BRIN dan UNITEN Malaysia lebih Fokuskan Kolaborasi Riset di Bidang Energi
Tangerang Selatan - HUMAS BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menginisiasi kolaborasi riset energi bersama Universitas Tenaga Nasional (UNITEN) Malaysia. Kolaborasi ini diinisiasi dengan kunjungan UNITEN ke Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi (PRKKE) BRIN pada Kamis (09/01) lalu.
Kepala PRKKE, Tata Sutardi, mengawali
menerima kunjungan delegasi UNITEN dengan memaparkan sejumlah riset unggulan
PRKKE, seperti Cofiring biomasa untuk pembangkit listrik batu bara,
Pembangkit listrik siklus binner dari bahan baku sampah plastik, Floating
Photovoltaic, Charging Station dan Monitoring Sistem, serta berbagai
inovasi lainnya yang sedang dikembangkan para periset di PRKKE.
Tata menyatakan optimismenya bahwa
kolaborasi ini akan menghasilkan riset-riset unik dan berdampak positif bagi
kedua institusi. “Kami berharap kerja sama ini dapat berkembang hingga ke level
ASEAN,” ungkap Tata.
Selain kepala PRKKE, hadir pula
ketua dan juga anggota kelompok riset di PRKKE, antara lain:
Kelompok Riset Microgrid, E-Mobility, Konversi Energi, Kelistrikan Cerdas, dan
juga Kelompok Riset Hidrogen. Mereka mempresentasikan berbagai kegiatan
riset yang sedang dan yang telah mereka lakukan untuk mencari peluang
kolaborasi dan memperkuat riset bersama dengan UNITEN.
Sementara itu, Yew Weng Kean,
Assistant Professor dari Heriot Watt University, memperkenalkan universitasnya yang berfokus
pada Teknik, Ilmu Komputer, Teknologi Informasi, Bisnis, Akuntansi, Keuangan,
dan Manajemen Energi. Ia juga memperkenalkan Heriot-Watt University Malaysia,
mitra potensial untuk kolaborasi riset internasional dan studi lanjut.
Ewe Lay Sheng, juga seorang Assistant
Professor di UNITEN, menunjukkan minatnya pada riset teknologi konversi energi
yang sedang dilakukan tim Cahyadi. Ia bersama Yew mengusulkan pembentukan nota
kesepahaman (MoU) baru yang lebih spesifik untuk mendukung publikasi
internasional bersama.
BRIN dan UNITEN sebelumnya telah
menandatangani MoU pada tahun 2024, namun pihak UNITEN merasa cakupannya
terlalu luas. Mereka mengusulkan MoU baru dengan lingkup lebih spesifik,
sehingga dapat menyesuaikan minat riset yang akan dikerjakan.
Yew Weng Kean juga meminta informasi
mengenai skema pendanaan untuk kolaborasi riset internasional. BRIN menjelaskan
bahwa program RIIM melalui Direktorat Pendanaan Riset dan Inovasi dapat menjadi
jalur yang tepat, dengan anggaran yang disesuaikan berdasarkan peraturan yang
berlaku.
Dalam penutupan pertemuan, Yew
menegaskan pentingnya kolaborasi internasional dalam menghadapi isu pemanasan
global. Ia berharap kolaborasi ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam
mengurangi dampak pemanasan global secara global.
“Dengan semangat inovasi dan kerja
sama, pertemuan ini menjadi langkah awal menuju masa depan riset energi yang
lebih cerah. UNITEN optimis bahwa kolaborasi ini akan menciptakan solusi
inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat global,” pungkas Yew. (rdt/edt.aj,akb)