Sinergi Riset dalam Pengembangan Ilmu Sosial dan Humaniora IPSH BRIN Gelar Rapat Pleno
Cibinong - Humas BRIN. Organisasi Riset
(OR) Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (IPSH) Badan Riset dan Inovasi Nasional
(BRIN) selenggarakan acara Rapat Pleno
di Ruang Rapat Gedung Teratai di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno
Cibinong pada Jum’at (8/9/2023). Kegiatan tersebut didahului dengan
melaksanakan Germas, berupa jalan santai sehat di sekitar KST Soekarno,
Cibinong, yang diikuti peserta sebanyak 247 orang dari Sivitas OR IPSH BRIN.
Ahmad
Najib Burhani, Kepala OR IPSH BRIN, mengucapkan terimakasih dan mengatakan
sudah banyak mendapatkan beberapa catatan perjalanan dalam dua tahun ke
lapangan. “Ada beberapa hal terkait pendanaan dan anggaran untuk riset yang
dilakukan. Kita harus bersama-sama menjaga
identitas sebagai periset dan peneliti di dalam BRIN,” terangnya.
Dirinya
mengungkapkan bahwa dalam beberapa kasus, proses integrasi tahun kedua
keberadaan BRIN yang dijalani, contohnya kepala pusat riset (PR) bertemu dengan
pusat riset di dalam satu lingkup seperti PR Masyarakat dan Budaya, PR Hukum,
PR Agama dan Kepercayaan, PR Pendidikan, PR Kewilayahan, PR Politik dan PR
Kependudukan, bisa saling mengenal satu sama lain.
“Kemudian
tahun ketiga dengan melihat roadmap pada BRIN, merupakan tahun untuk memperkuat
mobilitas di dalam BRIN, diantaranya untuk mempererat korelasi yang ada di IPSH,”
tambah Najib. Ia berharap, dengan adanya forum rapat pleno sebagai momentum
berkumpulnya teman-teman dari berbagai pusat riset dan bisa saling mengenal,
bercerita tentang berbagai kegiatan yang kita lakukan,”tuturnya.
Pada
kesempatan yang sama, Lilis Mulyani Kepala Pusat Riset Masyarakat dan Budaya
(PR PMB) BRIN menyampaikan, bahwa IPSH telah membuat tim khusus untuk
memberikan masukan juknis jabatan fungsional peneliti, memberi masukan terkait PerMenPANRB
No. 1 Tahun 2023. “Etika publikasi juga penting, tidak hanya dari peneliti,
namun IPSH juga perlu membuat panduan tentang etika publikasi,” tuturnya.
“IPSH
BRIN perlu membuat workshop tentang riset integrity untuk memberikan sharing.
Apa saja yang perlu diperhatikan untuk self reminder. Kita ingin
dikenang sebagai peneliti atau kepakaran seperti apa dan orang membaca tulisan
kita. Itu adalah responsibility kita,”ujarnya.
Selanjutnya,
Athiqah Nur Alami Kepala PR Politik BRIN mengatakan, “Terkait Hasil Kerja
Minimal (HKM) dan Keluaran Kerja Minimal (KKM), kami dari IPSH membuat usulan
tertulis terkait dengan butir-butir, salah satunya bunga rampai, perolehan dana
eksternal dengan mengusulkan memasukan dana sifatnya inkind.
“PR
selanjutnya bunga rampai untuk KKM. IPSH membuat masukan tertulis terkait
klasifikasi bunga rampai dalam konteks juknis. Kami selaku Kepala PR terus mengakomodir
kepentingan kita sebagai peneliti terkait publikasi,” imbuh Athiqah.
Kepala PR
Kewilayahan BRIN, Fadjar Ibnu Thufail
mengatakan bahwa skema pendanaan adalah benar-benar aspek yang berdasarkan
kegunaan. Salah satu keinginaan dari BRIN, seperti IPSH mempunyai satu impian
yang sama bisa memberikan satu legacy tentang sesuatu yang terkait
dengan perkembangan ilmu sosial di Indonesia.
Selanjutnya,
Kepala PR Kependudukan BRIN, Nawawi mengungkapkan, isu saling terkait tentang
kuota riset yang dibiayai sangat terbatas serta anggaran terbatas serta
penelitian dasar.
“Penelitian
mandiri menjadi tumpuan dimana dana riset, dana lembaga menjadi sangat terbatas
menjadi sebuah jalan keluar dan teman-teman bisa berproduksi menulis dan
mempublikasi, sehingga tuntutan lembaga bisa dipenuhi. Kami melihat ada konsen
tentang ini, sehingga sebagai peneliti untuk memproduksi sesuai target apa yang
ditetapkan lembaga dan disisi lain pun perlu juga ada dukungan dari Lembaga,” ungkap
Nawawi.
Sementara
itu, Kepala PR Agama dan Kepercayaan
BRIN, Aji Sofanudin mengatakan telah membantu membuat pipa air bersih Kampung
Adat Urug, Bogor dari program stimulan yang merupakan wakaf dari BRIN. “Di
tengah keterbatasan, kita mencoba melakukan sesuatu yang memberikan
kebermanfaatan terkait berbagai program dan riset,” ucapnya.
Masih
pada kesempatan yang sama, Laely Nur Hidayah Kepala PR Hukum BRIN menuturkan
bagaimana teman-teman mendapatkan riset penelitian. Para peneliti muda
diharapkan memiliki pengalaman secara sosial legal antara lain pendanaan riset
serta fokus bagaimana meningkatkan capacity building.
Diakhir
acara, Kepala PR Pendidikan BRIN, Trina Fizanty mengatakan, pertemuan ini merupakan
kesempatan bertemu dari berbagai pusat riset, kepakaran bahkan pertama kali
bisa bertemu secara langsung ketika transisi mulai berjalan. “Peluang ini akan
kita gunakan untuk bisa saling mengenal dan diharapkan akan muncul ide-ide
riset-riset yang mendukung adanya multi disiplin, kolaborasi dan kerjasama. Ini
merupakan sebuah kekuatan,” pungkasnya. (shf/ ed.sl,sj)