• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 672 ) Jun 23, 2022

Jakarta: Kini, Dulu, dan Nanti


Jakarta - Humas BRIN, Memeriahkan HUT ke-495 Kota Jakarta, BRIN melalui BRIN Dialogue in IG Live (BRIDGE) kembali hadir untuk mengungkap berbagai fakta menarik mengenai kota Jakarta, budaya serta masyarakat asli kota Jakarta. BRIDGE kali ini mengundang Halimatusa’diah, M.Si seorang peneliti Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN untuk berdialog ringan dan berbagi pengetahuan mengenai Kota Jakarta dari sudut pandang seorang periset dengan mengusung tema “Jakarta: Dulu, Kini dan Nanti.”

Jakarta sebagai Ibu kota dan pusat perekonomian tentunya tidak pernah lepas dari berbagai paparan informasi seperti isu, bahasan politik serta hal lain yang meredam informasi mengenai sejarah awal mula terbentuknya Jakarta hingga identitas asli masyarakat Jakarta yaitu suku Betawi.

Halima menjelaskan, untuk mengetahui seseorang adalah masyarakat asli suku Betawi dapat melalui beberapa pendekatan yaitu pendekatan lokal, agama, keturunan dan bahasa. Pada pendekatan lokal, masyarakat yang termasuk asli suku Betawi adalah masyarakat yang telah tinggal lama di kota yang dulu bernama Batavia ini.

“Kemudian, pendekatan yang biasa dikaji dan dilakukan adalah melalui garis keturunan, serta dialek dan bahasa yang digunakan oleh masyarakat tersebut untuk menentukan bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakan asli Jakarta,” tutur Halima.

Periset yang merupakan asli keturunan suku Betawi ini juga menjelaskan bahwa masyarakat suku Betawi memiliki sifat yang terbuka, egaliter dan menerima. Pada kajian yang sudah ada, sifat ini terbentuk melalui berbagai faktor, salah satunya adalah Jakarta yang sejak dulu kala merupakan pusat ekonomi sehingga menjadi tempat datang dan pergi masyarakat dengan berbagai suku dan budaya.

Selain memiliki bahasa dan dialeknya, masyarakat asli suku Betawi juga memiliki simbol yang berkaitan erat dengan budaya Betawi serta kearifan lokalnya yaitu Ondel-ondel. Halima menjelaskan bahwa simbol yang menjadi ikon dan maskot di kota Jakarta ini memiliki sejarah yaitu sebagai media yang dipercaya masyarakat suku Betawi untuk menjauhkan musibah dan menolak bencana.

“Ondel-ondel yang biasa kita lihat di Jakarta sudah berubah bentuknya agar lebih dapat diterima masyarakat saat ini. Rupa dari Ondel-ondel kalau sekarang sudah ada yang berpendapat seram dan bahkan takut, justru dulu lebih seram karena memang tujuan awalnya adalah untuk menakuti bencana atau musibah yang datang,” jelas Halima.

Kini Jakarta menjadi kota yang lebih besar dari sebelumnya. Berbagai kolaborasi suku dan budaya, multikultural dan multietnis telah memberikan warna baru bagi Kota Jakarta.

Selain melakukan riset, Halima beserta rekan-rekannya juga membangun wadah khusus untuk meningkatkan pengetahuan tentang budaya Betawi sekaligus melestarikanya agar tetap terjaga eksistensinya. “Untuk masyarakat Jakarta, yuk kembali dalami pengetahuan mengenai identitas asli diri kita dan budaya kita sebagai masyarakat asli Jakarta. Jangan sampai di masa depan justru kita tidak mengetahui mengenai budaya leluhur kita. Jaga dan lestarikan,” ungkap Halima menutup kegiatan BRIDGE kali ini. (rts / ed: pur)