BRIN Tawarkan Program Kolaborasi Riset Bidang Agama pada Mahasiswa Unida Gontor
Jakarta - Humas BRIN. Sejumlah
mahasiswa Program Studi Ilmu AlQuran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin
Universitas Darussalam (Unida) Gontor mengunjungi Kantor BRIN Kawasan Sains
Sarwono Prawirohardjo Jakarta, Senin (04/11). Kunjungan tersebut untuk
pengayaan wawasan terkait riset dan inovasi.
Kepala Pusat Riset Agama dan
Kepercayaan (PR AK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Aji
Sofanudin, dalam sambutannnya mengenalkan mengenai riset – riset yang ada di
BRIN, khususnya riset yang dilakukan di Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial
dan Humaniora (OR IPSH). Aji juga mengajak para mahasiswa ini agar bisa belajar
dari model atau riset yang dikembangkan BRIN.
Choirul Fuad Yusuf, peneliti PR AK
BRIN mengenalkan tentang Islamophobia. Ia mengatakan, fenomena islamiofobia
berakar pada abad pertengahan. Namun, istilah tersebut populer dikenal dalam
Sastra Perancis (awal abad ke-20), akibat ketakutan berlebihan terhadap potensi
kekuatan bangsa Islam dalam segala aspek kehidupan.
“Islamofobia merupakan perasaan atau
sikap negatif terhadap islam atau muslim, atau ketakutan yang tidak rasional
terhadap Islam,” jelasnya.
Dijelaskan juga di depan para
mahasiswa ini oleh Ibnu Hasan Muchtar, periset PR AK. Ia menceritakan
pengalaman penelitian tentang kerukunan antar umat beragama. Pada kesempatan
ini, Ibnu menginformasikan tiga program prioritasnya pemerintah melalui Kementerian
Agama. Yaitu, kerukunan, moderasi beragama, dan beragama bermaslahat.
“Kerukunan umat beragama penting!
Karena untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas di masyarakat. Dengan hidup
rukun, setiap individu dapat saling menghormati perbedaan keyakinan, yang pada
akhirnya memperkuat persatuan dan memajukan bangsa,” urainya.
Kerukunan ini, imbuhnya, juga menjadi
dasar untuk menghindari konflik dan mendorong kerja sama dalam mencapai
kesejahteraan bersama.
Kemudian ia menyampaikan moderasi
beragama, yaitu cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan
bersama. Caranya dengan mengejawantahkan esensi ajaran agama, yang melindungi
martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum. Hal itu berlandaskan
prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan
berbangsa.
Selanjutnya, Ibnu juga menjelaskan
tentang kata kunci di dalam moderasi beragama yang ada dalil dan ayat
Alqurannya. Salah satu contohnya mengenai kemanusiaan yang ada dalam surat Al
Maidah ayat 32.
Berikutnya, Vera Bararah Barid,
koordinator program di OR IPSH yang juga alumnus Universitas Darussalam Gontor,
menawarkan 14 Tema Program Kolaborasi Riset BRIN yang disebut Call for Research
Collaborations (CfRC) yang ditawarkan.
Ia menyebutkan, ada 2 tema terkait
agama. Pertama, green religion / eco-theology, sebagai upaya
agama menjaga lingkungan. Cakupannya, perspektif agama dan kepercayaan tentang
pelestarian lingkungan, praktik green religion di lingkungan rumah
ibadah, pendidikan, kerja, keluarga dan masyarakat, peran lembaga keagamaan
dalam pengelolaan sumber daya alam dan pemeliharaan lingkungan, serta Isu dan
tantangan green religion itu sendiri.
Tema yang ke dua, terkait dinamika
kontemporer (disrupsi digital dan transformasi sosial) yaitu digital
religion seperti ritual, otoritas, dan otentisitas. Cakupannya Filantropi
digital, kemajuan digital dan pergeseran otoritas keagamaan, transaksi keuangan
digital dalam perspektif agama, peran media sosial sebagai sumber informasi
keagamaan, ujaran kebencian, misinformasi, dan disinformasi keagamaan, serta
dialog dan debat agama dalam ruang digital. (rsa/ ed:And)