BRIN : Profesional Optimis Produktif di Era Digital
Jakarta-Humas BRIN, Menuju setahun integrasi lembaga riset nasional dan sejumlah kementerian, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) masih terus berupaya mengomunikasikan entitasnya sebagai pilar utama dalam menjalankan riset, pengembangan dan inovasi. Introduksi dan komunikasi dengan para pemangku kepentingan serta publik pada umumnya telah dilakukan BRIN melalui berbagai aktifitas, termasuk lampu sorot media yang ikut memperluas echo BRIN selama setahun terakhir.
Menjawab tantangan tersebut, BRIEF (BRIN Insight Every Friday) edisi Jumat (22/04) mengangkat tema : Profesional Optimis Produktif di Era Digital. Era baru dan masa transisi BRIN membutuhkan sifat profesionalisme serta rasa optimis yang kuat, yang akan menjadi kunci dalam mengakselerasi produktifitas. Di sisi lain, produktifitas saat ini ditunjang oleh kemudahan digitalisasi. Sehingga tantangan terbesar terbesar yang akan dihadapi BRIN adalah pengembangan sikap profesional dan optimisme dalam meningkatkan produktifitas, serta bagaimana mengoptimalkan kemajuan digital.
Koordinator Komunikasi Publik Dyah Rachmawati Sugiyanto dalam sambutannya mengatakan pemilihan tema hari ini bertujuan agar memotivasi sivitas BRIN untuk selalu semangat bekerja, berkolaborasi sebagai bagian dari manajemen perubahan khususnya pokja pelayanan publik BRIN. Selanjutnya, ia juga berharap tema hari ini semakin membuat sivitas BRIN untuk semakin adaptif dan terus mendukung dan meuwjudkan ASN berakhlak dan bangga melayani negara.
Sementara itu pada kesempatan yang sama Narasumber BRIEF kali ini seorang profesional dalam pengembangan kapasitas, manajemen, creative thinking, emotional intelligent, dan soft skill, Moch. Salamun Hendrawan memaparkan salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam menghadapi era digital yaitu membangun struktur organisasi yang ‘agile’ di mana orang-orang di dalamnya melihat persoalan dengan damai dan tangkas bergerak, melihat ke depan sebagai peluang untuk berinovasi, dan memiliki kekuatan eksekusi di segala lini, dari strategi hingga implementasi. Ketangkasan menghadapi persoalan berawal dari memahami situasi atau persoalan yang ada kemudian dilanjutkan dengan perencanaan dan implementasi.
Dalam kata penutupnya, Salamun menyatakan bahwa kita perlu melakukan Gerakan nasional peran BRIN dalam menghadapi Industri 4.0 terutama memperkuat literasi humanistic (sebagai core business) yang mampu menggali dan menguatkan karakter, nilai budaya, jati diri, ide, inovasi, kreativitas, identitas dan kebanggaan untuk meraih produktivitas yang maksimal sebagai bangsa yang lebih bemartabat (br/edt.cj)