• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 984 ) Apr 10, 2023

Gerhana Matahari Hibrida, Momen Tingkatkan Atensi Pengetahuan


Jakarta – Humas BRIN. Fenomena Gerhana Matahari Hibrida adalah perpaduan dari Gerhana Matahari Total dan Gerhana Matahari Cincin atau dalam kata lain, ketika dalam satu waktu fenomena Gerhana ada daerah yang mengalami Gerhana Matahari Total dan ada pula yang mengalami Gerhana Matahari Cincin (tergantung dari lokasi pengamat). Fenomena Gerhana Matahari Hibrida menjadi fenomena spesial dikarenakan fenomena tersebut sangat langka dan jarang terjadi. Gerhana Matahari Hibrida ini diperkirakan akan terjadi pada tanggal 20 April 2023 mendatang.

Dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) Premana W. Premadi mengatakan bahwa Gerhana Matahari ini sebagian besar akan melintasi laut, hanya sedikit wilayah darat yang akan dilintasi. “Jadi wilayah darat pertama yang akan dilewati adalah Pulau Kisar, pulau kecil sekali di Provinsi Maluku, Kabupaten Maluku Barat Daya,” ujar Premana dalam Gelar Wicara Gerhana Matahari Hibrida (6/4) yang diselenggarakan oleh Planetarium Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

Lintasan Gerhana Matahari tidak pernah sama, tidak pernah berulang persis. Bahkan disebut satu tempat akan bisa menikmati Gerhana Matahari Total 300 tahun lagi. Di Indonesia sendiri pernah terjadi Gerhana Matahari Total pada bulan Maret 2016. Sedangkan untuk Gerhana Matahari total berikutnya yang melewati Indonesia masih pada tahun 2042. Kombinasi yang akan melintas berupa Gerhana Matahari Hibrida besok akan menjadi kesempatan yang sangat langka, terang Premana.

“Peristiwa Gerhana Matahari Total dapat dijelaskan dengan relatif sederhana. Pada umumnya mudah sekali orang memahami, Gerhana Matahari juga bisa diprediksi dengan sangat akurat, karena bisa diprediksi dengan sangat akurat, akhirnya masyarakat bisa percaya dengan sains, percaya pada kemampuan rasional yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman melihat alam secara saintifik. Saya optimis kalau Gerhana kali ini bisa dipahami dan bisa disambut lebih meriah,” ujar Premana lebih lanjut.

Hadir dalam kesempatan yang sama, Emanuel Sungging Mumpuni, Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN, berharap melalui fenomena ini kedepannya atensi masyarakat terkait fenomena Antariksa terutama generasi muda akan terus meningkat. “Fenomena ini diharapkan memantik keingintahuan anak-anak muda untuk melakukan riset. Karena keingintahuan inilah yang bisa menjadi pendorong agar kita bisa semakin maju melalui munculnya anak-anak muda yang punya keingintahuan dan ingin nimbrung melakukan pengetahuan fenomena,” jelasnya.

“Gerhana Matahari Hibrida adalah salah satu bukti yang menunjukkan bahwa bumi itu bulat. Ketika matahari tertutupi bulan sehingga membayangi bumi dan ia jatuh pada fokus yang tepat makan akan tercipta gerhana total tapi ketika bergeser sedikit sehingga tidak jatuh pada fokus yang tepat, maka akan akan membentuk suatu fenomena gerhana cincin. Jadi 2 fenomena itu bisa terjadi pada 1 fenomena yang lain disuatu wilayah di bumi. Di satu titik akan terlihat gerhana matahari cincin tetapi di wilayah lain seperti di Indonesia gerhana matahari total, jadi itulah kenapa fenomena tersebut disebut gerhana matahari hibrida,” ujar Sungging lebih lanjut.

Lebib lanjut Sungging menjelaskan matahari mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan. Dengan demikian, adanya fenomena antariksa ini dapat memberikan dampak kembali kepada masyarakat dengan melakukan kolaborasi pada periset lintas ilmu, tidak hanya riset eksakta tapi juga sosial, karena nantinya hasil yang didapat akan digunakan untuk kita semua.

Sungging berharap, lewat fenomena ini tidak hanya meningkatkan antusias masyarakat untuk melihat fenomena astronomi ini saja, tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap riset Antariksa terutama bagi generasi muda untuk belajar mengenai ilmu astronomi, sehingga hal ini tentunya dapat mendongkrak pertumbuhan dan kemajuan riset astronomi di Indonesia menjadi lebih baik lagi, tutupnya. (nat/ed. Akb)