• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 384 ) Oct 18, 2023

BRIN Kenalkan Pengelolaan Sampah Menggunakan Magot pada Siswa SMA


Subang - Humas BRIN. Pengelolaan sampah merupakan hal yang penting, untuk itu BRIN melalui Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG) Subang mengenalkan riset pengolahan sampah dengan metode Refuse Derived Fuel (RDF) dan metode Black Soldier Fly (BSF) kepada siwa SMA Negeri 2 Subang. Kegiatan yang dilangsungkan di PRTGG pada Selasa (17/10) ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar.


Periset PRTTG-BRIN, Yose Rizal Kurniawan menyampaikan materi tentang riset pengolahan sampah dengan metode RDF dan metode BSF. “Magot atau belatung yang dihasilkan dari telur lalat hitam sangat aktif memakan sampah organik, karenanya dapat berfungsi mengurangi jumlah pembuangan limbah organik. Dimana magot pada usia sepuluh hari hingga lima belas hari sudah mempunyai pola makan yang tinggi terhadap sampah organik, sehingga saatnya untuk dipanen dan diberikan pada peternak, magot sangat efektif untuk menghabiskan atau melenyapkan sampah organik,” jelas Yose.


Lebih lanjut Yose menjelaskan, bahwa untuk budi daya magot cukup mudah karena hanya membutuhkan perlengkapan yang sederhana yaitu rumah jaring (bisa dari rangka kayu) sebagai tempat pengembangbiakan lalat BSF, kotak biopon sebagai tempat pembesaran maggot, dan baskom untuk tempat penetasan.


“Sementara proses pengembangbiakan dari telor menjadi mini larva sampai 10 hari menetas, sebagian dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan sebagian untuk dikembangbiakkan dengan cara menempatkan di rumah jaring. Magot dewasa akan tumbuh atau keluar sayapnya yang disebut lalat tentara hitam, setelah lalat tentara hitam maka lalat ini mencari pasangan untuk bereproduksi hingga mati, dan setelah mati baru bisa dipanen oleh pembudidaya untuk ditetaskan kembali menjadi magot baru, demikian seterusnya,” jelas Yose.


Sementara itu metode RDF merupakan metode berbasis pemilahan dan pembakaran. Berbeda halnya dengan metode BSF yang menggunakan sampah organik, metode RDF memilah sampah berdasar pada sampah yang mudah dibakar dan sulit dibakar.


“Komponen sampah yang mudah dibakar diolah lebih lanjut menjadi bahan bakar, sedangkan sampah yang sulit dibakar seperti kaca dan logam di daur ulang. Aplikasi metode RDF diterapkan pada riset mesin pemusnah sampah yang diberi nama MPS100. Mesin ini menggunakan bahan bakar dari oli bekas untuk membakar sampah pada suhu 800-900°C, sehingga asap yang dihasilkan harus lolos uji emisi. Hasil riset mesin pemusnah sampah ini akan diperbanyak, ini puluhan lokasi di kabupaten Subang bekerjasama dengan PT Dahana, SMK Cibogo, Pemkab Subang dan PT BJB,” jelas Yose.


Sebagai informasi kegiatan ini merupakan bagian dari Kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) berbasis STEM (Science Technology Engineering and Mathematics) merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar. Kepala SMA Negeri 2 Subang, Edi Sugandi dalam sambutannya mengatakan bahwa program P5 adalah suatu pembinaan disetiap sekolah mulai dari tingkat PAUD hingga tingkat SLTA, dan masing-masing sekolah memiliki target tersendiri yang harus dicapai sesuai dimensi yang akan dikembangkan yaitu bagaimana siswa untuk dapat memahami pengelolaan sampah atau gaya hidup berkelanjutan. (sp,ecp,da/da)