BRIN Perkenalkan Studi Isu Arkeologi, Bahasa, dan Sastra Melalui Konferensi Dwitahunan Bahasa dan Sastra (BCLL)
Jakarta - Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra, akan menyelenggarakan "Konferensi Dwitahunan Bahasa dan Sastra Pertama" pada tahun 2023. Acara ini akan berlangsung dari 1 November hingga 5 November 2023 dengan tema "Identitas Nasional dalam Peradaban Global."
Herry Jogaswara, Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra, menyampaikan rasa terima kasihnya atas dukungan BRIN dan menekankan bahwa konferensi ini bertujuan untuk menyebarkan hasil penelitian dan mengeksplorasi isu-isu bahasa, sastra, dan warisan budaya. Konferensi ini akan diselenggarakan setiap dua tahun, dengan fokus pada bahasa dan sastra tahun ini, diikuti oleh arkeologi pada tahun 2024 dan bergantian antara kedua bidang tersebut dalam tahun-tahun berikutnya.
“Biannual conference ini sebetulnya adalah acara BRIN yang kemudian dikelola oleh organisasi riset, oleh karena itu pertama-tama saya ucapan terima kasih kepada Kepala BRIN ibu Sestama yang sudah menerima kehadiran kami untuk kegiatan acara ini dan mendukung acara ini dan juga kepada para Deputi yang juga banyak memberikan support terhadap keberlangsungan rencana keberlangsungan acara ini juga biro-biro semua yang secara intensif kita bekerja untuk kegiatan ini,” ujar Herry mengawali paparan sosialisasinya pada apel pagi Senin, (23/10).
Konferensi tahun ini secara khusus membahas isu-isu bahasa, sastra, dan warisan budaya dalam konteks Perpustakaan Nasional Indonesia (IKN). Acara ini, yang berlangsung dari 1 hingga 3 November, akan menampilkan pembicara kunci dari BRIN, Badan Bahasa Nasional, Perpustakaan Nasional, dan ahli internasional dari institusi seperti Universitas Leiden, Universitas Denver, Universitas Glasgow, dan Universitas Cornel.
“Kami menamai Biannual Conference on Language and Literatur karena kita akan mengadakan acara ini Insya Allah selama setiap 2 tahun, tahun ini untuk bahasa dan sastra dan kemudian tahun 2024 untuk arkeologi dan tahun 2025 selanjutnya akan bergantian bahasa sastra dan arkeologi karena terkait dengan rumpun keilmuan yang ada di organisasi riset termasuk terkait dengan Hasanah keagamaan dan peradaban,” jelas Herry.
Konferensi ini akan mencakup berbagai topik, termasuk kebijakan bahasa dan sastra, pembangunan kapasitas, platform pendanaan riset, dan akuisisi pengetahuan lokal melalui penerbitan. Herry Jogaswara menekankan pentingnya kolaborasi dan pertukaran temuan riset, tidak hanya dalam bahasa dan sastra, tetapi juga dengan organisasi riset lain, universitas, dan lembaga riset independen.
Dengan 459 abstrak yang diajukan oleh peserta dari dalam dan luar negeri, acara ini diperkirakan akan dihadiri sekitar 300 peserta. Selain dukungan BRIN, konferensi ini telah mendapatkan sponsor dan sumber pendanaan untuk mempromosikan penelitian dalam bidang bahasa, sastra, dan warisan keagamaan.
Berbagai tema konferensi, mulai dari bahasa dan sastra hingga praktik pengajaran dan warisan keagamaan, menawarkan platform bagi para peneliti untuk menyajikan temuan mereka dan berinteraksi dengan audiens yang lebih luas. Herry Jogaswara menekankan sifat lintas disiplin bahasa dan sastra, mendorong kolaborasi di berbagai disiplin akademik yang diwakili dalam BRIN.
“Walaupun acara ini fokus pada Bahasa, Sastra dan Hasanah keagamaan tetapi saya kira karena bahasa dan sastra ini melintas berbagai disiplin ilmu maka kami ingin juga kehadiran dari civitas lain yang ada di BRIN untuk bisa melihat kegiatan ini dan juga memungkinkan terjadinya kolaborasi resesif bahasa sastra dengan lisensi di rumah program organisasi riset lainnya,”tutur Herry mengakhiri paparannya.(nnp/sj)