Jadi Rekam Jejak Penanganan Covid-19 di Indonesia, Buku Karya Pelajar Indonesia di Luncurkan
Jakarta – Humas BRIN, Pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi kondisi perekonomian global, termasuk Indonesia. Lonjakan kasus yang terjadi telah direspon secara cepat oleh Pemerintah dengan menerapkan langkah-langkah strategis untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi sekaligus penanganan pandemi. Memasuki era new normal Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Direktorat Repositori, Multimedia, dan Penerbitan Ilmiah (RMPI) adakan Webinar Series Akuisisi Pengetahuan Lokal Peluncuran Buku Indonesia Post-Pandemic Outlook Series dengan tema “Multidisciplinary strategies for Indonesia to recover stronger post-pandemic”.
Deputi Bidang Promosi Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan dalam sambutannya mengucapkan selamat dan sukses turut bangga atas disusunnya 4 buku kerja sama antara BRIN dengan PPI Dunia. Beliau mengatakan bahwa ini adalah kerja luar biasa, kerja intelektual dan sekaligus kepedulian baik secara sosial maupun dari sisi ekonomi, teknologi, dan bahkan mengangkat isu yang berkaitan dengan kekinian yang berhubungan dengan sustainability khususnya yang berkaitan dengan net zero emission.
"Tentunya ini tidak terlepas dari apa yang ingin dikerjakan secara bersama-sama di Indonesia khususnya ketika kita berpikir bahwa di tahun 2045 akan sampai pada Indonesia Emas, tapi apakah memang Indonesia Emas itu akan bisa terjadi menjadi capaian bersama atau hanya bergerak di perak dan perunggu. Tentunya itu menjadi persoalan yang harus dibahas, ujarnya secara daring pada (6/4).
Nurul menambahkan, jika dilihat dari Visi Indonesia 2045: Indonesia Menuju Negara Maju, perlu diketahui berdasarkan atas pertumbuhan ekonomi yang kita miliki, mulai dari 2015 hingga sampai sekarang PDB perkapita (USD) kita dengan baik namun ada satu titik krusial bahwa apakah kita sanggup melewati ini untuk tidak masuk kepada Middle Income Trap (MIT). pada 2036 adalah target untuk keluar dari Middle Income Trap (MIT) yang artinya kalau kita gagal di 2036 dan tidak naik kepada ekonomi yang lebih tinggi lagi, sah sudah kita sudah masuk di dalam Middle Income Trap (MIT).
Nurul Ichwan juga mengatakan ada beberapa faktor ketika kita bisa claim diri untuk maju dengan pendapatan perkapita yang lebih baik sehingga kita keluar dari Middle Income Trap (MIT). Tentunya pendapatan perkapita yang lebih tinggi ini bukan hanya sekedar angka, tetapi ia adalah resultan dari berbagai effort yang dilakukan oleh semua komponen anak bangsa, termasuk di dalamnya adalah penguasaan teknologi dan sumber daya manusia yang lebih baik yang kombinasi dari keduanya menghasilkan inovasi-inovasi, yang inovasi ini memiliki nilai tambah yang lebih baik sehingga meningkatkan kesejahteraan lebih baik bagi masyarakat Indonesia.
Bicara dari sisi ketertarikan investor global terhadap Indonesia, Nurul Ichwan mengatakan bahwa Indonesia tergolong bagus karena masuk dalam 20 negara tujuan investasi utama dunia. “Bisa dilihat bahwa di tahun 2020 masuk pada ranking 15 besar, di tahun 2021 kita agak turun karena masuk kepada ranking 20 besar. Ini yang tetap menjadi keyakinan kita bahwa dengan situasi yang terjadi sekarang ini maka kemungkinan Indonesia tetap berada di 20 besar atau mungkin di peringkat yang lebih baik lagi itu mungkin terjadi. Apalagi kalau kita melihat data time series yang kita miliki dari tahun 2017 sampai dengan 2022 ini kita melihat bahwa semuanya meningkat dari sisi realisasi investasi dan pertumbuhan investasi-nya pun dari 2020 dibandingkan dengan 2021 itu 2,1 persen.
" Banyak yang akan coba dilakukan untuk kedepannya dan tentunya hal ini membutuhkan kontribusi pemikiran bagi Indonesia dari kawan-kawan tidak terkecuali termasuk dari PPI Dunia. “Menurut kami, kawan-kawan yang belajar di luar negeri mempunyai satu kelebihan yang sulit didapatkan oleh kawan-kawan yang belajar di dalam negeri, karena pada saat kawan-kawan belajar, pada saat itu juga kawan-kawan membangun networking, tutur Nurul.
Bukan hanya sesama pelajar Indonesia yang berada di luar negeri tentunya juga dengan pelajar lain yang ada di sana sehingga kesempatan itu untuk bisa membawa peluang-peluang investasi dan juga mem-blend kemampuan teknologi dan pemahaman global tentang proteksi atas alam yang menjadi bisnis bisa dibuat sebagai cikal bakal membangun ekosistem dan menjadikan Indonesia menjadi bagian dari global supply chain dengan kontribusi pengetahuan dan kontribusi kapasitas yang dimiliki oleh kawan-kawan sehingga Indonesia bisa tampil di pentas global sebagai negara yang aktif memberikan peran serta nya terhadap penyelamatan planet bumi dan dalam waktu yang bersamaan menjadi negara yang mempunyai kepedulian terhadap penciptaan lingkungan hidup dengan ekonomi yang lebih sustainable.
" Karena investasi yang sustain itu menjadi bagian dari tujuan kita dan jangan lupa bahwa 2030 adalah target dari PBB yang dimana seluruh dunia harus terlibat dan mencapai target sustainable development goals (SDG).” tambahnya.
Sementara pada kesempatan yang sama Walikota Bogor Bima Arya menyampaikan mengenai keberhasilan Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19 dibandingkan negara-negara maju lainnya. Keberhasilan dalam menangani pandemi Covid-19 harus dijadikan penyemangat dan proses pembelajaran untuk menjemput masa Indonesia Emas di 2045 dan bonus demografi di 2045. “Pembelajaran di masa pandemi Covid-19 ini menjadi inspirasi untuk mengatasi berbagai macam persoalan. Saat ini seluruh jajaran pemerintah sedang berjibaku untuk mengatasi stunting. Jika saja kolaborasi yang dilakukan di masa pandemi bisa diaplikasikan untuk mengatasi stunting maka kita semakin optimis menyebut Indonesia Emas 2045.” ujarnya.
Lebih lanjut Bima Arya mengatakan dalam bonus demografi ini di tahun 2030 kita berpeluang untuk memenuhi tambahan 117.000 dokter, 2,2 juta insinyur, dan 10 juta pengusaha. Adapun dampaknya jika kita gagal memanfaatkan bonus demografi ini seperti Brazil dan Afrika Selatan yang gagal memanfaatkannya karena abai mendorong kemajuan anak-anak mudanya. Ia menambahkan bahwa kedepannya dalam mengatasi stunting perlu menggunakan perangkat teknologi yang canggih dengan menelusuri keseluruhannya dan berkolaborasi memaksimalkan data.
Adapun dua persoalannya yaitu perlunya literasi digital yang memadai dan diperlukan human resources yang cukup karena tidak mungkin sistem dibuat tanpa adanya literasi digital yang memadai sampai kepada tingkat desa, dan sebagainya. “Ini perlu kolaborasi teman-teman sekalian, kita harus bisa menghitung semua dan jaringan PPI dunia bisa berkolaborasi untuk tidak saja membantu pemetaan namun juga membantu untuk men-supply. Harus ada model-model kemitraan yang sinergis untuk mengatasi stunting ini. Dan disinilah yang saya sebutkan sebagai tantangan pendidikan kita.” ujarnya.
Bima Arya juga menyampaikan bahwa kita memiliki tantangan dalam hal lingkungan hidup yaitu efek dari global warming. “Pengelolaan lingkungan ini menjadi hal yang penting. Tidak mungkin kita garap bonus demografi tanpa kita fokus pada upaya-upaya penyelamatan bumi dan alam kita. Mengatasi masalah darurat di iklim itu menjadi banyak sekali agenda anak-anak muda hari ini. Diharapkan anak-anak muda harus mendorong ditempatnya masing-masing untuk menjadikan ini sebagai isu utama yang juga menjadi kepedulian kepala daerah. pungkasnya. (sya/sj). – Humas BRIN, Pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi kondisi perekonomian global, termasuk Indonesia.
Lonjakan kasus yang terjadi telah direspon secara cepat oleh Pemerintah dengan menerapkan langkah-langkah strategis untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi sekaligus penanganan pandemi. Memasuki era new normal Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Direktorat Repositori, Multimedia, dan Penerbitan Ilmiah (RMPI) adakan Webinar Series Akuisisi Pengetahuan Lokal Peluncuran Buku Indonesia Post-Pandemic Outlook Series dengan tema “Multidisciplinary strategies for Indonesia to recover stronger post-pandemic”.
Deputi Bidang Promosi Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan dalam sambutannya mengucapkan selamat dan sukses turut bangga atas disusunnya 4 buku kerja sama antara BRIN dengan PPI Dunia. Beliau mengatakan bahwa ini adalah kerja luar biasa, kerja intelektual dan sekaligus kepedulian baik secara sosial maupun dari sisi ekonomi, teknologi, dan bahkan mengangkat isu yang berkaitan dengan kekinian yang berhubungan dengan sustainability khususnya yang berkaitan dengan net zero emission.
"Tentunya ini tidak terlepas dari apa yang ingin dikerjakan secara bersama-sama di Indonesia khususnya ketika kita berpikir bahwa di tahun 2045 akan sampai pada Indonesia Emas, tapi apakah memang Indonesia Emas itu akan bisa terjadi menjadi capaian bersama atau hanya bergerak di perak dan perunggu. Tentunya itu menjadi persoalan yang harus dibahas, ujarnya secara daring pada (6/4).
Nurul menambahkan, jika dilihat dari Visi Indonesia 2045: Indonesia Menuju Negara Maju, perlu diketahui berdasarkan atas pertumbuhan ekonomi yang kita miliki, mulai dari 2015 hingga sampai sekarang PDB perkapita (USD) kita dengan baik namun ada satu titik krusial bahwa apakah kita sanggup melewati ini untuk tidak masuk kepada Middle Income Trap (MIT). pada 2036 adalah target untuk keluar dari Middle Income Trap (MIT) yang artinya kalau kita gagal di 2036 dan tidak naik kepada ekonomi yang lebih tinggi lagi, sah sudah kita sudah masuk di dalam Middle Income Trap (MIT).
Nurul Ichwan juga mengatakan ada beberapa faktor ketika kita bisa claim diri untuk maju dengan pendapatan perkapita yang lebih baik sehingga kita keluar dari Middle Income Trap (MIT). Tentunya pendapatan perkapita yang lebih tinggi ini bukan hanya sekedar angka, tetapi ia adalah resultan dari berbagai effort yang dilakukan oleh semua komponen anak bangsa, termasuk di dalamnya adalah penguasaan teknologi dan sumber daya manusia yang lebih baik yang kombinasi dari keduanya menghasilkan inovasi-inovasi, yang inovasi ini memiliki nilai tambah yang lebih baik sehingga meningkatkan kesejahteraan lebih baik bagi masyarakat Indonesia.
Bicara dari sisi ketertarikan investor global terhadap Indonesia, Nurul Ichwan mengatakan bahwa Indonesia tergolong bagus karena masuk dalam 20 negara tujuan investasi utama dunia. “Bisa dilihat bahwa di tahun 2020 masuk pada ranking 15 besar, di tahun 2021 kita agak turun karena masuk kepada ranking 20 besar. Ini yang tetap menjadi keyakinan kita bahwa dengan situasi yang terjadi sekarang ini maka kemungkinan Indonesia tetap berada di 20 besar atau mungkin di peringkat yang lebih baik lagi itu mungkin terjadi. Apalagi kalau kita melihat data time series yang kita miliki dari tahun 2017 sampai dengan 2022 ini kita melihat bahwa semuanya meningkat dari sisi realisasi investasi dan pertumbuhan investasi-nya pun dari 2020 dibandingkan dengan 2021 itu 2,1 persen.
" Banyak yang akan coba dilakukan untuk kedepannya dan tentunya hal ini membutuhkan kontribusi pemikiran bagi Indonesia dari kawan-kawan tidak terkecuali termasuk dari PPI Dunia. “Menurut kami, kawan-kawan yang belajar di luar negeri mempunyai satu kelebihan yang sulit didapatkan oleh kawan-kawan yang belajar di dalam negeri, karena pada saat kawan-kawan belajar, pada saat itu juga kawan-kawan membangun networking, tutur Nurul.
Bukan hanya sesama pelajar Indonesia yang berada di luar negeri tentunya juga dengan pelajar lain yang ada di sana sehingga kesempatan itu untuk bisa membawa peluang-peluang investasi dan juga mem-blend kemampuan teknologi dan pemahaman global tentang proteksi atas alam yang menjadi bisnis bisa dibuat sebagai cikal bakal membangun ekosistem dan menjadikan Indonesia menjadi bagian dari global supply chain dengan kontribusi pengetahuan dan kontribusi kapasitas yang dimiliki oleh kawan-kawan sehingga Indonesia bisa tampil di pentas global sebagai negara yang aktif memberikan peran sertanya terhadap penyelamatan planet bumi dan dalam waktu yang bersamaan menjadi negara yang mempunyai kepedulian terhadap penciptaan lingkungan hidup dengan ekonomi yang lebih sustainable.
" Karena investasi yang sustain itu menjadi bagian dari tujuan kita dan jangan lupa bahwa 2030 adalah target dari PBB yang dimana seluruh dunia harus terlibat dan mencapai target sustainable development goals (SDG).” tambahnya.
Sementara pada kesempatan yang sama Walikota Bogor Bima Arya menyampaikan mengenai keberhasilan Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19 dibandingkan negara-negara maju lainnya. Keberhasilan dalam menangani pandemi Covid-19 harus dijadikan penyemangat dan proses pembelajaran untuk menjemput masa Indonesia Emas di 2045 dan bonus demografi di 2045. “Pembelajaran di masa pandemi Covid-19 ini menjadi inspirasi untuk mengatasi berbagai macam persoalan. Saat ini seluruh jajaran pemerintah sedang berjibaku untuk mengatasi stunting. Jika saja kolaborasi yang dilakukan di masa pandemi bisa diaplikasikan untuk mengatasi stunting maka kita semakin optimis menyebut Indonesia Emas 2045.” ujarnya.
Lebih lanjut Bima Arya mengatakan dalam bonus demografi ini di tahun 2030 kita berpeluang untuk memenuhi tambahan 117.000 dokter, 2,2 juta insinyur, dan 10 juta pengusaha. Adapun dampaknya jika kita gagal memanfaatkan bonus demografi ini seperti Brazil dan Afrika Selatan yang gagal memanfaatkannya karena abai mendorong kemajuan anak-anak mudanya. Ia menambahkan bahwa kedepannya dalam mengatasi stunting perlu menggunakan perangkat teknologi yang canggih dengan menelusuri keseluruhannya dan berkolaborasi memaksimalkan data.
Adapun dua persoalannya yaitu perlunya literasi digital yang memadai dan diperlukan human resources yang cukup karena tidak mungkin sistem dibuat tanpa adanya literasi digital yang memadai sampai kepada tingkat desa, dan sebagainya. “Ini perlu kolaborasi teman-teman sekalian, kita harus bisa menghitung semua dan jaringan PPI dunia bisa berkolaborasi untuk tidak saja membantu pemetaan namun juga membantu untuk men-supply. Harus ada model-model kemitraan yang sinergis untuk mengatasi stunting ini. Dan disinilah yang saya sebutkan sebagai tantangan pendidikan kita.” ujarnya.
Bima Arya juga menyampaikan bahwa kita memiliki tantangan dalam hal lingkungan hidup yaitu efek dari global warming. “Pengelolaan lingkungan ini menjadi hal yang penting. Tidak mungkin kita garap bonus demografi tanpa kita fokus pada upaya-upaya penyelamatan bumi dan alam kita. Mengatasi masalah darurat di iklim itu menjadi banyak sekali agenda anak-anak muda hari ini. Diharapkan anak-anak muda harus mendorong ditempatnya masing-masing untuk menjadikan ini sebagai isu utama yang juga menjadi kepedulian kepala daerah. pungkasnya. (sya/sj).