Gaungkan Isu Perubahan Iklim, dengan Bingkai Tema yang Menarik
Jakarta-Humas BRIN. Perubahan iklim, memengaruhi berbagai sektor strategis, seperti pangan, energi, serta berdampak kepada pembangunan nasional. Dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo mengingatkan kepada kita, terkait isu perubahan iklim. Isu ini, perlu menjadi perhatian bersama bagi seluruh kalangan. Demikian sambutan Ketua Umum Bakohumas (Badan Koordinasi Kehumasan) Usman Kansong, yang disampaikan oleh Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Hasyim Gautama, pada Forum Tematik Bakohumas bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Tema yang diusung yaitu, Sosialisasi Rencana Operasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 Tingkat Kementerian/Lembaga, diikuti oleh Humas dari berbagai instansi pemerintah, dilaksanakan secara hybrid, di Hotel Menara Peninsula, Jakarta, Senin (12/09).
Usman manambahkan, Kementerian LHK sebagai Tim Kerja dari Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, tentu sudah memikirkan langkah-langkah untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Terlebih pada sektor kehutanan, dan penggunaan lahan Forestry and Other Land Use (FOLU). “Indonesia merupakan negara pertama di dunia, yang menyatakan bahwa sektor FOLU atau kehutanan dan penggunaan lahan lainnya, akan mencapai kondisi Net Sink pada tahun 2030. Atas capaian yang sudah dilakukan oleh Kementerian LHK, perlu diberikan dukungan komunikasi publik,” ucapnya.
Komunikasi kebijakan yang baik, akan melahirkan atensi positif pada masyarakat, dan meminimalisir kesalahpahaman publik. Impresi yang baik, akan mendukung capaian yang sudah dilakukan, sehingga kebijakan bisa mencapai tujuannya. “Inisiatif ini perlu kita gaungkan, dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat. Kita, humas pemerintah, perlu membingkai tema ini semenarik mungkin,” tegasnya.
Lebih lanjut lagi Usman menekankan, untuk mendukung upaya tersebut, pemerintah harus bertransformasi. Kita sebagai insan humas pemerintah, tidak bisa puas hanya dengan menyebarkan press release, atau sekedar konferensi pers. “Perlu ada sentuhan kreatif dan populis, untuk menyampaikan pesan kebijakan pemerintah, terkait isu lingkungan hidup,” jelasnya.
Dia menjabarkan, di saat pemulihan paska pandemi, gaya hidup sehat dan bersih sedang populer di tengah masyarakat. Hal ini bisa dimanfaatkan, sebagai bahan untuk membuat narasi kreatif. “Kita harus jeli melihat kebijakan dan fenomena popular, di tengah masyarakat. Kita dapat menghasilkan informasi yang menarik, untuk dikonsumsi oleh publik,” ungkapnya.
Selain itu, tegasnya, pengemasan informasi yang kreatif juga, perlu memperhatikan aspek kejelasan. Informasi yang jelas, akan membantu publik untuk memahami isu yang diangkat, dan diharapkan mereka ikut berperan menyukseskan program pemerintah. “Forum ini, mengedepankan sinergitas seluruh unsur pemerintah, utamanya humas dari seluruh K/L, BUMN, dan PTN. Sinergitas yang kuat, menjadi unsur penting dalam mempercepat proses diseminasi informasi, melalui kanal yang dimiliki oleh instansi pemerintah. Hendaknya, data dan informasi yang kita sampaikan pada masyarakat, sudah valid dan konsisten,”harapnya.
Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 adalah sebuah program nasional berupa kebijakan pengurangan emisi GRK, pada sektor kehutanan, dan lahan untuk mengembalikan perubahan iklim. Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, menjadi aksi ambisi iklim dalam pelaksanaan target kinerja. Indonesia dapat memastikan bahwa komitmen betul-betul bekerja, dalam delivered commitment. Sedangkan, sasaran implementasi rencana operasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, adalah pertama, tercapainya tingkat emisi GRK-140 juta ton Co2e tahun 2030. Kedua, mendukung net zero emission, sektor kehutanan. Ketiga, memenuhi Nationally Determined Contribution (NDC) atau komitmen setiap negara terhadap Persetujuan Paris, sebagai kontribusi bagi perubahan iklim global.
Ruandha Agung Sugardiman, Plt. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan selaku Ketua Harian I Tim Kerja Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, dalam paparannya menyampaikan, bahwa rencana kegiatan yang dituangkan dalam rencana operasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, merupakan kegiatan sektor kehutanan. Akan dilaksanakan lebih terstruktur, sistematis, dan masif, serta dengan target kinerja yang ditingkatkan.”Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, mendorong kinerja sektor kehutanan menuju target pembangunan yang sama. Berupa tercapainya tingkat emisi GRK sebesar -140 juta ton CO2e, pada tahun 2030. Pijakan dasar utamanya, adalah sustainable forest management, environmental governmental governance, dan carbon governance,” katanya.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), juga melakukan riset terkait perubahan iklim. Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi Topik Panji Wibawa Dewantara, pada webinar Dampak Perubahan Iklim terhadap Penyakit dan Kesehatan mengungkapkan, perubahan iklim akan meningkatkan pemanasan global yang menyebabkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan kekeringan.
Selain itu, menurutnya, akan memengaruhi urbanisasi, kepadatan penduduk, pembukaan lahan, dan meningkatkan kontak antara manusia dengan lingkungan. " Kondisi ini memicu pemotongan siklus ekologi menjadi lebih cepat,” tandasnya pada forum diskusi ilmiah di pertengahan tahun ini. (ns/ed. drs)
@kementerianlhk#indonesiasfolunetsink2030, #bakohumasklhk #folu#climatechange