BRIN Kenalkan Ilmu Politik dan Pemerintahan pada Mahasiswa
Jakarta – Humas BRIN. Kepala Organisasi
Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (OR IPSH) Badan
Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ahmad Najib Burhani menerima kunjungan
Korps Mahasiswa Politik dan
Pemerintahan (KOMAP) Universitas Gadjah Mada (UGM) di kantor BRIN Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (25/09).
Najib mengutarakan, bahwa BRIN
memiliki 12 Organisasi Riset (OR) dengan bidang-bidang yang ditangani di BRIN
mulai dari bidang ilmu nuklir, hayati lingkungan, dan yang salah satunya sosial
humaniora, yakni OR IPSH.
Diterangkannya, OR IPSH membawahi 7 (tujuh) Pusat Riset (PR) yang tediri
dari Pusat Riset Politik, Pusat Riset Kependudukan, Pusat Riset Hukum, Pusat
Riset Kewilayahan, Pusat Riset Masyarakat dan Budaya, Pusat Riset Agama dan
Kepercayaan, dan Pusat Riset Pendidikan. Secara keseluruhan periset yang ada di
BRIN sebanyak 10 ribu periset, di antaranya periset di OR IPSH sebanyak 142
periset.
Menurut Najib, salah satu yang diharapkan dari produk PR adalah
pengetahuan. Di PR Politik, salah satunya, tidak hanya sebagai
pengamat/selebriti politik, akan tetapi mereka menjadi peneliti politik dengan
hasil karya utama di antaranya buku-buku dan teori-teori yang bisa menjadi
referensi atau pegangan di kampus-kampus.
Najib berkata, “Salah satu yang saya ingat adalah tentang motto dari UGM,
di mana hal tersebut adalah salah satu misi yang sama yang diemban oleh BRIN, berangkat
dari akar ke-Indonesia-an. Kemudian kita mendapatkan rekognisi secara global,
dengan keahlian, karya, publikasi, dan produk keilmuan yang kita hasilkan”.
Dengan begitu, Indonesia tidak lagi hanya dipandang sebagai informan atau
sumber data. Tetapi memproduksi pengetahuan atau teori yang berangkat dari
kasus tentang keindonesiaan itu sendiri.
Itu di antaranya yang menurut Najib harapkan dengan penelitian, juga banyak
lagi kesempatan yang ada. Najib juga menginformasikan adanya kesempatan magang
kerja di BRIN bagi mahasiswa. Untuk itu, gunanya kunjungan ini, disebutkannya
sebagai batu lompatan dalam menyerap keilmuan dari para ahlinya langsung. Sebab,
menurutnya lagi, para mahasiswa merupakan penerus, yang bisa jadi dalam 10
tahun yang akan datang akan menjadi pemimpin bangsa.
Ketua Politico Tour Universitas Gadjah Mada, Emanuel Prince mengatakan bahwa kunjungannya untuk mengetahui lebih
mendalam lagi sosial dan humaniora, terutama ilmu politik dan pemerintahan. Ia
mengaku tertarik melakukan diskusi, karena sangat penasaran dengan dunia riset
dan inovasi yang bisa berdampak pada teori, sistem, dan tata pemerintahan yang
saling keterkaitan. “Jadi, kami bisa memahami, bagaimana riset memengaruhi
politik atau sebaliknya politik memengaruhi riset itu sendiri,” tegasnya.
Emanuel berpendapat, hal ini tentunya ada menjadi ikatan batin antara
mahasiswa, peneliti, dan pimpinan organisasi BRIN. Karena menurutnya, mahasiswa
tidak hanya akan menjadi politikus, enterprenuer, akan tetapi mahasiswa bisa
menjadi seorang peneliti. “Ini ajang kolaborasi dan komunikasi dengan
stakeholder. Kami ingin belajar politik tidak hanya dari dosen tetapi dari
semua lintas sektor, untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan,” imbuhnya.
Sementara itu, Athiqah Nur Alami selaku Kepala PR
Politik menjelaskan tugas fungsi dan peran para
periset agar para mahasiswa memperoleh gambaran profesi pekerjaan yang akan
mereka tempuh ke depannya.
“BRIN merupakan gabungan dari lima entitas seperti Ristek, LIPI, Batan, Lapan,
dan BPPT, serta balitbang di seluruh K/L. Di kawasan ini tidak hanya terdapat
OR di bidang sosial dan humaniora saja, namun ada juga Organisasi Riset
Arkeologi, Bahasa dan Sastra, dan Organisasi RIset Tata Kelola Pemerintahan,
Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat,” urai Athiqah.
Diimbuhkannya, ilmu yang tercakup di BRIN ini sangat luas sekali, bahkan melebihi dari kampus-kampus. Lebih mendalam lagi, ia menerangkan bahwa setiap PR memiliki kelompok riset dengan fokus kajian isu riset yang sesuai dengan temanya. Seperti contoh, PR Politik mempunyai lima fokus riset. Antara lain luar negeri dan isu internasional, gender, pemerintahan dan politik, konflik pertahanan dan kemananan, serta ekonomi politik strategis.
Pertemuan dan diskusi ini juga dihadiri para Kepala PR lainnya di OR IPSH, di antaranya Fadjar Ibnu Thufail (Kepala Pusat Riset Kewilayahan), Rr. Emilia Yustiningrum (Kepala Pusat Riset Hukum), dan Nawawi (Kepala Pusat Riset Kependudukan). (suhe/ed:And/dok.ngd)