BRIN Kenalkan Satelit Buatan Indonesia kepada Siswa SMPIT Insantama Leuwiliang
Bogor - Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa telah meluncurkan tiga satelit, yaitu satelit LAPAN-A1, LAPAN-A2 dan LAPAN-A3. Masing-masing satelit ini memiliki misinya tersendiri. Saat ini Indonesia juga sedang membuat satelit generasi keempat yang diberi nama Nusantara Earth Observation - 1 (NEO-1) dan satelit generasi kelima yang dinamai Nusantara Equatorial IoT (NEI).
Demikian disampaikan Staf Humas Kawasan Rumpin, Desy Viani saat menerima kunjungan SMPIT Insantama Leuwiliang di Kawasan Sains Ibnoe Subroto, Bogor, Kamis (15/8).
Desy menjelaskan, satelit LAPAN-A1 dibuat oleh periset Indonesia bekerjasama dengan Universitas Teknik Berlin. Proses rancang bangunnya dilakukan di Jerman. Dinamakan A1 karena merupakan satelit eksperimental generasi pertama. Satelit ini memiliki orbit polar artinya satelit mengorbit bumi dari Kutub Utara ke Kutub Selatan. Hal ini membuat LAPAN-A1 melintasi wilayah Indonesia sekitar 4 hingga 6 kali dalam satu hari.
"Misi utama A1 ini adalah observasi Bumi. Selain itu, misi lainnya adalah eksperimen teknologi, serta eksperimen kontrol sikap satelit,” ujarnya
Desy menambahkan, satelit A1 diluncurkan menggunakan roket India Polar Satellite Launch Vehicle (PSLV) C7 pada 10 Januari 2007. Hingga saat ini satelit masih mampu menerima command atau perintah dari operator, hanya saja untuk menjalankan misi sudah tidak mampu karena muatan kamera yang dibawa sudah tidak dapat digunakan.
Satelit eksperimental generasi kedua, lanjut Desy, masih dibuat oleh periset Indonesia bekerjasama dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI). Kali ini proses rancang bangun satelit dilakukan di Indonesia. Satelit ini diluncurkan menggunakan roket India PSLV C30 pada 28 September 2015. Hingga saat ini satelit masih berfungsi dan mampu menjalankan misinya.
“A2 misinya lebih banyak. Pertama misi pemantauan bumi menggunakan Spacecam. Misi lainnya yaitu mitigasi bencana melalui aktivasi muatan Voice Repeater (VR) untuk komunikasi suara dan Automatic Packet Reporting System (APRS) untuk komunikasi data. Misi ini melibatkan anggota ORARI karena mereka tersebar di seluruh Indonesia dan terbiasa melakukan komunikasi melalui satelit dengan menggunakan Handheld Transceiver (HT) dan antena sederhana. Misi ketiga yaitu pemantauan kapal melalui Automatic Identification System (AIS). Jadi satelit ini membawa sensor untuk menerima data AIS yang memuat data-data kapal seperti nama dan jenis kapal, tanda panggilan (call sign), dan kebangsaan kapal,” paparnya.
Desy mengatakan, satelit LAPAN-A3 dibuat oleh periset Indonesia bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Mulai dari satelit generasi kedua, proses rancang bangun dilakukan di Indonesia. Satelit ini diluncurkan menggunakan roket India PSLV C34 pada 22 Juni 2016. Hingga saat ini satelit masih berfungsi dan mampu menjalankan misinya.
“A3 memiliki misi yang sama dengan A2, yaitu misi AIS. Hanya saja perbedaannya dapat dilihat dari data yang dihasilkan. Data AIS pada A2 hanya menunjukan kapal-kapal yang berada di garis khatulistiwa, sedangkan di A3 data AIS-nya lebih banyak karena mencakup seluruh dunia,” terangnya.
Misi lain dari LAPAN-A3, tambah Desy, yaitu pemantauan bumi menggunakan kamera multispectral untuk memantau vegetasi tanaman dan Spacecam. Citra-citra yang dihasilkan digunakan para periset untuk analisa lebih lanjut.
“Ada juga misi magnetometer untuk pemantauan medan magnet bumi,” ungkapnya.
Satelit-satelit ini ungkap Desy, dikendalikan dari Stasiun Bumi. BRIN sendiri memiliki beberapa Stasiun Bumi untuk mengendalikan ketiga satelit tersebut diantaranya Stasiun Bumi Rancabungur di Bogor, Stasiun Bumi Kototabang di Sumatera Barat, Stasiun Bumi Pare-pare di Sulawesi Selatan dan Stasiun Bumi Biak di Papua. (dv)