• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 1348 ) Aug 1, 2022

Genomik Keanekaragaman Hayati Indonesia


Cibinong, Humas BRIN. Podcast BRIN senantiasa menghadirkan tema yang menarik dan menambah wawasan khalayaknya pada setiap episodenya. Dalam episode ke-22 yang mengangkat tema “Teka Teki Genomik Indonesia”, menghadirkan Sugiyono Saputra, Ph.D., peneliti sekaligus Koordinator Kelompok Riset Patogen Hewan dan Zoonotik Potensial, Pusat Riset Zoologi Terapan, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN, yang dipandu Rida Tiffarent, pada Kamis (28/7). 


Sugiyono yang juga pernah menjadi ketua tim riset surveilans genom SARS CoV-2 pada tahun 2020-2021 menyampaikan bahwa kesibukannya saat ini masih seputar riset genom, di mana saat ini bersama timnya melakukan karakterisasi mikroba yang berasal dari satwa liar. “Basic riset kita adalah untuk mengkarakterisasi mikroba berbahaya termasuk virus yang berpotensi zoonosis yang berasal dari hewan origin-nya (reservoir alami-nya),” ucapnya. 


“SARS CoV-2 memang sudah bersirkulasi pada populasi manusia, namun origin-nya memang diduga kuat berasal dari kelelawar. Saat ini kami juga melakukan deteksi dan karakterisasi berbagai virus, termasuk virus corona dan virus lain pada satwa liar, tapi yang kami karakterisasi ini adalah yang berpotensi patogen, jadi belum tentu dapat ditularkan ke populasi manusia,” jelas Sugiyono.


Dirinya menjelaskan bahwa risetnya mencoba memprediksi apakah ada virus atau mikroba patogen berbahaya lainnya asal satwa liar yang mungkin berpotensi ditularkan ke manusia, “Jadi ini tugas kita juga sebagai salah satu bentuk kesiapsiagaan dalam pencegahan kemunculan penyakit infeksi ataupun penyakit yang berpotensi menimbulkan pandemi dimasa yang akan datang yang diakibatkan oleh virus baru,” imbuh Sugiyono.


“Untuk mecapai tujuan tersebut, maka digunakanlah pendekatan genomik dalam risetnya terutama untuk mengetahui asal usul dari virus tersebut, dimana genom ini adalah yang menjadi basis untuk mengetahui fungsi dari suatu organisme,”ucap Sugiono.

Selanjutnya, Sugiyono menjelaskan genomik merupakan cabang ilmu yang mempelajari stuktur, fungsi, mapping sampai proses editing dari suatu genom.  Genom ini adalah satu set informasi dari suatu organisme, dari tingkat rendah seperti virus sampai hewan-hewan besar. Satu set informasi ini berisi nukleotida yang ada terdiri dari 4 huruf yaitu A, T, G dan C, yang kita kenal sebagai penyusun DNA. 


“Dari satu set material genetik tersebut, kita bisa memetakan gen-gen apa saja yang ada kemudian kita komparasikan dengan data base yang sudah ada sebelumnya, sehingga kita bisa tahu yang kita karakterisasi ini virus baru atau virus lama, atau jika hasil karakterisasinya berbeda cukup jauh bisa jadi kemungkinan ada spesies baru,” jelasnya.

Lebih lanjut Sugiyono menjelaskan bahwa yang paling cepat mutasi salah satunya adalah virus. Selama beberapa rentang waktu tertentu mungkin akan ada perubahan yang cukup signifikan dalam susunan genomnya yang bisa jadi merubah struktur dari nukleotida tersebut, sehingga perbedaannya cukup signifikan dan bisa dikategorikan sebagai virus spesies atau strain baru.


“Organisme hidup memiliki material genetika atau set genom baik berupa DNA atau RNA dan ini merupakan basic dari kajian genomik. Aplikasi dari riset genomik ini banyak sekali, baik dalam bidang kesehatan, bioteknologi, lingkungan dan konservasi dari tumbuhan ataupun satwa liar yang terancam punah,” papar Sugiono. 


Dalam podcast tersebut, Sugiyono juga menjelaskan ada beberapa tahapan untuk mendapatkan data genom dari suatu organisme yaitu kita harus mengisolasi asam nukleat dari organisme tersebut, setelah itu preparasi sampel tersebut sebelum dimasukkan ke sekuenser, sekuenser ini yang nantinya bisa membaca 4 huruf ATGC tersebut, setelah itu dilakukan analisis lebih lanjut. “Urutan nukleutida khas dari setiap spesies di muka bumi ini, dan kekhasan ini yang mencirikan dari spesies itu sendiri,” rincinya.


Setiap data genom yang didapatkan bisa dimanfaatkan oleh banyak kalangan, saat ini sudah banyak repositori data genom untuk menyimpan data kita, kemudian kita bisa mengkomparasikan dan memprediksi fungsi dan tentu banyak manfaat lainnya. Beberapa contoh repositori data genom yang banyak dikenal diantaranya adalah Genbank (Amerika Serikat) dan DDBJ (Jepang).

“Jadi ini semacam repositori data dari suatu organisme baik itu manusia maupun organisme lain yang berhasil di karakterisasi genomnya,” tegas Sugiyono.


Sugiyono menjelaskan topik menarik dalam riset genom saat ini adalah yang berkaitan dengan konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia, yaitu bagaimana kita memanfaatkan data genom ini untuk kelestarian hewan langka. Kemudian yang lainnya adalah untuk antisipasi ketika ada organisme berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit. Ataupun sebaliknya ada organisme yang menguntungkan, yang mempunyai potensi tertentu, misalnya dapat menghasilkan obat. 


Dengan mengetahui potensi atau manfaat dari kajian genom suatu organisme, kita bisa juga melakukan manipulasi ataupun sintesis bahan potensial tertentu dalam waktu singkat namun dengan produktifitas yang lebih tinggi.

Jika berbicara keragaman hayati di Indonesia merupakan salah satu negara biodiversitas yang tinggi di dunia, tentu riset genomik mutlak diperlukan karena banyak genom dari suatu organisme penting yang belum dikarakterisasi, padahal mungkin disitu potensinya sangat luar biasa, baik itu dari mikroorganisme, hewan, ataupun tumbuhan.

“Keberhasilan kita saat ini juga didukung oleh riset-riset yang sudah ada sebelumnya, dan yang kita lakukan saat ini pun akan menjadi basic molekuler bagi masa depan yang mebutuhkan data-data genom untuk membantu memecahkan problem baik di kesehatan, lingkungan, agriculture termasuk juga konservasi dari satwa liar atau tumbuhan yang terancam punah,” tegas Sugiyono.


Di akhir podcast, Sugiyono berpesan bahwa keanekaragaman hayati di Indonesia itu sangat tinggi, bagaimana kita bisa memanfatkan genetic resources dari kehati tersebut, salah satunya melalui riset genomik, tidak hanya kita tau organismenya secara fisik tetapi bagaiman kita juga bisa tau informasi dari mikroorganisme yang tersebunyi melalui nukleotida atau urutan basa, yang tentunya harus kita cari maknanya dan jadi informasi berharga mengetahui bagaimana organisme tersebut hidup, bermetabolisme dan bisa kita manfaatkan apa yang kita ketahui dari organisme tersebut baik dari aspek kesehatan atau biomedis, pertanian, dan juga lingkungan. (wt/ ed. sl).