• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 602 ) Jan 8, 2023

Upaya Kelompok Riset Warisan Budaya Membingkai Keragaman Budaya Nusantara


Jakarta - Humas BRIN. Masyarakat etnis China di Makassar menggunakan aksara dan naskah lontara yang merupakan budaya asli Bugis/Makassar untuk menyebarkan budaya dan mitologi mereka. Selain itu, Wayang bisa menjadi media untuk pendidikan dalam membangun karakter bangsa. Hal tersebut dilontarkan Dedi Supriadi Adhuri selaku Koordinator Kelompok Riset Warisan Budaya BRIN pada acara BRIN Insight Every Friday (BRIEF) yang mengangkat tema "Mengenal Kelompok Riset Cultural Heritage Management di Pusat Riset Masyarakat & Budaya BRIN" pada Jumat (06/01).

 

Dalam paparannya, Dedi mengenalkan hasil riset yang telah dilakukan oleh kelompok riset warisan budaya BRIN seperti “Dokumentasi Bahasa Hampir Punah” yang bisa diakses di YouTube, Ensiklopedi Kuliner Indonesia yang bisa diakses pada laman ensiklopedi kuliner.pmb.brin.go.id, lalu ada Hak Ulayat Laut di Kawasan Timur Indonesia yang kemudian ditulis lebih mendalam dengan judul Selling the Sea, Fishing for Power. Ada pula mengenai Riset Pengelolaan Cagar Budaya di Indonesia, Banten Lama, Borobudur, dan Trowulan.

 

Kelompok Riset Warisan Budaya dibentuk berdasarkan Surat Keputusan (SK) Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial Humaniora (OR IPSH) BRIN No. 25/III/HK/2022. “Tujuan kelompok riset ini mengembangkan warisan budaya. Kegiatan riset 2022 salah satunya yakni meriset jalur rempah kontemporer, jalur rempah tidak hanya rempah saja tapi ada komoditas lain, adanya migrasi, sehingga terjadi interaksi lintas budaya dan lain-lain,” ujar Dedi.

 

Pada 2023, penelitian akan difokuskan untuk melengkapi penelitian kelompok riset maritim mengenai konstruksi identitas berdasarkan tradisi lisan dalam pengelolaan mangrove di Maluku. Lalu, ada juga mengenai pemahaman sosial budaya warisan nilai dalam penangkapan ikan tradisional dan tantangannya. Indonesia bagian timur menjadi ruang besar bagi kelompok riset ini. Selain Maluku dan Nusa Tenggara Timur (NTT), Kelompok riset ini pada tahun 2023 juga akan mempelajari hubungan perdagangan rempah dengan segregasi sosial dan dinamika agraria pada masyarakat kota Ambon. Lalu ada juga mengenai relasi Makassar-China, mengenai penulisan sejarah dan mitologi China menggunakan aksara dan naskah lontara budaya lokal Bugis). Tak lupa, kelompok riset ini akan meneliti pemanfaatan wayang dalam membangun karakter bangsa. 

 

Dalam kesempatan yang sama, Peneliti PRB BRIN, Taufik membawakan judul “Kompleksitas Tata Kelola Warisan Budaya Benteng Somba Opu”. Taufik berpendapat bahwa perlu adanya narasi baru untuk Makassar sebagai kota benteng. “Makassar dibangun dengan sistem benteng yang berjejer sepanjang pantai utara hingga selatan, benteng tersebut memberi jaminan keamanan kepada para pedagang dan tempat favorit mereka,” ujarnya. Benteng Somba Opu sebagai benteng terbesar memiliki peran strategis dan nilai simbolik yang menonjol. Taufik lalu menyampaikan tujuan penelitian/riset tahap dua yang bermuara pada membangun model tata kelola terintegrasi warisan budaya benteng Somba Opu.

 

Pendekatan interdisipliner juga dilakukan yakni mencakup keilmuan antropologi, sejarah, arkeologi yang akan menghasilkan tata kelola terintegrasi warisan budaya benteng Somba Opu, Garassi, dan Bayao. Lalu Taufik menyampaikan temuan penting seperti sea landscape, polemik rekonstruksi historis, rekonstruksi arkeologi yang belum selesai, kompleksitas kelembagaan, lanskap budaya, dan perspektif komunitas.

 

Taufik menyebut kompleksitas permasalahan saling tumpang tindih dan tidak dapat dilihat secara parsial. “Pemahaman arkeologi dan historis sangat penting dalam pengembangan kawasan benteng Somba Opu. Distribusi kewenangan tidak boleh mengabaikan pemaknaan dan partisipasi komunitas atas benteng Somba Opu. Kompleksitas tata kelola benteng merupakan masalah yang saling terkait dan perlu cara integratif dalam menghadapinya,” tutupnya. (sgd)