Jajaki Kerja Sama, UIN Raden Mas Said Surakarta Kunjungi BRIN Belajar Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra
Jakarta – Humas BRIN. Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan
Sastra (OR Arbastra), diwakili Kepala Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban
(PR KKP), Wuri Handoko menerima kunjungan Mahasiswa Semester V Prodi Sastra Inggris
dan Bahasa Arab, Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta.
Kunjungan berlangsung Selasa (22/08) di Kantor BRIN Kawasan Sains Sarwono
Prawirohardjo, Jl Gatot Subroto, Jakarta.
Kunjungan diterima langsung oleh para Kepala Pusat Riset dan para peneliti di
lingkungan OR Arbastra. Dalam kunjungannya, para mahasiswa ini didampingi Ketua
Jurusan Bahasa dan Sastra Nur Asiyah, Sekretaris Prodi Nanang M. Kosim,
Koordinator Prodi Mohammad Mustaqim, dan Koordinator Unit Pratikum Yusin Sartika.
Dalam sambutan pembuka, Wuri Handoko menyampaikan terima kasih atas
kunjungan tersebut dan berharap agar kegiatan ini bisa menjadi ajang tukar
informasi. Lalu ia mengenalkan kepada tamu kunjungan sejumlah tujuh pusat riset
di lingkup OR Arbastra dan menjelaskan riset – riset yang dilakukan.
Wuri juga menjelaskan dalam paparan, sejarah pembentukan OR
Arbastra yang merupakan tindak lanjut dari penataan organisasi dan tata laksana riset dan periset
BRIN. Proses yang lebih tepat disebut dengan integrasi tersebut, diungkapkannya,
diharapkan berpengaruh positif terhadap kemajuan, pengembangan, penemuan,
serta kebaruan di bidang arkeologi,
kebahasaan, kesastraan, dan khazanah keagamaan. Hal itu terhadap tuntutan untuk
menghasilkan pengetahuan sebagai solusi atas persoalan bangsa dari perspektif
budaya, kekayaan alam pikir leluhur bangsa, bahasa, dan sastra, serta menjadi rujukan
ilmu pengetahuan di tingkat nasional, regional, maupun global.
Sementara Nur Asiyah, mewakili pihak sekolah mengutarakan maksud
kunjungannya yaitu untuk belajar atau menimba ilmu tentang Sastra Inggris dan
Bahasa Arab. ”Kami ingin tahu, bagaimana meneliti dengan baik dan benar. Jika
diperlukan, kami akan ditindaklanjuti kerja sama di berbagai aspek KKN, Prodi,
dan harapan kami ke depan dapat melahirkan para peneliti sesuai talentanya,” ungkapnya.
Kegiatan kunjungan diawali dengan paparan dari para Kepala Pusat Riset. Diawali
paparan Wuri tentang tiga kelompok riset di bawah koordinasinya. Disambung
dengan paparan Kepala Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra, Katubi yang menyampaikan bahwa
SDM di bawah koordinasinya yang tersebar di sejumlah 20 kota di
Indonesia maka menerapkan sistem bekerja digital
meeting. Ia juga mengenalkan lingkup kegiatan riset di beberapa kelompok
risetnya, seperti dokumentasi bahasa dan sastra/ tradisi lisan
dan pemanfaatannya, pemertahanan bahasa, bahasa dan
sastra yang terancam punah dan
revitalisasinya, bahasa, sastra, dan sejarah, toponimi dan rumpun bahasa, serta
kebudayaan Austronesian dan non- Austronesian/Melanesia.
Berbicara lebih mendalam lagi, pusat riset ini meneliti
segala upaya pencegahan terjadinya kepunahan bahasa. Dijelaskannya, hal itu
penting dilakukan karena Indonesia menjadi laboratorium terbesar kedua di dunia dalam hal keragaman bahasa dengan
sekitar 742 bahasa. Begitupun sastra/ tradisi lisannya. Namun Katubi
menyayangkan, ratusan bahasa dalam kondisi terancam punah, terutama di
wilayah Indonesia Timur.
Paparan selanjutnya oleh Pusat Bahasa Sastra dan Komunitas yang disampaikan
peneliti Fairul Zabadi. Ia menyampaikan pusatnya memiliki bidang riset, seperti
Bahasa dan hukum, Bahasa, sastra, dan dunia digital, Bahasa, sastra, dan
kependudukan, Bahasa, sastra, dan politik, Lanskap bahasa, Pembelajaran bahasa
dan sastra, Bahasa, sastra, dan kebudayaan, Bahasa, sastra, dan disabilitas, Bahasa,
sastra, dan lingkungan, Bahasa, sastra, dan ekonomi kreatif. Pusat ini meneliti
bahasa dan sastra dalam berbagai sisi
kehidupan pengguna bahasa dan interaksinya dengan komunitas bahasa lain, karena
bahasa dan sastra bukanlah objek yang berdiri sendiri.
Berikutnya, dipaparkan Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan oleh
peneliti Harist Fadli. Ia menyampaikan Pusat Riset ini dibentuk dengan tujuan
untuk lebih memaksimal dan mengembangkan
hasil penelitian di bidang manuskrip, literatur, dan tradisi lisan sebagai
objek pemajuan kebudayaan intangible menjadi
lebih inovatif dan mampu menjawab tantangan zaman.
Sesi paparan dilanjutkan dengan diskusi. Para mahasiswa ini sangat antusias
mengajukan pertanyaan melingkupi desiminasi,
kepuasan peneliti, PKL, serta inovasi dan riset yang dilakukan. Acara ditutup dengan
sambutan penutup Kepala OR Arbastra, Herry Jogaswara. Ia menegaskan bahwa hasil
riset BRIN dapat dimanfaatkan untuk semua kalangan masyarakat. ”BRIN tidak hanya
untuk para peneliti namun untuk semua
masyarakat Indonesia, termasuk pendanaan BRIN juga untuk semua kalangan periset,”
tegasnya sambil memberi contoh program bantuan dana Barista, dan lain sebagainya.
Itu semua dijelaskan Herry bahwa ada semacam Proses Korasi berupa kompentesi atau seleksi untuk mendapatkan program tersebut. Biasa dikenal dengan nama 2K, yaitu kompentesi dan Kolaborasi. Untuk itu, ia berharap melalui kegiatan kunjungan tersebut, para mahasiswa dan dosen bisa memanfaatkan informasi yang disampaikan oleh timnya. (Bam)