• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 246 ) Mar 19, 2024

Dukung Pemuliaan Pisang Liar, BRIN Buka Call For Proposal RIIM Kolaborasi Internasional


Jakarta-Humas BRIN. Indonesia memiliki keragaman pisang yang tidak ada duanya di dunia, baik itu pisang budidaya maupun liar. Pisang budidaya memiliki sifat steril tidak berbiji, sementara pisang liar berbiji dan memiliki keragaman genetik yang dapat diturunkan sehingga pisang liar dapat dimanfaatkan untuk pemuliaan pisang. Hal ini disampaikan oleh Ratih Asmana Ningrum, Kepala Pusat Riset Rekayasa Genetika BRIN mengawali paparannya pada apel pagi, Senin (18/03).


“Pisang liar yang tahan terhadap penyakit dan menunjukan sifat partenokarpi serta karakter agronomi yang unggul Ini sudah ada yang teridentifikasi, berdasarkan publikasi ada 16 sub spesies liar Musa acuminata yang ada di Indonesia dimana salah satunya ini ada di kebun eksperimen KST Soekarno,” tutur Ratih.


Dirinya mengatakan pemanfaatan pisang liar di Indonesia untuk pemuliaan sangat ditunggu oleh komunitas pisang dunia karena pisang di dunia saat ini sangat terbatas varietasnya. Para periset pisang BRIN telah berhasil mendatangkan pendanaan dari Bill and Melinda get foundation (BMGF) yang diperluas melalui RIIM kolaborasi internasional.


“Karena kegiatan ini sangat strategis dan juga diperluas, kami sudah mengidentifikasi berbagai mitra yang akan bekerja sama dalam kegiatan riset ini dari universitas-universitas di Indonesia dan juga di BRIN sendiri. Ini tidak tertutup bagi dua organisasi ini saja tapi juga pastinya organisasi riset yang lain,” ujar Ratih.


“Kemudian untuk di pemerintah kita bekerjasama dengan dinas pertanian di Jogja dan juga Solok. Kita juga bekerjasama dengan industri dan kami sudah memiliki berbagai mitra luar negeri,” lanjutnya.


“Semua kegiatan besar ini output utamanya adalah bagaimana kita menghasilkan suatu banana parents yang memiliki karakter-karakter yang tahan terhadap penyakit, tahan terhadap kekeringan juga memiliki kualitas yang baik dan nutrisi yang baik,” jelas Ratih.


Dijelaskannya bahwa terdapat dua sub tema yang terdiri dari beberapa topik kegiatan yang sudah dipetakan dan nantinya proposal harus disesuaikan dengan sub topik yang telah ditetapkan.


“Untuk informasi lebih detail bapak ibu dapat melihat pada dokumen juknis yang nanti akan bisa diunduh di website untuk pengajuan proposal berikut daftar dari sub topik dari karakterisasi dan juga prebreeding reservasi,” lanjut Ratih.


Ratih juga menjelaskan alur proses dari pramuliaan pisang yang dimulai dari koleksi setelah melakukan eksplorasi atau menggunakan existing collection di KST. Soekarno yang juga dapat dipergunakan untuk melakukan berbagai macam tes. Nantinya aksesi yang terseleksi itu akan dilanjutkan di lahan percobaan untuk melakukan segregasi populasi untuk ketahanan terhadap penyakit fusarium terhadap banana atau virus.


“Kemudian akan dilakukan crossing pemuliaan untuk pengumpulan sifat-sifat dan kemudian nanti dilakukan juga improvement peningkatan sifat baik itu melalui poliploidi maupun melalui bio engineering yang selanjutnya didukung juga oleh data-data genomik dan hingga pada akhirnya kita bisa menghasilkan ketua yang dapat kita gunakan untuk persilangan pisang,” terang Ratih.


Dikatakan Ratih ada beberapa lokasi yang sudah bisa dipergunakan sebagai lahan percobaan yaitu di Kebun Raya Cibinong dan Kebun Raya Cibodas.  


“Mulai hari ini kami sudah melakukan Open call proposal, jadi Bapak Ibu dapat mulai menyusun proposal dan kami tunggu sampai tanggal 28 Maret 2024. Kemudian seleksi administrasinya nanti akan dimulai pada 29 Maret sampai 7 April 2024, dan ada seleksi substansi sebelum nanti akan ada penetapan proposal yang lolos yaitu di tanggal 17 Mei 2024,” jelas Ratih.


Dirinya mengatakan karena ini adalah RIIM kolaborasi internasional maka proposal dibuat dalam bahasa Inggris dan formatnya dapat diunduh di website pendanaan https://s.brin.go.id/l/cfpRIIMPisang serta wajib ditandatangani secara elektronik atau dengan tanda tangan basah baik itu oleh pengusung atau oleh Kepala PR atau pimpinan setingkat eselon 2.


“Jumlah dalam satu kegiatan maksimal 11 orang periset yang terdiri dari satu orang ketua tim dan 10 orang anggota tim di mana ketua timnya itu tidak sedang tugas belajar post doctoral di luar negeri atau cuti di luar tanggungan negara. Kemudian tim wajib melibatkan minimal 1 orang atau lebih periset dari organisasi riset hayati dan lingkungan BRIN sebagai koordinator dari kegiatan RIIM ini,” lanjutnya.


“Kabar baiknya karena untuk RIIM ini terpisah dari RIIM reguler sehingga Bapak Ibu apabila sudah terlibat dalam dua kegiatan RIIM reguler itu masih bisa melakukan pengajuan proposal dengan maksimal 3 kegiatan sebagai 1 periset kepala dan 2 sebagai anggota kemudian tim periset bersedia mengikuti tahapan seleksi dan ini mungkin Bapak Ibu yang sudah terbiasa mengajukan Rim itu ya pasti mengetahui bahwa seluruh anggota tim wajib melakukan persetujuan di halaman profil riwayat sebelum melakukan submit proposal,” tambah Ratih.


“Bagi Bapak Ibu yang belum memiliki mitra luar negeri silakan untuk tetap mengajukan yang penting memiliki mitra kolaborasi di Universitas, tadi ada daftar universitas yang sudah siap untuk berkolaborasi atau bisa jadi Universitas lainnya yang belum ada di list tersebut. Nanti ketika proposalnya dinyatakan lulus kami dapat mengintegrasikan proposal bapak ibu dengan mitra luar negeri,” tutup Ratih. (nnp)