Dukung Pemuliaan Pisang Liar, BRIN Buka Call For Proposal RIIM Kolaborasi Internasional
Jakarta-Humas BRIN. Indonesia memiliki keragaman pisang yang tidak ada duanya di dunia, baik itu pisang budidaya maupun liar. Pisang budidaya memiliki sifat steril tidak berbiji, sementara pisang liar berbiji dan memiliki keragaman genetik yang dapat diturunkan sehingga pisang liar dapat dimanfaatkan untuk pemuliaan pisang. Hal ini disampaikan oleh Ratih Asmana Ningrum, Kepala Pusat Riset Rekayasa Genetika BRIN mengawali paparannya pada apel pagi, Senin (18/03).
“Pisang liar yang tahan terhadap
penyakit dan menunjukan sifat partenokarpi serta karakter agronomi yang unggul
Ini sudah ada yang teridentifikasi, berdasarkan publikasi ada 16 sub spesies
liar Musa acuminata yang ada di Indonesia dimana salah satunya ini ada
di kebun eksperimen KST Soekarno,” tutur Ratih.
Dirinya mengatakan pemanfaatan
pisang liar di Indonesia untuk pemuliaan sangat ditunggu oleh komunitas pisang dunia
karena pisang di dunia saat ini sangat terbatas varietasnya. Para periset
pisang BRIN telah berhasil mendatangkan pendanaan dari Bill and Melinda get
foundation (BMGF) yang diperluas melalui RIIM kolaborasi internasional.
“Karena kegiatan ini sangat
strategis dan juga diperluas, kami sudah mengidentifikasi berbagai mitra yang
akan bekerja sama dalam kegiatan riset ini dari universitas-universitas di
Indonesia dan juga di BRIN sendiri. Ini tidak tertutup bagi dua organisasi ini
saja tapi juga pastinya organisasi riset yang lain,” ujar Ratih.
“Kemudian untuk di pemerintah
kita bekerjasama dengan dinas pertanian di Jogja dan juga Solok. Kita juga
bekerjasama dengan industri dan kami sudah memiliki berbagai mitra luar negeri,”
lanjutnya.
“Semua kegiatan besar ini output
utamanya adalah bagaimana kita menghasilkan suatu banana parents yang
memiliki karakter-karakter yang tahan terhadap penyakit, tahan terhadap
kekeringan juga memiliki kualitas yang baik dan nutrisi yang baik,” jelas
Ratih.
Dijelaskannya bahwa terdapat dua
sub tema yang terdiri dari beberapa topik kegiatan yang sudah dipetakan dan
nantinya proposal harus disesuaikan dengan sub topik yang telah ditetapkan.
“Untuk informasi lebih detail
bapak ibu dapat melihat pada dokumen juknis yang nanti akan bisa diunduh di
website untuk pengajuan proposal berikut daftar dari sub topik dari
karakterisasi dan juga prebreeding reservasi,” lanjut Ratih.
Ratih juga menjelaskan alur
proses dari pramuliaan pisang yang dimulai dari koleksi setelah melakukan
eksplorasi atau menggunakan existing collection di KST. Soekarno yang juga
dapat dipergunakan untuk melakukan berbagai macam tes. Nantinya aksesi yang
terseleksi itu akan dilanjutkan di lahan percobaan untuk melakukan segregasi
populasi untuk ketahanan terhadap penyakit fusarium terhadap banana atau virus.
“Kemudian akan dilakukan crossing
pemuliaan untuk pengumpulan sifat-sifat dan kemudian nanti dilakukan juga
improvement peningkatan sifat baik itu melalui poliploidi maupun melalui bio
engineering yang selanjutnya didukung juga oleh data-data genomik dan hingga
pada akhirnya kita bisa menghasilkan ketua yang dapat kita gunakan untuk
persilangan pisang,” terang Ratih.
Dikatakan Ratih ada beberapa
lokasi yang sudah bisa dipergunakan sebagai lahan percobaan yaitu di Kebun Raya
Cibinong dan Kebun Raya Cibodas.
“Mulai hari ini kami sudah
melakukan Open call proposal, jadi Bapak Ibu dapat mulai menyusun proposal dan
kami tunggu sampai tanggal 28 Maret 2024. Kemudian seleksi administrasinya
nanti akan dimulai pada 29 Maret sampai 7 April 2024, dan ada seleksi substansi
sebelum nanti akan ada penetapan proposal yang lolos yaitu di tanggal 17 Mei
2024,” jelas Ratih.
Dirinya mengatakan karena ini
adalah RIIM kolaborasi internasional maka proposal dibuat dalam bahasa Inggris dan
formatnya dapat diunduh di website pendanaan https://s.brin.go.id/l/cfpRIIMPisang
serta wajib ditandatangani secara elektronik atau dengan tanda tangan basah
baik itu oleh pengusung atau oleh Kepala PR atau pimpinan setingkat eselon 2.
“Jumlah dalam satu kegiatan
maksimal 11 orang periset yang terdiri dari satu orang ketua tim dan 10 orang
anggota tim di mana ketua timnya itu tidak sedang tugas belajar post doctoral
di luar negeri atau cuti di luar tanggungan negara. Kemudian tim wajib
melibatkan minimal 1 orang atau lebih periset dari organisasi riset hayati dan
lingkungan BRIN sebagai koordinator dari kegiatan RIIM ini,” lanjutnya.
“Kabar baiknya karena untuk RIIM
ini terpisah dari RIIM reguler sehingga Bapak Ibu apabila sudah terlibat dalam
dua kegiatan RIIM reguler itu masih bisa melakukan pengajuan proposal dengan
maksimal 3 kegiatan sebagai 1 periset kepala dan 2 sebagai anggota kemudian tim
periset bersedia mengikuti tahapan seleksi dan ini mungkin Bapak Ibu yang sudah
terbiasa mengajukan Rim itu ya pasti mengetahui bahwa seluruh anggota tim wajib
melakukan persetujuan di halaman profil riwayat sebelum melakukan submit
proposal,” tambah Ratih.
“Bagi Bapak Ibu yang belum
memiliki mitra luar negeri silakan untuk tetap mengajukan yang penting memiliki
mitra kolaborasi di Universitas, tadi ada daftar universitas yang sudah siap
untuk berkolaborasi atau bisa jadi Universitas lainnya yang belum ada di list
tersebut. Nanti ketika proposalnya dinyatakan lulus kami dapat mengintegrasikan
proposal bapak ibu dengan mitra luar negeri,” tutup Ratih. (nnp)