• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 305 ) Jul 6, 2024

Synthetic Aperture Radar untuk Monitoring Deformasi Lahan


Bandung - Humas BRIN. SAR (Synthetic Aperture Radar) adalah bentuk radar yang digunakan untuk membuat gambar dua dimensi atau rekonstruksi objek tiga dimensi, seperti lanskap. Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia.

 

SAR menggunakan gerakan antena radar di atas wilayah target untuk memberikan resolusi spasial yang lebih baik daripada pemindai berkas konvensional.  SAR biasanya dipasang pada platform yang bergerak, seperti pesawat terbang, UAV drone atau pesawat ruang angkasa, dan memiliki asal-usul dalam bentuk radar udara tampak samping atau side looking airborne radar (SLAR) yang canggih. 

 

Rendi Handika, periset Pusat Riset Geoinformatika dan tim mengikuti kegiatan pelatihan dari CSSTEAP (Centre for Space Science and Technology Education in Asia and the Pacific), kerja sama NASA dan India dengan topik pelatihan terkait Remote Sensing and Geographic Information System.

 

Hampir selama 2 minggu pelatihan difokuskan pada Interferometry Synthetic Aperture Radar (INSAR) di mana pesertanya selain dari Indonesia, ada juga dari berbagai negara lain yaitu Vietnam, Thailand, Malaysia, India, Mongolia, Uzbekistan, Laos, Nepal, Myanmar, Tajkistan, dan Filipina dengan total peserta 20 orang.

 

Pada pelatihan ini diberikan materi terkait dasar-dasar teknologi SAR, prinsip kerja dan aplikasinya dalam penginderaan jauh, metode dan teknik analisis data SAR untuk mendeteksi dan mengukur deformasi tanah.

 

“Ada juga workshop praktis mengenai cara mengunduh, memproses dan menganalisis data SAR menggunakan perangkat lunak/webbased, analisis kasus nyata deformasi menggunakan data SAR dari berbagai sumber. Kemudian dibagi kelompok untuk melakukan proyek mini, presentasi hasil kerja, diskusi panel dengan para ahli di bidang SAR dan diakhiri evaluasi pelatihan,” ujar Rendi pada Sharing Session BRIGHTS Pusat Riset Geoinformatika, Kamis (4/7) secara daring.

 

 

Rendi menuturkan dirinya dan periset dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi serta beberapa persiet negara lain mengambil studi kasus penurunan tanah wilayah perkotaan di Semarang, Jawa Tengah dengan data-data dari Alaska Satellite Facility (ASF) Sentinel 1.

 

“Dari hasil proyek ini kami diajarkan menggunakan tools package Mintpy (The Miami INsar Time-series software in PYthon) bagaimana merunning sebuah teknik INSAR yang ada di Alaska. Mintpy merupakan sebuah program yang open source dan gratis, mendukung InSAR modern, dapat terintegrasi dengan toolbox (Jupiter Notebook, Google Colabs), kemampuan analisis kuat,” jelas Rendi.

 

Dirinya juga menyampaikan bahwa dari data Sentinel mulai tahun 2020-2024 yaitu 217 data yang dirunning dengan metode Small Baseline Subset (SBAS) InSAR Time Series Analysis with MintPy maka menghasilkan hasil yang memang mirip dengan aplikasi SAR di area studi yang sama. Keuntungan Mintpy ini adalah pada area of interest bisa disetting sendiri dan pilih titik transeknya sehingga menghasilkan sebuah peta dan lebih fleksibel.

 

“Aplikasi SAR ini dapat digunakan juga pada pemantauan bencana, pemantauan lahan gambut, pemantauan infrastruktur (bandara, jembatan, bendungan, jalan tol), dan pertambangan,” pungkasnya. (cw, ed.kg)