BRIN Mudahkan Layanan melalui Integrated Laboratory of Bioproduct (iLaB)
Jakarta
– Humas BRIN. Integrated
Laboratory of Bioproduct (iLaB) adalah salah satu laboratorium pengujian yang
dimiliki oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan merupakan laboratorium
bioproduk terintegrasi pertama di Indonesia. ILaB berlokasi di Pusat Riset
Biomaterial, Cibinong Science Center – Botanical Garden (CSC-BG), Kabupaten
Bogor.
Disebut
terintegrasi karena iLaB melakukan proses-proses pelayanan pengujian dimulai
dari preparasi, formulasi, pengujian, karakterisasi, identifikasi dan
kuantifikasi dari bahan yang kemudian dilanjutkan dengan formulasi bahan
sehingga bahan berubah menjadi bioproduk. Selanjutnya iLaB melakukan pengujian
bahan hingga sertifikasi. ILaB juga mengembangkan metode untuk standarisasi
bioproduk apabila bioproduk tersebut belum memiliki standar.
BRIN
Insight Every Friday edisi ke 47 hadir dengan tema Mengulik Berbagai Layanan
Integrated Laboratory of Bioproduct (iLaB). Hadir sebagai narasumber, Maya Ismayati,
Manajer I-LaB dan Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk BRIN.
Maya
menjelaskan bahwa iLab merupakan salah satu bagian dari layanan yang ada di ELSA
(E-Layanan Sains). ELSA sendiri merupakan inovasi pelayanan public yang
terintegrasi berbasis website (www.elsa.brin.go.id)
meliputi layanan sains, laboratorium dan fasilitas riset BRIN, sehingga
memudahkan pengguna pada saat mengajukan permohonan layanan. ELSA sendiri
merupakan open facility yang dapat digunakan oleh siapa saja. Panduan
penggunaan ELSA sendiri bisa didapat dari laman website ELSA BRIN.
“Tahapan
pengajuan di ELSA sendiri cukup mudah yaitu menemukan layanan yang dibutuhkan, lalu
mengajukan permohonan layanan dan apabila sudah terverifikasi maka bisa
dilajutkan ke tahap pembayaran. Tahap terakhir adalah pelaksanaan layanan
sains, dan hasil akhirnya bisa didapatkan melalui akun pemohon di laman ELSA,”
lanjut Maya.
Maya
melanjutkan bahwa pemohon diharapkan agar mengetahui terlebih dahulu target
analisanya dan tentunya dibarengi dengan metode yang akan digunakan.
“Melihat
banyaknya layanan dan berdasarkan pengalaman kami alangkah baiknya jika pemohon
diharapkan agar mengetahui terlebih dahulu target analisanya dan tentunya
dibarengi dengan metode yang akan digunakan. Untuk analisanya pemohoan
diharapkan juga sudah mengetahui alat apa saja yang bisa mensupport target dari
Analisa. Tidak kalah penting juga untuk menentukan rencana waktu sampai dengan
selesai,” jelas Maya.
Maya
menjelaskan bahwa konsep dari integrasi iLaB ini datang dari penelitian yang
ada di Pusat Penelitian Biomaterial LIPI sebelumnya, dimana harapannya alat-alat
yang ada saat ini bisa mensupport dari hulu ke hilir terkait dengan
bioproducts.
“Alat
yang ada di iLaB merupakan alat penunjang dari bioproducts. Bioproducts
yang dimaksud adalah yang berasal dari material yaitu bio-based material
contohnya serat, kayu dan lain sebagainya. Di lain pihak adalah bioproducts
yang berasal dari bio-active material organisme seperti enzim, spora dan lain
sebagainya,” lanjut Maya.
Salah
satu ciri khas ILaB adalah adanya peralatan yang mendukung terkait penelitian
halal. ILaB memiliki lebih dari 100 layanan dengan 72 alat yang didukung oleh 6
penyelia, 5 operator alat dan 40 pelaksana (peneliti). Maya mengungkapkan bahwa
di tahun 2021 ada 5 besar layanan di iLaB yang memiliki antrian panjang yaitu FTIR,
DSC, UTM 10 KN, FREEZE DRYING, dan SEM-EDS.
Maya berharap bahwa
dengan adanya sharing informasi seperti ini kedepannya makin banyak bioproducts
yang dihasilkan yang tentunya bisa di support oleh iLaB. (nn)