Jajaki Kerjasama Bioremediasi Tanah, Rise Holdings Japan Kunjungi Pusat Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN
Puspiptek - Humas BRIN, Dalam rangka menjajaki kerja sama delegasi Rise Holdings Japan kunjungi Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN (24/05), kunjungan yang diterima oleh oleh Direktur Penguatan dan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi Salim Mustofa, Kepala Pusat Lingkungan dan Teknologi Bersih dan tim periset.
Zahrul Mutaqin selaku atase kehutanan yang mendampingi delegasi Rise Holdings dalam sambutannya menyatakan bahwa kedatangan Rise Holdings kali ini merupakan tindak lanjut dari business trip sebelumnya dalam rangka kerjasama sharing teknologi dalam hal bioremediasi pemulihan tanah.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Yuji Naito Executive Managing Director Rise Holdings dalam pemaparannya menyampaikan bahwa saat ini Rice Holdings memiliki dua bisnis yang berjalan yaitu medical regeneration dan bidang pertanian.“ Tujuannya kami ingin membuat komunitas yang bisa hidup 120 tahun” tambahnya yang disambut tawa peserta
Menurutnya, pada awalnya untuk mencapai target 120 tahun mereka fokus pada stem cell melalui stem cell teraphy, anti aging, regenerative, tetapi setelah dianalisa kembali ternyata bahwa poinnya itu dari makanan, sehingga mereka mulai improve makanannya seperti apa sehingga mulai masuk ke area pertanian.
“jadi misinya adalah membuat komunitas yang bisa hidup panjang sampai usia 120 tahun dengan mengoptimalkan makanan yang sehat dan regenerative medicine” tegasnya. Tim yang hadir saat ini merupakan bagian dari organisasi Rise Holding, yaitu Rise Labo Division yang bergerak dalam riset.
Untuk Labo Division saat ini menjalankan regenerative medicine dan bidang pertanian, poin pentingnya adalah mengapa makanannya kurang sehat, salah satu faktornya adalah tanahnya sudah tercemar. Melalui teknologi yang ditemukan Takagi, Rise Holding mencoba bekerjasama bagaimana mengimprove kondisi tanah.
Menurutnya, di Jepang sendiri penggunaan pestisida dan pupuk cukup tinggi, sehingga memberikan efek bagi Kesehatan. Tetapi di Jepang riset dan penemuan dilakukan secara kontinyu dan disebarkan ke petani-petani dan asosiasi supaya berkembang. Penggunaan pupuk dan pestisida untuk mendorong produksi tak bisa dihindari, oleh karena itu teknologi Takagi digunakan untuk membersihkan tanah yang sudah tercemar dari pupuk dan pestisida.
Pertanyaannya adalah bagaimana cara membersihkannya?
Pertama dilakukan analisa terhadap lahannya, tercemarnya oleh polutan apa. Setelah itu dilakukan analisa mikroba apa yang cocok untuk pembersihan lahan tersebut. Dengan teknologi yang ditemukan Takagi, dilakukan pembudidayaan terhadap mikroba yang cocok dan dimasukan ke dalam arang dan disebar di lahan.
“Setelah dilakukan pembersihan pun, mungkin penggunaan pupuk dan pestisida tetap berlangsung, tetapi karena telah dimasukannya mikroba yang terikat di arang ke dalam tanah, sehingga yang tersisa di tanah lebih sedikit dan kondisinya lebih bagus” jelasnya
Kazuhiro Takagi yang merupakan Chief Technology Officer Rise Holding sudah melakukan penelitian selama 30 tahun di NARO (National Agrikultur and Food Research Organitation) Japan. Takagi menyampaikan bahwa pestisida sudah digunakan sejak lama sehingga menjadi Persistent organic pollutants (POPs). Jadi sebenarnya teknologi yang ditemukannya bermula dari tanah yang tercemar, sehingga sayuran atau makanan yang ditanam di tanah tersebut pasti tercemar.
“Jadi kita selesaikan dulu masalah dari hulunya yaitu tanah yang tercemar, kita analisa dulu kondisi tanahnya dengan menggunakan bakteri, kemudian kita perbaiki kondisi tanah menggunakan kultur bakteri tadi” tegasnya. Untuk teknologinya menggunakan Bioremeditation atau Bioaugmentation. Jadi caranya kita ambil bakteri yang ada di tanah, kita analisa yang paling cocok untuk dikembangkan, lalu dikultur dan dimasukkan kembali ke dalam tanah. Selama ini bioremeditation dilakukan dengan cara dibakar atau dipangkas sehingga fungsi dari lahan tersebut hilang.
Dengan teknologi Takagi, pemanfaatan lahan pertanian tidak akan terganggu, dengan biaya rendah dan aman bagi lingkungan. Untuk melakukan perbaikan dibutuhkan bakteri yang ada di dalam tanah itu sendiri. Untuk media yang digunakan berupa arang yang dibuat secara khusus dengan pengaturan pH yang sesuai dengan indicator yang ditetapkan. Fungsi arang adalah sebagai media bagi bakteri dan penyerap pestisida. Jadi untuk tanah yang tercemar POPs nantinya akan disemprot dengan arang yang mengandung bakteri untuk pembersihan.
Mustofa berharap kerjasama yang terjalin nantinya tidak hanya pengadaan atau penggunaan alat saja tetapi berupa kerjasama yang melibatkan infrastruktur dan para peneliti BRIN dalam menciptakan produk teknologi yang dapat dimanfaatkan bersama, baik berupa lisensi bersama maupun untuk tujuan komersil.
Setelah berdiskusi, delegasi Rise Holdings mengunjungi beberapa fasilitas laboratorium yang ada di Gedung Geostech Puspiptek.(ARF/edt.cj)
#ReformasiBirokrasiBRIN
#ASNBerAKHLAK
#ProfesionalOptimisProduktif