BRIN Gunakan Skema Pendanaan Riset Single Component
Jakarta – Humas BRIN, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko dalam Apel Pagi, Senin (05/09) menyampaikan adanya pernyataan terkait bahwa riset itu murah tetapi yang sebenarnya riset itu mahal. Handoko mengatakan bahwa pendanaan riset tersebut dibagi menjadi tiga kategori kompenen yaitu : murah, mahal dan mahal sekali.
Kalau yang murah itu karena banyak habis pakai,” tegas Handoko. Jika ada perjalanan terkait langsung dengan risetnya ini yang dapat dikategorikan riset murah. Sementara riset dalam kategori mahal itu dikarenakan adanya pembelian infrastruktur, pengujian atau karakterisasi sample, ekspedisi/eksplorasi, honor narasumber, honor tenaga lapangan serta mobilitas periset. Dan untuk riset yang sangat mahal itu meliputi kajian industri, pencarian mitra industri, fasilitasi mitra industri serta survey atau test pasar itu semua yang berpengaruh pada kemahalan suatu riset, ujar Handoko.
Menurutnya, banyak yang berpendapat bahwa anggaran riset menjadi turun, mengingat selama ini anggaran yang diterima oleh lembaga riset itu hanya untuk riset. Nyatanya di dalam anggaran tersebut terdapat banyak komponen seperti gaji pegawai, biaya operasional, dan lainnya. hal ini dapat dijelaskan bahwa sebelumnya seluruh kategori pembiayaan dibebankan pada satu hibah riset multi component satu PJ/PI sehingga satu PJ harus bertanggung jawab atas segala aspek dari riset tersebut dan mencari sub tim terkait untuk melaksanakan semua komponen riset tersebut.
“Dan akhirnya banyak timbul masalah seperti adanya keterbatasan PJ dan tim, dalam suatu riset tidak adanya kompetisi untuk mendapatkan tim terbaik untuk setiap komponen sehingga timbul adanya keterbatasan kapasitas dan sumber daya untuk memenuhi 3 kategori sekaligus terlebih kapasitas untuk investasi, pemeliharaan serta operasional infrastruktur, jelas Handoko.
Itu semua jika dikaitkan lagi bahwa fasilitasi di BRIN menggunakan single component dan bukan multi component. Hal ini sebenarnya juga telah banyak dilakukan di luar negeri. “Pendanaan riset di luar negeri kebanyakan juga memakai single component, kalaupun multi component itu juga hanya 2-3 komponen. Jadi sebenarnya ini tidak terlalu berbeda dengan apa yang telah dilakukan periset di luar negeri,” lanjutnya. Jadi kalau kita lihat di kasus kita skema yang ada di BRIN kembali ke kasus tipikal tadi yang ada di pendanaan di rumah program yang ada di OR dan DFRI itu praktis hanya untuk yang Kategori 1 .
Sedangkan untuk yang kategori dua misalnya itu banyak ditanggung dari Deputi infrastruktur dari titik fasilitasi untuk ekspedisi termasuk hari layar kemudian kalau survei-survei yang besar misalnya untuk ilmu sosial ditanggung di Kedeputian Kebijakan dan inovasi karena diikuti tutorial dari inovasi kita berikan tanggung jawab untuk mengelola survei yang sifatnya itu besar jadi terutama survei yang memang menjadi kepentingan nasional.
Pada kesempatan Apel Pagi BRIN ini, Handoko mengajak semua sivitas BRIN untuk tetap semangat dan terus mendorong untuk terus mencari pendanaan terutama pendanaan yang dikelola dan difasilitasi sendiri meskipun harus berkompetisi dengan yang lain. Karena dengan adanya kompetisi ini akan meningkatkan hasil riset yang bagus. Silakan segera membentuk kelompok riset dan mencari topik-topik baru yang sudah mulai bisa dikerjakan sekarang tanpa harus menunggu Tahun Anggaran Baru. (Rdn/edt.sj)