roket tersebut membawa lebih dari 2.630 kg muatan untuk misi penelitian, perlengkapan kru ISS dan berbagai perangkat keras.


Selanjutnya, SS-1 dilepaskan dari ISS dengan modul deployer (JSSOD) menuju orbit bumi rendah (low earth orbit/LEO) pada 6 Januari 2023 dan disiarkan secara langsung di Gedung BJ Habibie BRIN, Jakarta serta Tsukuba Space Center, Jepang. Acara pelepasan satelit ini dihadiri langsung oleh Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko dan Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kanasugi Kenji. Peluncuran ini menjadi tonggak pencapaian industri antariksa nasional yang dipelopori ilmuwan muda Indonesia.


Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menyampaikan, inisiatif dari para mahasiswa dalam pengembangan SS-1 ini diharapkan menjadi motivasi dan inspirasi bagi generasi muda Indonesia. BRIN siap memberikan dukungan penuh melalui Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Iptek (SDMI) dalam program pengembangan kapasitas sumber daya manusia melalui mobilitas periset. Tim SS-1 juga diharapkan bisa terus melanjutkan proyek pengembangan satelit dan bisa melanjutkan pendidikan S2 dan S3 melalui program beasiswa berbasis riset dari BRIN sebagai program pengembangan manajeman talenta nasional dalam bidang riset dan inovasi.


Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Robertus Heru Triharjanto mengatakan, BRIN mendukung pengembangan satelit oleh universitas maupun startup Indonesia dengan keahlian yang telah dimiliki. Skema tersebut berupa dukungan riset, fasilitas pengujian dan integrasi satelit.


“Fasilitas laboratorium kami terbuka untuk siapapun baik dari akademi maupun industri yang ingin membuat satelit, karena bikin laboratorium untuk integrasi dan pengujian satelit itu mahal. Silakan pakai fasilitas yang ada di BRIN, demikian juga stasiun bumi, silakan dimanfaatkan,” ujarnya,


Menurut Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit Wahyudi Hasbi, keberhasilan peluncuran SS-1 merupakan kebanggaan yang pertama bagi Indonesia. Capaian ini membuktikan bahwa anak-anak Indonesia sudah siap masuki era teknologi tinggi.


“Mereka sangat siap dengan knowledge yang mereka miliki, dan bisa menghadapi tantangan teknologi. Biasanya kalau melihat anak-anak muda sekarang lebih banyak tertarik dengan software development, ternyata mereka mampu ke sisi hardware dengan kelas teknologi tinggi,” tuturnya. (rcb)