BRIN Harus Mampu Menjadi Jangkar untuk Kemajuan Riset di Indonesia
Jakarta-Humas BRIN, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko memimpin apel pagi yang diikuti oleh para pejabat dan pegawai di Lingkungan BRIN secara virtual pada Senin (23/05) , dalam sambutannya Handoko menyampaikan beberapa hal terkait arahan Presiden Joko Widodo yang menyatakan bahwa Indonesia sudah memulai masa transisi menuju endemi setelah mengalami pandemi lebih dari 2 tahun lamanya. Dan ini juga sangat tepat karena masuk dalam rangkaian acara terkait dengan Presidensi G20.
Lebih lanjut Handoko menyampaikan bahwa pada hari ini, direncanakan akan ada pelantikan dari kementerian dan lembaga yang telah dialihkan ke BRIN.Tetapi hal ini belum menjadi yang terakhir karena masih akan ada pelantikan lanjutan. Terkait dengan hal tersebut bahwa BRIN akan segera menyelesaikan aset-aset yang akan dialihkan ke BRIN, selain itu juga akan dipastikan area-area lokasi co-working space untuk sivitas BRIN melakukan atau melaksanakan pekerjaan dan kegiatannya.
“Jadi mulai harus disatukan bahwa mindset BRIN itu ada untuk riset dan periset seluruh Indonesia, jadi periset itu tidak harus menjadi akademisi tetapi semua ASN yang ada di BRIN itu adalah yang berada di puncak piramida. Jadi SDM BRIN diharapkan dapat menjadi fasilitator untuk semuanya apapun kegiatannya, BRIN harus mampu mengintegrasikan berbagai sumber daya periset yang ada di kampus,” tegas Handoko.
BRIN harus mampu mengoptimalkan mahasiswa S2 maupun S1 tidak hanya sekedar melakukan kegiatan yang ditugaskan tetapi juga sekaligus mendidik dan mengedukasi melalui aktivitas yang ada di BRIN untuk calon periset masa depan Indonesia, sehingga akan dapat dipastikan adanya kesinambungan regenerasi periset yang unggul.
Menurut Handoko periset di BRIN itu akan menjadi jangkar yang mampu menarik customer dari berbagai aspek misalnya dari aspek inovasi di Indonesia yang dari tahun ke tahun selalu berkembang sehingga kita harus mampu menghasilkan berbagai inovasi yang kompetitif secara global. “BRIN harus mampu menjadi jangkar bagi advan riset di Indonesia, jadi mampu menarik yang masih berada di bawah itu untuk dapat naik ke atas, karena secara infrastruktur dan SDM BRIN sudah mampu bertindak seperti itu, karena BRIN sudah relatif komplit meskipun secara konstipasi masih belum seperti yang kita harapkan,”imbuhnya.
Point dua yang akan disampaikan disini adalah terkait dengan unit non struktural yang telah dibentuk di lingkungan BRIN. Jadi untuk mengakomodasi dan menjalankan berbagai penugasan dari pemerintah tetapi diluar tugas dan fungsi riset dan inovasi, kita telah membentuk unit konvensional ada 8 yang sudah dibentuk dengan direktur eksekutif dan juga ketua sekretariatnya. Selain itu juga telah dibentuk UPZ BRIN ini dibentuk untuk membantu dalam pengeumpulan zakat agar dapat dimanfaatkan bagi ajang perikemanusiaan untuk membantu sesama .
Diharapkan dengan adanya UPZ ini akan bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dilakukan melalui mekanisme dan tata kelola yang memang dibenarkan secara regulasi dan juga benar dari sisi agama. Selain itu BRIN juga telah membentuk DKM (Dewan Kemakmuran Masjid). Hal ini terkait karena bagaimanapun rumah ibadah khususnya masjid itu menjadi tanggung jawab lembaga karena ada di dalam lokasi lembaga kita. Oleh karena itu harus diatur tata kelolanya untuk memastikan semuanya dilakukan sesuai dengan norma dan ketentuan yang berlaku serta etika dan indikator atau administrasi manajemen masjidnya.
“DKM ini secara umum tentu memiliki tugas utama yaitu mengurusi administrasi masjid, melakukan kegiatan untuk memakmurkan masjid dan juga bertanggung jawab terhadap pemeliharaan fisik masjid,” ungkap Handoko. Handoko berharap dapat segera melakukan percepatan, karena masih banyak yang perlu dilakukan dan segera disempurnakan. Jadi mohon jika ada masukan dapat disampaikan langsung ke kepala BRIN agar dapat segera dilakukan perbaikan secepatnya. (Rdn/edt.cj)