Bagaimana Pesawat Bisa Terbang? Simak Penjelasannya
Bogor – Humas BRIN. Pesawat terbang merupakan produk teknologi tinggi yang
perkembangannya dijadikan tolak ukur perkembangan teknologi tinggi di dunia.
Teknologi pesawat terbang juga mengubah sejarah manusia karena mampu membawa
penumpang berpergian ke tempat jauh dengan lebih cepat dan murah. Selain itu,
pesawat terbang menjadi wahana transportasi paling aman dibandingkan alat
transportasi darat karena jarang terjadi kecelakaan.
Kepala Pusat Riset Teknologi Penerbangan
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Fadilah Hasyim menjelaskan, pesawat
terbang adalah alat transportasi yang paling efisien untuk menghubungkan
belasan ribu pulau di Indonesia. "Dengan pesawat terbang, kita bisa sampai
di tempat tujuan dengan lebih cepat, murah dan aman. Karena pesawat terbang itu
sangat berguna, maka BRIN melakukan penelitian dan pengembangan teknologi
pesawat di Pusat Riset Teknologi Penerbangan," tuturnya saat menerima
kunjungan siswa SD Hikari di Aula Garuda Pusat Riset Teknologi Penerbangan,
Rumpin, Bogor, Kamis (15/6).
Periset Pusat Riset Teknologi Penerbangan,
Angga Septiyana mengungkapkan, meski memiliki beban yang berat, pesawat mampu
terdorong ke atas dan terbang di udara. Hal ini dikarenakan pesawat terbang
menggunakan empat macam gaya. Pertama gaya angkat, untuk mengangkat pesawat ke
atas. Kedua gaya gravitasi, untuk menjaga posisi pesawat berada di tempatnya.
Ketiga gaya hambat, untuk mengendalikan arah pesawat. Keempat gaya dorong,
untuk mendorong pesawat maju.
"Supaya bisa terbang, gaya dorong pesawat harus lebih besar daripada gaya hambat. Pesawat juga harus mempunyai gaya angkat yang lebih besar daripada gaya gravitasi, sebab dipengaruhi massanya," ujarnya.
Angga mengatakan, pesawat membutuhkan kecepatan
tinggi agar bisa bergerak maju ke depan. Oleh karenanya pesawat memiliki mesin
untuk membantu mendorong. Udara akan mengalir dengan cepat melalui bagian
sayap, sehingga menciptakan gaya dorong yang jauh lebih besar daripada gaya
hambat. Udara yang mengalir di sekitar sayap pesawat disebut gaya aerodinamis,
yaitu pergerakan udara mengenai benda padat.
"Jadi para periset di Pusat Riset
Teknologi Penerbangan harus mengetahui gaya hambat pesawat lebih dulu agar bisa
menentukan seberapa besar gaya dorong yang dibutuhkan," tuturya.
Saat ini, lanjut Angga, BRIN bersama PT
Dirgantara Indonesia sudah membuat pesawat N-219. Pesawat ini dilengkapi dua
mesin dan memiliki kapasitas penumpang 19 orang. Pesawat N-219 resmi diberi
nama Nurtanio. "Keunggulan pesawat ini tidak butuh landasan panjang.
Kurang dari 600 meter sudah bisa takeoff - landing," terangnya.
Selain mendapat materi tentang teknologi
penerbangan, peserta kunjungan diajak berkeliling ke beberapa fasilitas,
diantaranya melihat pesawat tanpa awak dan drone pertanian. Peserta juga
berkeliling ke hanggar dan bertemu Pesawat Cinta yang dipakai untuk membantu
modifikasi cuaca. (rcb)