• (021) 3169010
  • ppid@brin.go.id
Views ( 18 ) Dec 3, 2024

Mahasiswa Pelajari Dasar Signifikansi Astronomi dalam Islam dari Profesor Riset Astronomi BRIN


Bandung – Humas BRIN. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda langit seperti matahari, bulan, planet-planet, bintang, galaksi, sampai struktur alam semesta. Astronomi sifatnya murni berbasis sains. Dalam mempelajari astronomi, matematika dan fisika menjadi ilmu yang digunakan dalam menganalisis fenomena langit bahkan untuk membangun sebuah prediksi.


Hal tersebut disampaikan Thomas Djamaluddin, Profesor Riset Astronomi – Astrofisika dari Pusat Riset Antariksa BRIN pada kunjungan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bhakti Persada Bandung pada Kamis (28/11) ke KST Samaun Samadikun Bandung. 


Menurut Thomas, bahwa ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari peredaran benda langit khususnya matahari dan bulan. Ilmu falak juga mempelajari geometri bola untuk bisa menggambarkan koordinat serta arah dan jarak sudut antar objek. 


“Geometri bola khususnya segitiga bola digunakan untuk perhitungan arah kiblat di permukaan bola bumi. Ilmu falak digunakan untuk penentuan arah dan waktu ibadah. Ilmu falak juga berkaitan dengan dalil-dalil fiqih,” jelasnya.


Fiqih adalah pemahaman akan dalil-dalil Al Quran dan As Sunnah yang digunakan dalam hukum peribadatan. Termasuk pendapat para ulama terkait persoalan yang belum diatur secara spesifik dalam Al Quran dan As Sunnah. 


”Fikih astronomi adalah dalil-dalil dalam memaknai fenomena astronomi yang digunakan dalam ibadah. Terutama penentuan arah kiblat, waktu salat, terjadinya gerhana, dan awal bulan hijriyah,” ujar Thomas.


Astronomi membantu dalam penentuan pelaksanaan ibadah. Berkaitan dengan ilmu falak, maka astronomi memberikan pendekatan pada ilmu falak yang fokus pada dalil-dalil serta rukyat dan hisab. Astronomi berperan dalam memaknai arah kiblat.


“Kita bisa memahaminya dengan konsep segitiga bola. Bahwa kiblat bukan hanya seperti terbang dengan pesawat menuju kota Mekkah. Ada konsep akurasi dalam sains yang perlu dipahami dan tergantung pada alat ukur dan kebutuhannya,” ungkap Thomas.


Salah satu fenomena astronomi dalam ibadah adalah penentuan waktu subuh atau fajar. Secara astronomi, fajar dibagi menjadi tiga. Fajar astronomi, fajar nautika, dan fajar sipil. Fajar astronomi didefinisikan sebagai akhir malam. Ketika cahaya bintang mulai meredup karena mulai munculnya hamburan cahaya matahari. Biasanya berdasarkan kurva cahaya, maka fajar astronomi adalah ketika matahari berada sekitar 18 derajat di bawah ufuk. 


“Fajar nautika adalah fajar yang menampakkan ufuk bagi para pelaut pada saat matahari berada sekitar 12 derajat di bawah ufuk. Sedangkan fajar sipil adalah fajar yang mulai menampakkan benda-benda di sekitar pada saat matahari berada sekitar 6 derajat,” pungkas Thomas. 

Mahasiswa STAI Bhakti Persada Bandung saat ini sedang belajar tentang ilmu falak di sekolahnya, terutama yang berkaitan dengan hisab atau astronomi Islam, mendapatkan tambahan ilmu baru dari kegiatan kunjungan ini. (ers/ ed. nu)