Bagaimana Cara Membuat Konten Video yang Menarik? Simak Penjelasannya
Tangerang - Humas BRIN. Staf Humas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mochamad Rian Hidaya Putra mengatakan konten video telah menjadi salah satu bentuk konten yang paling populer di platform media sosial. Konten ini menarik, interaktif, dan dapat meningkatkan engagement. Video yang dibuat tidak harus rumit. Dengan alat dan strategi yang tepat, kita bisa membuat video yang menarik dan efektif untuk menarik perhatian audiens.
"Sebelum membuat video tentu ada beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya pengembangan cerita, praproduksi, produksi, pascaproduksi serta eksibisi dan distribusi," tutur Rian saat memberikan Pelatihan Teknik Pembuatan Konten Media Sosial dalam kegiatan Masyarakat Bertanya BRIN Menjawab (MBBM) di Tangerang, Selasa (30/1).
Rian menjelaskan, pada tahap pengembangan cerita kita perlu mencari ide-ide yang informatif, inspirasi, edukatif, dan menghibur. Pada tahap ini pula kita perlu memikirkan ukuran frame video, target penonton,durasi dan pesan yang ingin disampaikan.
"Setelah mendapat ide, kita lanjut ke tahapan penulisan naskah," tambahnya.
Pada tahap ini, kita perlu membuat premis yaitu pernyataan cerita dan masalah yang menggerakan cerita. Dalam sebuah premis terkandung karakter dan atributnya, situasi, aksi dan tindakan. Contohnya seorang Periset BRIN melakukan eksplorasi ke Pulau Seram untuk mencari katak yang sudah hampir punah.
Setelah premis, dilanjutkan menjadi sinopsis yaitu mengubah satu kalimat menjadi tiga kalimat. Sinopsis mengandung karakter dan atributnya, situasi, deskripsi masalah,aksi atau tindakan.
"Maka sinopsis cerita dari premis di atas menjadi: Seorang periset BRIN melakukan eksplorasi ke Pulau Seram mencari katak yang hampir punah. Dalam perjalanannya, si peneliti menghadapi beragam permasalahan. Perjalanan Jauh, pertentangan dari masyarakat yang menolak kedatangan, hingga hadirnya rasa rindu dengan keluarga. Si Peneliti berupaya menghadapi semua tantangan yang dihadapinya itu dengan baik," paparnya.
Rian menyampaikan, tahap selanjutnya adalah threatment yaitu memberikan gambaran yang lebih deskriptif dari tema yang akan diambil visualnya. Kemudian tahap terakhir adalah pembuatan naskah. Pastikan jalan cerita tetap sederhana, hindari pengulas, cerita tetap jelas tidak membosankan dan pastikan meminta pendapat orang lain.
"Setelah pengembangan cerita, kita lanjutkan ke praproduksi biasanya dilakukan pertemuan atau diskusi kreatif, pembuatan desain produksi, menyusun jadwal, anggaran dan tim kerja, dan pertemuan teknis," ujarnya.
Pada tahap produksi, tambah Rian, kita melakukan pengambilan video dan audio (syuting). Pilih perangkat audio dan video sesuai kebutuhan. Tentukan ukuran video yang diinginkan. Merekam objek dengan berbagai angle seperti longshot, medium longshot, medium closeup, closeup, dan lainnya.
"Pergerakan kamera adalah salah satu alat yang paling ekspresif untuk para pembuat film. Tujuannya untuk memberikan informasi naratif tentang ruang dan waktu, membangun suasan dramatis, membuat visual lebih dinamis, memfokuskan penonton pada objek tertentu dan menciptakan visual yang lebih ekresi dari tokoh," terang Rian.
Pada tahap pascaproduksi, lanjut Rian, dilakukan perekaman voice over, penyuntingan video, revisi grafis, dan penambahan latar suara atau sound effect. Setelah selesai, konten video tersebut memasuki tahap akhir yaitu eksibisi dan distribusi di sosial media seperti YouTube, Instagram, Facebook dan lainnya. (dv)