BRIN Kembangkan Teknologi AMCS untuk Modernisasi Budidaya Jamur
Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Elektronika (PRE) – Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) telah mengembangkan teknologi Autonomous Monitoring and Controlling System (AMCS).
AMCS
merupakan perangkat yang berfungsi untuk melakukan pemantauan dan kendali
terhadap kondisi lingkungan pertanian.
Untuk mengetahui kinerja teknologi AMCS yang telah dikembangkan di lingkungan yang sebenarnya, PRE OREI - BRIN bermitra dengan PT Jamur Cikuda Nusantara. Di lahan budidaya jamur milik PT Jamur Cikuda Nusantara inilah, teknologi AMCS akan diterapkan.
Kesepakatan antara kedua belah pihak ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama oleh Yusuf Nur Wijayanto selaku Kepala PRE dan Maria Ekaristi Sushintawati selaku Direktur Utama PT. Jamur Cikuda Nusantara, yang dilaksanakan di Gedung 124 KST BJ Habibie Serpong pada Rabu (29/5).
“Kegiatan ini diinisiasi oleh Kelompok Riset Secured Electronic Design dengan PIC dari kerjasama ini adalah Bapak Bondan Suwandi. Kegiatan riset ini juga berkolaborasi dengan pusat riset yang lain, yaitu Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber, Pusat Riset Perikanan, Pusat Riset Hortikultura, Pusat Riset Telekomunikasi,” papar Yusuf.
Di kesempatan ini, Shinta menyampaikan rasa syukurnya
bisa melakukan penandatangan kerjasama dengan BRIN.
“Kami sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan rekan-rekan BRIN kepada kami, khususnya pertanian di jamur Cikuda. Kami harapkan kerjasama ini dapat menghasilkan hal-hal yang baik yang dapat membantu budidaya jamur, khususnya jamur tiram, supaya lebih modern lagi dengan adanya teknologi AMCS,” harap Shinta.
Latar belakang dari riset ini adalah kurangnya sistem manajemen dalam pemantauan dan kendali terhadap kondisi lingkungan di area pertanian dan budidaya perikanan, sehingga sistem AMCS ini dikembangkan untuk menjadi solusi.
“Secara umum, AMCS adalah sebuah sistem IoT yang bisa melakukan monitoring dan kontrol terhadap lingkungan pertanian dan perikanan. AMCS sendiri dilengkapi berbagai komponen yang mendukung, seperti sensor, actuator, dan controller. Data yang terukur akan dikirim ke server dan ditampilkan didashbord. Data-data ini akan digunakan oleh petani untuk mempertahankan kualitas produknya,” jelas Bondan.
Riset ini akan berlangsung selama 2 tahun dan didanai
oleh Riset dan Inovasi Untuk Indonesia Maju (RIIM) yang saat ini berfokus pada smart
agriculture. Dengan masuknya teknologi pada budidaya jamur, diharapkan
Indonesia dapat kembali menjadi pengekspor jamur, seperti yang pernah dicapai di
tahun 2017. (ark/edt.aj)