• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 848 ) Jul 21, 2022

BRIN dan BRGM Lakukan Operasi TMC Untuk Pembasahan dan Pertahankan Tinggi Muka Air Lahan Gambut di Provinsi Riau


Jakarta – Humas BRIN, Berdasarkan pantauan Sistem Monitoring Kebakaran Hutan dan Lahan (Sipongi) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), awal Juli 2022 telah terjadi peningkatan eskalasi titik panas (hotspot) di Provinsi Riau. Menurut prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi bencana karhutla di Provinsi Riau juga akan meningkat di bulan Juli hingga September tahun 2022. Hal ini didasari pada sifat hujan untuk bulan Juli - Oktober di wilayah Provinsi Riau yang diprediksi berada pada kondisi normal hingga dibawah normal dan juga berdasarkan pola tahunan jumlah kejadian hotspot di Pulau Sumatera, khususnya Provinsi Riau yang mencapai puncak pada bulan periode bulan Juli - Oktober. Kemunculan hotspot pada lahan - lahan gambut terjadi karena adanya penurunan kelembapan lahan gambut dan akan semakin rentan untuk terbakar sehingga mengakibatkan bencana karhutla  jika tidak segera ditangani.

Atas dasar tersebut, maka Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM)  meminta kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca (Lab. TMC) untuk melaksanakan kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk tujuan pembasahan lahan gambut di wilayah Provinsi Riau guna mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Plt. Direktur Penguatan dan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi – BRIN, Salim Mustofa, menerangkan bahwa pelaksanaan TMC di Provinsi Riau kali ini merupakan tindak lanjut dari sejumlah rencana operasi TMC di beberapa provinsi rawan bencana karhutla yang sebelumnya juga sudah dilaksanakan di Provinsi Riau periode I dan Provinsi Sumatera Selatan - Jambi. “Selain Riau, selanjutnya kami juga berencana melakukan operasi TMC di Provinsi Kalimantan Barat yang berdasarkan data pantauan hotspot dari rekan - rekan di KLHK yang terlihat mulai meningkat eskalasinya” paparnya. “Rencana jadwal pelaksanaan di provinsi-provinsi tersebut masih kami koordinasikan dengan KLHK, BNPB, BRGM, BMKG dan dukungan Skadron Udara 2 TNI AU” jelas Salim pada keterangan tertulisnya.

Kegiatan TMC di Riau yang dimulai pada 21 Juli 2022 rencananya akan dilaksanakan selama 11 hari kegiatan sesuai permintaan dari BRGM dimana kegiatan kali ini merupakan TMC periode II. Sebelumnya juga telah dilaksanakan kegiatan TMC pada periode I yang dilaksanakan pada tanggal 14 April  – 25 April 2022 atas kerjasama BRIN dengan KLHK dan PT. RAPP Riau. Pada periode I tersebut kegiatan TMC telah berhasil mempertahankan kelembapan lahan gambut dan menurunkan jumlah hotspot yang terjadi di wilayah Provinsi Riau.

Sementara itu Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Basar Manullang menjelaskan bahwa beberapa tahun terakhir, TMC telah menjadi solusi permanen sebagai penanganan karhutla di Indonesia. Menurut data yang telah dihimpun KLHK dari 317 posko pengendalian karhutla di Provinsi Riau, hingga 18 Juli 2022 telah terjadi peningkatan eskalasi kejadian karhutla. Melihat skenario penanggulangan karhutla yang dilakukan selama dua tahun terakhir sejak tahun 2020 dengan aksi pencegahan menggunakan metode pembasahan lahan gambut melalui operasi TMC yang dinilai cukup berhasil menekan jumlah Hotspot, maka diperlukan upaya yang sama pada tahun ini. Sehingga dengan dilakukannya TMC ini diharapkan akan meminimalisir kejadian karhutla dan dapat mewujudkan langit biru Indonesia tanpa asap.

Pada kesempatan pembukaan kegiatan TMC kali ini, Koordinator Lapangan Dr. Tukiyat dari Lab. Pengelolaan TMC mengatakan bahwa pelaksanaan operasional kegiatan dikendalikan dari Pos Komando (Posko) yang berada di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau. Selain tim dari Lab. Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN, kegiatan ini juga didukung oleh TNI AU Skadron 4 Malang dengan mengerahkan armada pesawat CASA 212-200 beserta 11 crew pesawat. “Kegiatan TMC ini juga mendapat dukungan dari Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Pemerintah Provinsi Riau, BPBD Provinsi Riau, dan Kepolisian Daerah (Polda) Provinsi Riau”.

Selain personil yang bertugas di Posko, ditempatkan juga beberapa personil yang bertugas di Pos Meteorologi Dumai dan Pelalawan untuk melaporkan keadaan cuaca serta pengamatan visual pertumbuhan awan tiap jam pada tim yang ada di Posko Pekanbaru untuk dianalisis sebagai salah satu pertimbangan dalam penentuan strategi penyemaian awan.

Sementara itu Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo, mengatakan bahwa upaya TMC untuk pengendalian karhutla dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan hasil yang cukup signifikan. “Berkaca dari pengalaman kejadian El Nino di tahun 2019 yang mengakibatkan bencana karhutla yang cukup masif, dimana saat itu TMC dilakukan untuk tujuan pemadaman (fire suppression), maka pelaksanaan TMC di tahun-tahun setelahnya dilakukan lebih awal untuk tujuan pembasahan lahan gambut (re-wetting). Target Operasi TMC kali ini adalah untuk menjaga tinggi muka air tanah gambut agar tetap berada di batas atas ambang batas (threshold) kekeringan, sehingga lahan gambut tidak mudah terbakar dan potensi kejadian karhutla dapat dikurangi”.

Seperti yang telah diketahui, daerah Riau memiliki area lahan gambut yang cukup luas dan rentan terjadi kebakaran saat musim kemarau. Untuk itu maka pada musim kemarau ini perlu dilakukan antisipasi sedini mungkin upaya-upaya pembasahan lahan dengan memanfaatkan TMC untuk meningkatkan intensitas curah hujan. Harapannya, dengan adanya hujan maka kolam-kolam penyimpanan air pada lahan gambut dapat terisi dan menjaga tinggi muka air tanah (TMAT) lahan gambut terjaga kelembabannya sehingga dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan. (rp)