• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 139 ) Jun 6, 2024

BRIN Tingkatkan Semangat Eksplorasi Sains pada Anak


Bandung - Humas BRIN. Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak, ada periode di mana anak mulai peka terhadap berbagai stimulasi, termasuk mengenal lingkungan sekitarnya. Pendekatan pembelajaran yang digunakan pun harus disesuaikan dengan perkembangan anak.

 

Pelajaran sains di Sekolah Dasar atau yang sederajat bertujuan untuk membina dan menyiapkan peserta didik agar siap dan tanggap dalam menghadapi lingkungannya. Hal ini melatarbelakangi kunjungan 10 siswa Homeschooling Hayat School – Bandung ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Jumat (31/5).

Didampingi fasilitator, para siswa mendapat pengalaman dan pemahaman tentang sains dari salah satu periset iklim dan atmosfer BRIN. Fasilitator Homeschooling Hayat School, Moja, menyampaikan apresiasinya atas sambutan BRIN dalam menerima kunjungan serta memberikan wawasan baru kepada siswa, khususnya terkait sains alam semesta.

“Diharapkan para siswa dapat lebih bersemangat dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan yang ada di alam sekitar,” ujarnya.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer - BRIN, Marfasran Hendrizan, memulai dengan mengenalkan planet-planet di Tata Surya dan benda-benda antariksa. “Bumi merupakan planet yang menjadi tempat tinggal kita. Di dalamnya, manusia, tumbuhan, hewan, dan berbagai makhluk lainnya hidup,” ungkapnya.

Hendrizan menjelaskan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari dan juga berputar pada porosnya. Perputaran ini menyebabkan terjadinya siang dan malam serta pergantian musim.

“Saat bumi menghadap matahari, artinya hari sudah pagi atau siang, dan apabila bumi membelakangi matahari, ini artinya sudah malam. Selain itu, perputaran bumi mengelilingi matahari juga mengakibatkan perbedaan kadar panas, yang menyebabkan perbedaan musim dan dalam jangka waktu lama disebut iklim,” jelasnya.

Hendrizan menyampaikan bahwa saat ini dunia dihadapkan dengan bencana akibat perubahan iklim. Perubahan iklim ini harus dikenali risikonya, ditanggulangi, dan diupayakan melalui sains. Salah satu cara memahami sejarah perubahan iklim adalah melalui paleoklimatologi untuk menghasilkan data-data parameter iklim masa lampau yang akan bermanfaat untuk mengetahui perubahan iklim saat ini dan di masa depan. “Kita perlu sejarah untuk menggambarkan seperti apa iklim yang akan terjadi di masa depan,” ujarnya.

Di akhir, sebagai seorang peneliti, Hendrizan berpesan kepada para siswa, bahwa untuk menjadi seorang peneliti harus dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan dan juga pengalaman.

“Jadi penting untuk adik-adik terus belajar hingga pintar dan melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi, karena untuk menjadi seorang peneliti harus memiliki itu,” pungkasnya. (mg, ed.kg)