BRIN Tingkatkan Semangat Eksplorasi Sains pada Anak
Bandung
- Humas BRIN. Dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan anak, ada periode di mana anak mulai peka terhadap berbagai
stimulasi, termasuk mengenal lingkungan sekitarnya. Pendekatan pembelajaran
yang digunakan pun harus disesuaikan dengan perkembangan anak.
Pelajaran sains di Sekolah Dasar atau
yang sederajat bertujuan untuk membina dan menyiapkan peserta didik agar siap
dan tanggap dalam menghadapi lingkungannya. Hal ini melatarbelakangi kunjungan
10 siswa Homeschooling Hayat School – Bandung ke Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN) pada Jumat (31/5).
Didampingi
fasilitator, para siswa mendapat pengalaman dan pemahaman tentang sains dari
salah satu periset iklim dan atmosfer BRIN. Fasilitator Homeschooling Hayat
School, Moja, menyampaikan apresiasinya atas sambutan BRIN dalam menerima
kunjungan serta memberikan wawasan baru kepada siswa, khususnya terkait sains
alam semesta.
“Diharapkan para siswa
dapat lebih bersemangat dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan yang ada di alam
sekitar,” ujarnya.
Peneliti Ahli Madya
Pusat Riset Iklim dan Atmosfer - BRIN, Marfasran Hendrizan, memulai dengan
mengenalkan planet-planet di Tata Surya dan benda-benda antariksa. “Bumi
merupakan planet yang menjadi tempat tinggal kita. Di dalamnya, manusia,
tumbuhan, hewan, dan berbagai makhluk lainnya hidup,” ungkapnya.
Hendrizan menjelaskan
bahwa bumi berputar mengelilingi matahari dan juga berputar pada porosnya.
Perputaran ini menyebabkan terjadinya siang dan malam serta pergantian musim.
“Saat bumi menghadap
matahari, artinya hari sudah pagi atau siang, dan apabila bumi membelakangi
matahari, ini artinya sudah malam. Selain itu, perputaran bumi mengelilingi
matahari juga mengakibatkan perbedaan kadar panas, yang menyebabkan perbedaan
musim dan dalam jangka waktu lama disebut iklim,” jelasnya.
Hendrizan
menyampaikan bahwa saat ini dunia dihadapkan dengan bencana akibat perubahan
iklim. Perubahan iklim ini harus dikenali risikonya, ditanggulangi, dan
diupayakan melalui sains. Salah satu cara memahami sejarah perubahan iklim
adalah melalui paleoklimatologi untuk menghasilkan data-data parameter iklim
masa lampau yang akan bermanfaat untuk mengetahui perubahan iklim saat ini dan
di masa depan. “Kita perlu sejarah untuk menggambarkan seperti apa iklim yang
akan terjadi di masa depan,” ujarnya.
Di akhir, sebagai
seorang peneliti, Hendrizan berpesan kepada para siswa, bahwa untuk menjadi
seorang peneliti harus dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan dan juga
pengalaman.
“Jadi penting
untuk adik-adik terus belajar hingga pintar dan melanjutkan sekolah hingga
perguruan tinggi, karena untuk menjadi seorang peneliti harus memiliki itu,”
pungkasnya. (mg, ed.kg)