BRIN Memanfaatkan Neutron untuk Mengukur Tegangan Sisa Dengan Presisi Tinggi
Tangerang Selatan - Humas BRIN. Tegangan sisa, yaitu tegangan yang ada dalam suatu material tanpa adanya gaya eksternal yang bekerja padanya, memiliki pentingnya dalam dunia industri. Ini memberikan wawasan tentang performa, kualitas, dan daya tahan objek yang telah direkayasa seperti sambungan las dan pengecoran. Menjawab kebutuhan ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia (BRIN) menyelenggarakan sesi BRIN Insight Every Friday (BRIEF) secara online pada tanggal 25 Agustus, dengan fokus pada "Manfaat Teknologi Nuklir: Pengukuran Tegangan Sisa Tanpa Merusak."
M. Rifai Muslih, Peneliti Ahli Madya di Pusat Riset Teknologi Deteksi Radiasi dan Analisis Nuklir (PRTDRAN) - BRIN, menyoroti posisi unik BRIN di Asia sebagai satu-satunya lembaga yang dilengkapi dengan instrumen neutron untuk pengukuran tegangan sisa. Ia menekankan tren dan pentingnya pengukuran tegangan berbasis neutron untuk tujuan industri maupun akademis.
Metode sinar-X memerlukan persiapan sampel yang kompleks, sementara teknik berbasis neutron secara signifikan menyederhanakan proses ini. Rifai menjelaskan bahwa sampel dari hasil fabrikasi dapat diukur secara langsung menggunakan teknik difraksi neutron tanpa merusaknya.
Untuk mengakses layanan pengukuran tegangan sisa berbasis neutron dari BRIN, pihak yang berminat dapat mengajukan permohonan melalui portal BRIN Science E-Service (ELSA) di www.elsa.brin.go.id. Selain itu, pengguna yang berpotensi harus menggunakan aplikasi SIPINTER yang tersedia di www.sipinter.brin.go.id untuk memasukkan data tentang bahan-bahan yang akan diiradiasi dengan neutron.
"Proses aplikasi SIPINTER sesuai dengan regulasi yang ditetapkan oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) untuk bahan-bahan yang akan mengalami iradiasi neutron," jelas Rifai.
Lebih rinci tentang proses ini, Rifai menyatakan bahwa BRIN mengikuti prosedur standar untuk memperlakukan sampel yang digunakan dalam pengukuran tegangan sisa berbasis neutron. Langkah-langkah keamanan diambil untuk memastikan sampel aman untuk diangkut setelah mengalami iradiasi dan tetap tidak aktif. Sampel-sampel ini kemudian menjalani berbagai tes, termasuk pengujian yang bersifat merusak.
Tentang biaya yang terkait dengan layanan pengukuran tegangan sisa BRIN, Rifai menjelaskan bahwa struktur pendanaannya bersifat kontraktual, menyesuaikan dengan setiap kasus tertentu dan kondisi sampel yang akan diuji. Informasi rinci tentang harga dapat ditemukan di portal ELSA, dengan model pendanaan disesuaikan berdasarkan kasus-kasus tertentu.
Rifai juga memperkenalkan kemungkinan pengurangan biaya untuk pengukuran tegangan sisa melalui pengaturan penelitian kolaboratif dengan proyek-proyek berharga dan bernilai.
Dalam konteks sektor industri di Indonesia, Rifai menyoroti permintaan yang semakin meningkat untuk pengukuran tegangan sisa. Ia mencatat bahwa meskipun permintaannya meningkat, industri masih belajar tentang teknik ini dan implikasinya yang serius.
"Pengukuran tegangan sisa yang akurat dalam pengelasan memainkan peran penting, karena membantu mendeteksi sumber kegagalan potensial selama proses pengelasan, memungkinkan evaluasi dan perbaikan prosedur pengelasan," tegas Rifai.
Dengan fokus pada fasilitas neutron, Rifai menunjukkan bahwa prioritas tertinggi untuk pengembangan instrumen adalah difraktometer untuk tegangan sisa. Ini menyajikan tantangan dan peluang unik bagi para peneliti BRIN untuk bertukar pengalaman dengan pengguna neutron dari wilayah lain. BRIN secara aktif membangun hubungan dan kolaborasi dalam Asia Oceania Neutron Scattering Association (AONSA), sebuah organisasi yang memfasilitasi penggunaan neutron di wilayah Asia Oceania. (msb/ed. my,sj)