Bentuk Periset Muda, BRIN Bimbing Mahasiswa Riset Preferensi Produksi Bayam Hijau
Pontianak – Humas BRIN. Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Kawasan Kerja Bersama (KKB) Pontianak, membimbing mahasiswa Praktek Kerja Lapangan (PKL) dalam penelitian di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Sains, dan Teknologi Universitas Panca Bhakti Pontianak. Penelitian yang dikerjakan bersama para mahasiswa ini berfokus pada tinjauan preferensi produksi bayam hijau (Amaranthus tricolor) di Pontianak Utara Kalimantan Barat, Senin (01/03).
Penelitian yang
dibimbing oleh Dwi P. Widiastuti, S.P., M.Sc., Ph.D, dari Pusat Riset Tanaman
Pangan ini berfokus pada preferensi produksi bayam hijau. Bayam hijau merupakan
salah satu tanaman sayuran yang populer di Indonesia, khususnya di daerah
Kalimantan Barat. Namun, belum banyak penelitian yang secara mendalam
mengeksplorasi preferensi produksi bayam hijau di wilayah tertentu.
Dwi mengatakan bahwa lokasi
penelitian ini dilakukan di Kebun
Kuat Sihir Jalan
Dharma Putra Dalam, Kecamatan
Pontianak Utara. Lokasi ini dipilih karena merupakan salah satu sentra produksi
tanaman hortikultura di Kawasan Kota Pontianak, dimana banyak petani yang
mengandalkan komoditas tanaman sayuran dan tanaman hortikultura lainnya sebagai
sumber penghasilan utama, ujarnya.
Selain itu kondisi
lahan yang ditanami sayuran ini tergolong lahan gambut (Histosols) yang
memiliki pH masam dengan tingkat kesuburan lahan relatif rendah. Lahan gambut
cukup potensial untuk pengembangan tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan
buah-buahan), karena kandungan bahan organik dan kadar airnya relatif tinggi,
namun masih harus ditambahkan pupuk anorganik N, P, dan K.
“Dengan tingginya harga
pupuk anorganik non subsidi, petani biasanya menggunakan pupuk kandang kotoran
ayam atau kotoran sapi sebagai substitusi pupuk anorganik tersebut. Pemahaman
terkait preferensi budidaya tanaman bayam hijau di kawasan ini dan produksi
yang dihasilkannya, diharapkan dapat memberikan wawasan yang berguna bagi
petani dalam meningkatkan produksinya serta dapat memenuhi kebutuhan pasar yang
semakin meningkat,” ungkap Dwi.
Menurut Dwi, penelitian
ini tidak hanya memberikan manfaat bagi para petani tetapi juga bagi industri
agribisnis secara keseluruhan. "Dengan memahami preferensi produksi bayam
hijau secara lebih mendalam, kita dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya
yang tersedia dan meningkatkan efisiensi produksi," pungkasnya.
Mike Porwanto, mahasiswa yang terlibat dalam PKL ini juga mengaku senang dapat berpartisipasi dalam penelitian yang relevan dengan bidang studi mereka. Mereka merasa bahwa melalui penelitian ini, mereka dapat belajar banyak hal baru tentang praktik pertanian yang sesungguhnya serta tantangan yang dihadapi oleh para petani di lapangan.
"Penelitian ini
memberikan kami kesempatan untuk terjun langsung ke lapangan dan melihat
realitas di dunia pertanian. Hal ini sangat berharga bagi kami yang ingin
mengaplikasikan ilmu yang telah kami pelajari di bangku kuliah ke dunia
nyata," ujar Mike.
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan sektor pertanian khususnya
komoditas tanaman sayuran di kawasan
Pontianak
Utara, Kalimantan Barat. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang preferensi
produksi bayam hijau, diharapkan dapat menciptakan peluang baru untuk
meningkatkan kesejahteraan petani serta memenuhi kebutuhan akan pasokan sayuran
yang sehat dan berkualitas bagi masyarakat. (msr)